Part 11

2.9K 193 4
                                    

Makin kesini makin gaje nih cerita, wkwkwk!!!

Maaf yahh.
Enjoy my story, guys!!!

-----

Seorang pemuda dengan jaket kulit hitam, celana hitam, topi yang menutupi mukanya, dan masker di wajahnya. Tampak sedang duduk di salah satu bangku taman tengah kota.

Ia tengah menulis semacam secarik surat dengan menggunakan daun sebagai media tulisannya, dan sebuah potongan kayu sebagai alat tulisnya.

Ia kemudian memberikan daun itu kepada seorang lelaki yang berpenampilan sama dengan pemuda misterius itu.

Lelaki tadi lalu pergi dan menghilang entah kemana.

Sedangkan pemuda pertama, ia segera bangkit dan menuju ke bandara nasional dan memesan tiket penerbangan menuju ke Kanada.

Dengan seringai liciknya, ia menggumam,
"Kita akan segera bertemu lagi, sahabat kecil," ucapnya.

Sementara itu.
Di kanada, Amerika Serikat.

Aislie tengah melatih kemampuannya di temani oleh kedua orangtuanya. Selama 3 hari di Kanada, kemampuannya semakin bertambah dan berkembang sangat pesat. Begitupula dengan kemampuan Ivery.

Kadangkala, apabila tempat sekitar yang kurang mendukung untuk mereka berlatih, mereka seringkali berlatih di sebuah pulau tanpa penghuni yang memang telah di setting sedemikian rupa agar cocok untuk tempat latihan bagi para fairy.

Disana telah tersedia empat macam lapangan yang sangat luas dengan mencakup keempat elemen fairy.

Di sebelah kiri, di peruntukkan untuk mendukung latihan para fairy dengan elemen api dan es. Sedangkan lapangan sebelah kanan di peruntukkan untuk mendukung latihan para fairy dengan elemen tanah dan udara.

Begitupun dengan hari ini, karena kondisi kurang mendukung untuk melatih kemampuan mereka di sekitar rumah, merekapun segera menuju ke pulau tersebut.

Setelah puas berlatih selama beberapa jam, kini mereka sedang beristirahat di bawah sebuah pohon rimbun disana.

Keduanya sibuk dengan masing-masing buku tua di tangan mereka. Sesekali mereka tampak menggerak-gerakan tangan mereka mengikuti apa yang di tulis dalam buku tersebut.

"Ivery," ucap Aislie memecah keheningan di antara mereka. Ivery menolehkan kepalanya ke arah Aislie dengan tatapan seolah bertanya 'apa'.

"Ketika pertama kali kamu memegang buku itu, apa kamu pernah menerima semacam pesan rahasia di dalamnya?" tanya Aislie.

"Iya, kenapa?" tanya Ivery. Aislie membuka buku kuno miliknya dan menyerahkan sebuah lembaran dengan tulisan kuno diatasnya.

Kertas yang berisi sebuah puisi -setidaknya menurut Aislie-.

"Apa kau mengerti makna dari pesan tersebut?" tanya Aislie penasaran.

"Lebih baik kau tanyakan pada orang tuamu, aku tak mengerti dengan bait atasnya. Kalau bagian bawahnya, kurasa itu adalah sebuah puisi yang memberitahukan padamu tentang kekuatan yang kamu miliki, yaitu elemen winter dan fire, kau lihat kan hurup yang sengaja di tulis besar-besaran ini? Membentuk kata winter dan fire," jelas Ivery panjang lebar.

Aislie memandang tulisan itu dengan seksama. Ia baru menyadari bahwa yang dikatakan oleh Ivery itu benar.

Ia lalu bangkit dan menuju ke arah kedua orang tuanya yang tengah duduk di sebuah batu besar disana.

Aislie duduk di antara kedua orang tuanya. Lalu menunjukkan tulisan tersebut pada orangtuanya.

"Mah, Pah, arti dari tulisan ini apa yah?" tanya Aislie. Mamahnya mengambil lembaran tersebut, lalu merenung sebentar.

"Ini semacam petunjuk untuk kamu sepertinya," ujar mamahnya.

"Petunjuk apa?"tanya Aislie penasaran.

"Disini di tulis bahwa saat purnama kedua, takdir mulai menyapa. Itu artinya, bahwa tak lama lagi, anak buah Melkor akan segera menemukan keberadaanmu sayang," jelas mamahnya panjang lebar.

Mata Aislie membulat sempurna, ia kaget bukan main.Bagaimana ia akan menghadapi para pesuruh Melkor yang akan mencarinya nanti? pikirnya.

"Tapi,kamu tidak perlu khawatir, Ivery akan selalu memastikan kau dalam keadaan selamat, percayalah padanya." Suara lembut mamahnya membuat Aislie sedikit merasa tenang. Setidaknya,akan ada yang membuatnya merasa tenang, Ivery.

Ia segera kembali kepada Ivery yang masih sibuk dengan buku tua miliknya, sambil sesekali mempraktekannya. Ia lalu mendudukkan diri di samping Ivery, lagi.

"Ivery ... " ucap Aislie memecah keheningan diantara mereka.

"Apa, sweetheart," Ivery menyahut sambil menutup buku tua miliknya dan menyimpan buku itu di sampingnya.

Ia merangkul bahu Aislie dan menariknya untuk bersandar di bahunya.
"Apa kau pernah bertemu dengan para pesuruh Melkor?" tanya Aislie sambil merapatkan tubuhnya ke tubuh Ivery.

Rasanya nyaman sekali bersandar padamu, pikir Aislie, sambil menikmati usapan Ivery pada lengannya.

Ivery menghela napas panjang,
"Iya, aku pernah bertemu dengan salah satu dari mereka, bahkan salah satu satria terkuat mereka. Namanya Elwyn, dia merupakan salah satu satria terkuat Melkor dan juga merupakan tangan kanan Melkor," Ivery menjawab pertanyaan Aislie dengan lirih.

"Apakah saat itu kau beradu kekuatan?" tanya Aislie lagi.

"Iya, bahkan kami mendapatkan luka abadi masing-masing dari pertarungan tersebut," jawab Ivery.

Jawaban itu membuat Aislie segera menegakkan diri dari sandarannya ke bahu Ivery, membuat Ivery mengerutkan keningnya.
"Kenapa?" tanya Ivery, dahinya nampak berkerut bingung.

"Uummm ... boleh aku lihat lukamu?" tanya Aislie.

"Tidak untuk sekarang, sweetheart," ucap Ivery, kembali menarik Aislie untuk kembali bersandar di bahunya.

******
Sementara itu, di sebuah kastil.

Seorang lelaki nampak memasuki kastil tua itu, di tangannya nampak tergenggam selembar daun, entah daun apa.

Ia segera mengetuk sebuah pintu ruangan yang tampak paling atas, terdengar suara sahutan dari dalamnya.

"Masuk," jawaban dari dalam ruangan.

Lelaki tersebut segera masuk ke ruangan itu, dan menyerahkan daun di tangannya ke seorang lelaki paru baya yang tengah duduk di sofa ruangan tersebut.

Setelah menyerahkan daun tersebut, lelaki itu lalu membungkuk hormat dan keluar dari ruangan tersebut.

Lelaki paruh baya -Melkor- nampak senang dengan kedatangan lelaki tadi, terlebih lelaki tersebut membawa pesan dari pesuruhnya yang tengah menjalanakan tugas darinya untuk menemukan bagian terpenting untuk menyempurnakan penemuannya.

Setelah membaca tulisan di daun itu, Melkor berjalan ke arah sebuah bingkai berisi lukisan yang tertempel di dinding ruangannya, lalu ia mengusapnya perlahan, sambil bergumam.
"Saklasvania, sebentar lagi kau akan jadi milikku, sabarlah sebentar lagi. Jika kau telah menjadi milikku, kau akan kuubah dan kupenuhi dengan kegelapan, seluruhnya. Dan hanya aku yang berkuasa, tak kan ada lain. Tidak akan pernah ada yang menentangku. Seluruh rakyat di Saklasvania akan tunduk padaku, hanya aku yang berkuasa, selamanya," ucapnya. Bibirnya nampak mengulas sebuah senyum sinis.










Loohhhaaaaa all!!
Gimana part kali ini?gaje banget yah? maaf guys, aku lagi banyak tugas jadi kurang fokus ke cerita ini, fokusnya terpecah-belah (jujur loh ini).

Maaf juga partnya kurang panjang, typo bertebaran, and then nggak menarik banget buat dibaca, tapi disini udah ampir mencapai konflik sih, mudah-mudahan mau sabar menunggu yah semuanya.

Dukungan dari kalian sangat berharga buat aku, terima kasih kepada semua pihak yang udah kasih vote, ataupun cuma baca juga gak papa sih. Makasih udah mau baca cerita dari author gaje ini. Wkwk.
Oke, ini udah kepanjangan.

Jangan lupa vomentnya yaahh.

See you next part my story.
Terimakasih.

Author gaje.

Boyfriend Fairy Guardian [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang