Delapan belas

62 7 3
                                    

     Sekalian di play mulmednya ya,siapa tau aja dapet feelnya:),durasinya di cepetin aja biar kena gitu feelnya.

Setelah Minah kembali memutuskan untuk menemui Hanbin di taman,suasana menjadi sangat awakward dan canggung. Minah menatap kesemua arah taman rumah haraboji Hanbin,sedangkan Hanbin dirinya sibuk dengan memperhatikan kebiasaan teman kecilnya jika suasana canggung.

"Silahkan di minum Minah-ssi" ucapan Hanbin tadi membuat kegiatan kecil Minah terhenti. Minah menatap terkejut kearah Hanbin,Hanbin yang melihat tatapan itu hanya bisa menahan tawanya yang sedikit lagi meledak.

"Oh terimakasih Hanbin" ucap Minah dengan nada canggung,setelah itu Minah menegak minuman yang di beri oleh Hanbin. "Bagaimana dengan kejutan ulang tahun kekasih Chanwoo,Minah?" Minah menoleh kearah Hanbin lalu dengan cepat menaruh kaleng soft drink yang ia pegang.

"Entahlah,aku hanya terlibat dibagian pembuatan kue. Jika yang lain,aku tidak mengetahuinya" Hanbin mengangguk-anggukkan kepalanya,ia meneguk minuman miliknya dengan wajah yang sangat tampan menurut Minah.

"Ada baiknya kita membantu semua urusan Chanwoo" Minah menatap aneh kearah Hanbin yang sedang mengusap air minum di sekitar bibinrya. "Apa?! Semuanya?" Tanya Minah dengan sangat terkejut,sedangkan Hanbin hanya mengangguk-angguk.

"Memangnya kenapa? Kau tidak mau membantu adik saudaramu sendiri Minah-ssi?" Minah memelototkan matanya kearah Hanbin lalu menggelengkan kepala pertanda tidak setuju dengan ucapan Hanbin. "Lalu apa?" Minah terdiam tidak menjawab ucapan Hanbin.

"Mengapa diam?" Tanya Hanbin sambil melihat kearah Minah dengan datar. "Tidak bisa menjawabnya?" Lagi-lagi Minah hanya terdiam saat Hanbin bertanya. "Huh,kau selalu saja seperti ini. Tidak berubah,sama seperti yang dulu" Minah menoleh menatap kearah Hanbin.

"Mengapa? Tidak suka dengan ucapanku tadi?" Minah tidak menanggapi ucapan Hanbin,ia menatap sekitar sambil mengatur detak jantungnya yang mulai tidak stabil. "Dasar aneh" ucap Hanbin dengan meilirik kearah Minah yang terdiam.

Setelah mengatakan seperti itu,Hanbin pergi meninggalkan Minah yang duduk terdiam. "Tadi itu Hanbin kenapa?" Gumam Minah sambil menatap lurus kearah depan,tanpa memperdulikan dengan lingkungan indah di sekitarnya.

"Hanbin masih sama seperti yang dulu,tidak ada yang berubah. Nada bicaranya,cara menatapnya dan segalanya tidak ada yang berubah" ucap Minah dengan tatapan yang menyorotkan kesedihan.

"Ah aku terlalu berharap padanya,bisa saja perasaan 10 tahun yang lalu dengan sekarang sudah berbeda. Jadi aku tidak perlu mengharapkan dirinya lagi,karena perasaannya tidak sama lagi dengan perasaanku" gumamnya dengan sangat lirih.

Namun tidak jauh dari tempat Minah,lelaki dengan poster tubuh tegap dengan paras tampan menatap Minah dengan tatapan yang sulit diartikan. "Mengapa perasaan ini semakin sulit saja" gumam lelaki itu dengan pelan dibalik tembok yang kokoh.

"Aku tidak tahu harus bagaimana" setelah mengatakan itu,lelaki tersebut pergi meninggalkan Minah dalam posisi yang di halangi oleh tembok kokoh yang tidak terlalu lebar. "Waktu telah menyulitkan cinta ini" gumam laki-laki sambil terus berjalan menjauhi Minah.

"A-ak-ku tidak bisa mengambil keputusan untuk saat ini,karena sekarang aku tidak ingin menyakiti hati siapapun" lelaki itu menunduk memandangi jari jempol kaki nya,ia bimbang ia harus bagaimana untuk mengambil keputusan saat ini.

Ia tidak mau menyakiti dua pihak yang sudah mencintai dirinya,walaupun satu pihak lagi baru mengenal dan mencintai lelaki itu dalam waktu-waktu ini. Bisa dibilang 4 bulan pertama kali bertemu mereka mulai saling menyukai ralat bukan 'mereka' yang saling mencintai,tapi pihak 'baru' itu yang jatuh cinta dengan lelaki tersebut.

Sekarang,aku tidak ingin jatuh cintaWhere stories live. Discover now