Part 23

1.6K 104 7
                                    

Enjoy my story, guys!

------

Beberapa hari setelah insiden penculikan atas diri Ivery, keadaan Aislie semakin membaik seiring berjalannya waktu.

Dan hari ini, merupakan hari terakhir mereka berada di istana. Karena besok, adalah hari yang telah mereka sepakati untuk memulai perjuangan panjang menuju ke Pulau Tera.

Berbagai persiapan telah mereka persiapkan sebaik mungkin. Dari mulai persiapan jasmani dan rohani. Karena perjalanan ini bukanlah perjalanan yang mudah untuk dilewati. Ini adalah perjalanan panjang dengan berbagai rintangan yang siap menghadang mereka.

Saat ini, empat orang manusia tengah berkumpul mengelilingi sebuah meja bundar. Suasana serius berpendar di seluruh ruangan tersebut.

"Kau sudah siap, sayang?" Ucap mamah Aislie.

"Yah... walaupun aku bilang gak siap. Mamah akan meyakinkanku dengan seribu satu alasan. Ya, kan?"

"Bukan begitu maksud mamahmu, Nak." Ayah Aislie sedikit memperingati cara bicara Aislie.

"Iya, Pah. Aislie paham kok. Dan yah... Aislie juga udah siap, kok."

"Bagaimana denganmu, Ivery?" Mamah Aislie mengalihkan pandangannya ke arah Ivery.

"Saya sudah siap, Tante. Dan saya minta do'a dari kalian. Supaya perjalanan kami kali ini lancar," sahut Ivery.

"Tentu, tanpa kalian minta pun, kami akan mendo'akan kalian. Iya, kan?" ucap mamah Aislie sambil menatap suaminya meminta dukungan.

Ayah Aislie hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan istrinya.

------

Langit berselimut kabut membuat suasana terasa berbeda. Dua orang muda-mudi tampak tengah berjalan dengan sesekali menoleh ke arah belakang. Semakin menjauh dari istana yang beberapa hari ini mereka tempati.

Beberapa orang petinggi Saklasvania terlihat mengiringi kepergian mereka dengan untaian do'a. Tak lupa kedua orang tua Aislie dan Ivery juga beberapa Valar melepas kepergian mereka dengan beberapa petuah.

Semakin lama, kedua muda-mudi tersebut--Aislie dan Ivery--semakin menjauh dari istana dan terus menapaki jalan setapak, menembus kabut putih yang memperpendek jarak pandang mereka.

Mereka terus berjalan menuju ke arah Selatan. Melewati beberapa rawa yang gelap dan licin.

Matahari sudah tepat berada di atas kepala, ketika mereka berhasil melewati rawa terakhir. Kini di depan mereka terbentang sebuah sabana yang sangat luas.

Di ujung sabana tersebut, Nampak berdiri sebuah gunung dengan lereng terjal dan berbatu.

Setelah melewati sabana tersebut, di hadapan mereka kini lereng Gunung Kanca yang terjal tengah menanti mereka.

"Kau siap?" Ivery melirik Aislie yang berdiri di sampingnya. Pandangan matanya tajam mengarah ke lereng terjal di depannya.

"Aku siap," jawab Aislie dengan mantap. Ivery mengulas senyum melihat Aislie yang terlihat berani dan yakin.

Perlahan tapi pasti, mereka mulai meniti lereng terjal itu dengan hati-hati. Semakin lama, mereka semakin merangkak naik lebih tinggi.

Hingga dengan susah payah, mereka telah sampai di salah satu bagian lereng yang menjorok kedalam, menciptakan sebuah daratan yang rata, daratan itu kecil, hanya berukuran sekitar 2,5 x 2,5M saja.

Ivery segera menarik tangan Aislie dan menelantangkan tubuh lelahnya di lereng tersebut.

Napas keduanya terengah-engah, keringat tampak bercucuran di sekujur tubuh mereka. Tenaga mereka sudah mulai terkuras habis setelah melewati lereng tersebut.

Boyfriend Fairy Guardian [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang