Extra part

2.5K 117 9
                                    

Oke, gaes. Ini cuman extra part yah. Sesuai permintaan dari beberapa readers setia *ngarep.
Sekalian promosi cerita baruku dengan judul "TRAGEDI KOSAN BU DIANA". GENRE HOROR.
Berhubung ini genre yang baru kubuat, jadi kritik dan saran serta dukungan sekecil apapun akan sangat membantu. Terimakasih.

°°°°°

Saklasvania.

Tempat yang sangat bersejarah bagiku, bagi kami berdua lebih tepatnya. Tempat dimana kami dilahirkan, dibesarkan, mendapat pasangan—ini yang terpenting—dan diberi kesempatan untuk menanggung tanggung jawab yang sangat besar. Aku bangga? Tentu saja. Kurasa siapapun akan bangga mendapat kepercayaan seperti itu. Yah, walaupun berat tapi tetap saja aku bangga, apalagi kenyataan bahwa aku berhasil menjalankan misi itu.

Suasana Saklasvania hari ini sangat riuh, para fairy berlalu-lalang di depan kamar yang kutempati. Banyak yang mereka kerjakan. Yah, besok adalah hari yang bersejarah bagiku, tidak, lebih tepatnya bagi kami. Kami akan menikah besok, ingat? Uh, mengingatnya saja sudah membuat wajahku memanas dengan cepat. Aku yakin wajahku sudah semerah tomat.

"Aislie cepat sini, Sayang. Kamu harus mencoba pakaianmu." Itu teriakan mamah. Ia menjadi orang yang paling sibuk mempersiapkan dan mengkoordinir segala persiapan acara.

Aku merengut mendengar teriakannya. Ini sudah kesekian kalinya aku dibawakan pakaian pengantin. Tapi mamah selalu saja bilang semuanya bagus ditubuhku. Dan selanjutnya berkali-kali ia memintaku untuk mencoba baju-baju itu hingga aku lelah dan bosan.
"Oh, ayolah Mam, aku sudah lelah mencoba pakaian-pakaian itu."

Mamah terdiam. "Tidak. Kamu harus tampil menawan nanti. Kamu tidak boleh menolak. Ayo coba lagi. Ini terakhir, Mamah janji."

Huft, baiklah. Aku melangkah ke kamar pass dan mencoba gaun yang entah kali keberapa aku mencoba pakaian ini. Sebenarnya aku sudah menjatuhkan pilihanku pada salah satu gaun yang ditawarkan mamah padaku. Tapi, bukan yang sedang kupakai ini. Ini terlalu mengekspos punggungku, dan aku tidak suka.

Aku melangkah keluar kamar pass, mamah sedang duduk bersidekap di sofa yang tersedia. "Mam, aku tidak suka gaun ini. Aku akan memilih gaun lain. Aku sudah menyukainya sejak awal melihatnya. Boleh, ya?" ucapku dengan tatapan puppy eyes milikku.

Mata mamah berbinar mendengar penuturanku. "Benarkah? Yang mana?" sahutnya antusias.

Aku melangkah menuju jajaran gaun yang menggantung rapih. Aku mengambil gaun berwarna putih tulang yang menurutku sangat cantik. Tidak terlalu banyak ornamen di gaunnya, dan yang terpenting aku nyaman menggunakan gaun itu.

Mamah tertegun dengan pilihanku. "Apa itu tidak terlalu sederhana?" ucap mamah.

"Tapi aku suka." Aku ngotot dengan pilihanku.

"Hmm, baiklah." Mamah akhirnya setuju dengan pilihanku, syukurlah. Masalah pakaian selesai, sorakku dalam hati.

-----

Oh, ya Tuhan. Tanganku berkeringat dingin. Mamah duduk disampingku dengan tenang, memegangi tanganku. Beberapa waktu lagi, aku akan sah menjadi istri Ivery. Apa ini mimpi? Aku bahagia sekaligus gugup.

Setelah melewati waktu yang terasa begitu cepat bagiku, seorang wanita muda masuk ke kamarku dan berkata, "Silahkan keluar, Nona sudah sah menjadi istri dari Tuan Ivery."

Aku bangkit dibantu oleh mamah, tanganku bergetar hebat. Apa yang harus aku lakukan saat berada di depan Ivery nanti? Aku benar-benar gugup.

Di sana, beberapa meter di depanku, seorang lelaki tampan sedang duduk di depan salah seorang Valar yang tugasnya memang menyatukan dua fairy yang akan mengikat diri dalam sebuah ikatan pernikahan. Tatapan matanya lembut, senyumnya mengembang sempurna. Penampilannya sangat menawan, tubuh atletisnya dibalut jas berwarna putih tulang—senada dengan gaunku—rambutnya yang kini dicat hitam tertata rapi menampilkan sosok dewasa dalam dirinya.

Aku semakin gugup sekarang, tanganku memegang erat tangan mamah. "Tenang saja, Sayang. Dia suamimu sekarang." Mamah berbisik di telingaku pelan. Aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan.

Setelah berada di samping Ivery, Valar Aesina menyerahkan sebuah kotak beludru berwarna merah darah ke arah Ivery yang diterimanya dengan senyum mengembang. Tangannya membuka kotak itu dan meraih salah satu cincin nikah di dalamnya, menarik tanganku dan memasangkannya dengan lembut. Giliranku yang mengambil cincin di kotak tersebut dan memyematkannya di jari manis Ivery.  Ia tersenyum dan menarikku mendekat.

Chup~
"Kau sangat cantik, Sayang." Blush, wajahku memerah lagi pasti.

Sebuah kecupan lembut mendarat di keningku. Wajahku memanas dengan cepat, lagi. Semua fairy yang hadir bersorak dan bertepuk tangan.

-----

Hari sudah malam ketika rumah kediamanku terasa semakin sepi. Hanya beberapa kerabat yang masih hadir. Ivery pun masih menemani beberapa tamunya. Sedangkan aku, aku memilih untuk mengistirahatkan diri di dalam kamarku, ralat, lebih tepatnya kamar kami.

Aku kini tengah mengeringkan rambutku di depan cermin kamarku.

Ceklek...

Pintu terbuka menampilkan sosok pria yang kini telah resmi menjadi suamiku. Yah, Ivery. Ia tersenyum dan mendekatiku. Memelukku dari belakang dengan gerakan posesif. Hidungnya mengendus leherku dan menyingkirkan rambut setengah basahku ke belakang.

Mulutnya mulai mengecup kecil leherku dengan kecupan selembut kapas. Sesekali ia menghembuskan napasnya dan membisikkan kata cinta tepat di depan telingaku. Membuatku merinding seketika.

Ketika tanganya bergerak hendak menelusuri leherku lebih jauh, aku segera mendorongnya pelan. "Mandi dulu sana, kau bau."

Ivery merengut kecewa mendengar ucapanku, aku hanya terbahak melihat reaksinya dan menyampirkan sebuah handuk baru di bahunya. "Aku tidak mau berpelukan dengan keadaanmu yang berkeringat," ucapku lembut, mengecup pipinya sekilas lalu mendorongnya ke kamar mandi.

Sepeninggal Ivery, aku memegang pipiku yang mendadak memanas, ya Tuhan, aku seperti wanita penggoda. Tak apa kan? Kini dia suamiku, tapi... ah sudahlah. Aku lelah dan memilih membaringkan tubuh lelahku di atas ranjang dan mulai terlelap.

°°°°°
Ceklek... pintu kamar mandi kubuka, dan kulihat istriku tengah meringkuk di atas ranjang pengantin kami dalam keadaan terlelap. "Kau pasti kelelahan, Sayang. Tidurlah. Tadinya aku berniat meminta hakku malam ini. Tapi, aku tak tega melihatmu sepertinya sangat lelah."

Ku sampirkan handukku di gantungan baju dan mulai menelusup ke dalam selimut yang juga tengah membalut tubuh Aislie. Aku beringsut merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Lalu merengkuhnya dalam pelukanku, tak lama aku menyusul Aislie bertualang di alam mimpi hingga pagi menjelang.






THE END.
Maaf bila tidak sesuai eksektasi kalian. Tadinya mau ada unsur 18+nya, tapi diriku tak sanggup *plak.

Yah pokoknya makasih banyak buat yang udah baca, vote, dan komen juga. Dukungan dari kalian sangat berarti bagiku. Tanpa kalian, cerita ini gak bakalan lanjut. Mungkin akan berdebu, bhak.

Pokoknya daebak lah kalian semua. Jangan lupa cek work baruku "TRAGEDI KOSAN BU DIANA, GENRE HOROR" kali aja kalian suka, yekan.

Btw, ada yang mau dibikin sekuel cerita ini? Ini udah nanya berapa kali yah? Haha. Maaf. 

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen. Terimakasih.
See you all.

Boyfriend Fairy Guardian [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang