Dua puluh satu

61 4 3
                                    

Sebelum baca,silahkan di play mulmednya biar dapet feel dari ceritanya. Makasih.

###

Hari semakin larut dengan malam yang di perindah oleh sang rembulan, gemerlap-gemerlap cahaya bintang penyempurna suasana malam yang begitu gelap. Terdapat sebuah perkumpulan anak adam dan hawa yang terlihat sangat bahagia,tanpa mereka ketahui bahwa ada anak adam dan hawa lainnya yang sedang bersedih.

Menatap kearah langit hanya untuk melihat betapa indahnya petasan yang baru saja dinyalakan memeledakkan diri diatas langit menjadi sebuah kembang api yang indah,tatapan memuja yang mereka tunjukkan dan senyuman hangat.

Tanpa mereka sadari lagi,ada anak adam dan hawa yang membutuhkan senyuman hangat itu untuk semangat hidupnya,bukan hanya untuk menatap pasangan masing-masing atau petasan yang baru saja memeledakkan diri dan berubah bentuk menjadi serpihan kembang api yang indah hanya sesaat.

Suara hiruk piruk yang terdengar seperti suara tertawa 'bahagia' terdengar sangat keras,mungkin jumlah anak adam dan hawa di tempat tersebut sangatlah banyak,sampai-sampai melupakn sepasang anak adam dan hawa yang sedang berjuang mati-matian.

Malam itu,anak adam dan hawa berpesta dengan sangat meriah. Memperingati hari lahir dari salah satu anak hawa,bersama kekasihnya yaitu anak adam. Sangat sangat menggoda mata jika di lewatkan,namun sekali lagi mereka semua lupa dengan sepasang anak adam dan hawa yang sedang berjuang mati-matian.

Entah untuk memperjuangkan apa,namun yang jelas perjuangan itu sangat berat dan rumit. Lebih rumit dari teori dan rumus-rumus yang biasa mereka pelajari dan hafalkan. Beban hidup yang mereka pikul kini sedang melawan ambang kematian.

Terdiam tanpa minat untuk bergerak berpindah tempat,menundukkan kepala dan terpejam mengingat-ingat semua kejadian yang sudah terjadi. Hal yang sudah terjadi bukanlah sekedar klise yang menggelikan.

Bukan hal yang hanya dianggap angin lalu,tidak seperti debu yang tertiup angin yang terhembus dengan cepat. Kejadian yang mengguncang jiwa jika tidak bisa menerimanya,kejadian yang melibatkan pertumpahan air mata yang sedari dulu tidak pernah tumpah.

Bertatap mata dengannya membuat salah satu perasannya mengguncah,entah apa maksud dari perasaan yang sangat mengguncah. Antara senang atau sedih,pertemuan mereka tidak seperti pertemuan di drama pada umumnya,pertemuan mereka seperti pertemuan dengan maut.

Entah memang itu takdir atau tidak sengaja,pertemuan singkat yang berakhir dengan pilu. Entah harus bagaimana menghadapi kondisi ini,apakah harus tertawa bahagia,terdiam karena shock atau menangis karena pilu? Entah,tidak bisa di jabarkan lagi.

Sungguh,sudah lelah jika dirinya harus selalu tertawa atau tersenyum layaknya manusia tanpa beban. Dirinya juga sedah lelah jika harus menunggu tanpa tahu apa yang ia dapatkan nanti,buah dari arti menunggu yang tidak pernah ia ketahui.

Meratapi dengan pandangan yang tidak bisa di jelaskan,tatapan yang berisikan pemberontakan dari dalam hati yang terdalam. Kecewa,marah,emosi,sedih,sesak menjadi satu di dalam mata indah yang selalu tersenyum palsu untuk memberitahu bahwa dirinya baik-baik saja.

Sudah lelah dengan semuanya,mata indah tersebut memilih terpejam untuk jangka waktu lama. Ingin beristirahat sebentar agar tidak menjalin kerjasama dengan bibir yang selalu menampakkan senyuman manis yang selalu menyeret mata indah itu untuk membentuk bulan sabit—agar terlihat manis—.

Agar tidak diketahui bahwa senyuman manis dengan mata membentuk bulan sabit itu hanyalah kedok belaka,kedok yang menutupi raut wajah yang sebenarnya. Kedok yang bisa saja terbuka kapan saja,kedok yang menunjukkan raut wajah aslinya.

"Sesungguhnya aku sudah lelah,aku ingin mengakhiri segalanya"

"Tidakkah kau sedikit egois untuk melihatnya bahagia?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 09, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sekarang,aku tidak ingin jatuh cintaWhere stories live. Discover now