Part 3

6.1K 418 5
                                    

Don't be a siders please, oke?

Enjoy my story!!!

***************

Sementara itu.

Aislie POV

Hari ini entah kenapa aku nggak semangat banget waktu Rhey ngajakin aku buat makan di kantin. Dan entah kenapa, aku malah terus kepikiran sama cogan yang tadi pagi itu, dan entah kenapa pula sekarang aku ada di taman belakang sekolah.

Selepas kepergian guru tadi dari kelas, aku tiba-tiba aja beranjak dan berjalan menuju ke sini. Seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menuntun aku buat kesini. Dan disinilah aku sekarang, termenung di bawah salah satu pohon tua yang tumbuh subur di taman ini.

Dulu, ketika aku baru masuk sekolah ini, taman belakang ini begitu indah terawat. Namun, sejak beberapa bulan belakangan ini, taman ini seolah dilupakan. Tak ada yang mau berkunjung ataupun sekedar duduk di sini. Rumput liar tumbuh dimana-mana. Taman ini tampak tidak terawat lagi.

Tiba-tiba.

Ada sebuah alunan nada gitar yang melewati gelombang udara dan ditangkap oleh indra pendengaranku. Aku menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan, mencari sumber suara.

Aku beranjak mencari arah datangnya suara itu, yang kini diiringi suara merdu—atau lebih tepatnya err seksi—mengikuti alunan musik tersebut.

Semakin lama, suara itu semakin jelas dan jelas. Tampak beberapa meter di depanku seorang laki-laki sedang memangku gitar di pangkuannya dan memainkan gitar tersebut dengan lihai.
Rambutnya tampak acak-acakan, berwarna abu-abu, indah sekali.

Eh tunggu... Apa tadi ku bilang? Abu-abu bukan? Berarti itu cowok yang tadi? Oh my...  Keberuntungan apa lagi ini? Seketika permainannya terhenti, dia berdiri dan membalikkan badannya, serta melangkah mendekatiku.

Mataku tak dapat lepas dari manik matanya yang berwarna abu-abu, cantik sekali. Seulas senyum tersungging di bibir tipisnya. Kini jarak kami tak lebih dari 7 cm.

Bahkan aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang hangat menyentuh wajahku. Jantungku berdegup begitu kencang bagai habis lari marathon. Kencang dalam artian benar-benar kencang.

"Apa kau tak mau berikan tepuk tangan atas permainanku tadi?" Suaranya yang terdengar begitu err seksi—apa pula aku ini—memecah keheningan di antara kami.

Aku tergagap, lalu memaksakan sebuah senyum, aku yakin pipiku merah sekarang. Mungkin sudah seperti kepiting rebus.

"Kau tampak malu-malu, apa aku telah berhasil membuatmu terpesona, sweetheart?" ucapnya pelan namun pasti dan terasa lembut di telingaku.

Oke, sepertinya aku bisa gila jika tak cepat-cepat jaga jarak aman dari laki-laki misterius ini. Tambah lagi dengan panggilannya tadi. Apa katanya? Sweetheart...  Ouwwhh... Manis sekali.

Entah kenapa, aku bahkan bisa marah jika Adriel—yang notabene nya adalah salah satu sahabatku—menyebutku dear, tapi aku tak merasa keberatan dengan panggilannya padaku. Malah semacam ada rasa bangga dan bahagia yang perlahan menelusup dalam relung jiwaku.

Oke, aku semakin aneh sekarang. Aku harus menjauh, bisikku dalam hati. Secara reflek, aku segera mundur dan menetralkan jantungku yang benar-benar berdetak sangat kencang.

"Kau suka kesini juga rupanya, Aislie,"

Bagaimana bisa ia tahu namaku?  Batinku berbisik. Seakan ia tahu apa yang aku pikirkan, ia tersenyum lalu mengangsurkan tangannya ke arahku.

"Namaku Ivery ... Lebih tepatnya Ivery Adamar Avathara," ucapnya sambil menunggu tanganku menyambut tangannya.

Aku menjabat tangannya yang terasa hangat dan terasa nyaman dalam genggamanku, aku suka rasa nyaman yang mengalir dari tangannya, hingga tanpa sadar aku menahan tangannya dalam genggamanku.

Boyfriend Fairy Guardian [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang