Part 6

4.3K 295 1
                                    

Keesokan harinya.

Aislie POV

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi ketika kami -aku dan papah- sampai di sekolahku.

Aku segera melepas safetybelt ku dan memeluk papa sekilas.

Papa menatapku dalam dengan pandangan yang seolah mengatakan ' semua akan baik-baik saja ' . Aku hanya tersenyum samar dan segera turun dari mobil papah.

Setengah berlari, aku memasuki gerbang dan menuju ke kelas.

Disana, di samping bangkuku. Rhey tampak tengah asyik dengan buku bacaan di tangannya.

Aku segera mendudukkan diri, tanpa mengucap sepatah katapun, tidak ada sapaan pagi kali ini.

Aku terlalu lelah, bahkan hanya sekedar mengucapkan 'selamat pagi' seperti biasa pada sahabatku, Rhey.

Rhey yang melihat sikapku berbeda, segera menurunkan novelnya dan memandangku dengan tatapan heran.

"Kenapa lo, pagi-pagi gini udah murung aja," sapanya. Aku hanya menatap datar pada Rhey.

Apa harus aku bilang padanya tentang ini diriku yang sebenarnya? Pikirku.

Aku segera menggelengkan kepalaku. Entah kenapa, aku segan -lebih tepatnya malas- mengatakan tentang semua yang kupikirkan padanya saat ini.

"Eh ... ditanya malah geleng-geleng, kenapa sih lo?" tanya Rhey lagi.

Aku mengulas senyuman dan menjawab,
"Gue nggak papa Rhey," ucapku lirih.

"Lah, terus kenapa lo murung gini? pasti ada sesuatu yang ganggu pikiran lo yah?" ucapnya. Tersirat nada khawatir dari suaranya. Aku hanya mengangkat bahu.

Rhey menghela nafas panjang dan berkata,
"Ya udah deh ... mungkin saat ini lo masih butuh waktu. Tapi,  apapun masalah lo dan kapanpun lo perlu temen curhat, gue siap jadi pendengar yang baik buat lo." Seraya menggenggam tanganku lembut.

Aku tersenyum dan menatapnya dengan pandangan seolah berkata 'gue akan baik-baik aja'.

*********
Waktu istirahat,

Rhey langsung berdiri ketika guru mata pelajaran hari ini keluar dari kelas kami.

Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang mungkin berasa kaku setelah kurang lebih 20 menit duduk dan mengikuti materi.

"Lie, ke kantin yuk," ajaknya semangat.

"Males gue, gue lagi nggak pengen makan," tolakku.

"Lie, gue tau lo lagi ada masalah. Tapi lo jangan sampai telat makan dong, jaga kesehatan lo," ucapnya padaku.

"Sorry, tapi gue bener-bener males kali ini," tolakku lagi.

Melihatku yang keras kepala, Rhey mengalah dan menghela nafas panjang,
"Hahh ... ya udah deh, terserah lo, gue ke kantin dulu yah," ucap Rhey sambil berlalu dari hadapanku.

Setelah Rhey pergi, aku segera beranjak dari bangku dan menuju ke taman belakang sekolah.

Entah kenapa. Hanya saja, firasatku mengatakan bahwa aku akan bertemu kembali dengan Ivery disana.

Well, aku punya banyak pertanyaan yang akan aku tanyakan padanya. Entah kenapa, hanya saja aku yakin bahwa Ivery pasti tahu sesuatu tentang semua yang tengah terjadi.

Ketika sampai di sana, ku lihat Ivery tengah duduk di bawah pohon tua, tempat yang sama dengan kemarin.

Ketika mendengar langkah kakiku, ia menengok dan tersenyum memandangku. Ohh ... senyumnya manis banget, kalau dia tersenyum terus kayak gini, gue bisa mati keracunan, pikirku.
Ia berdiri dan menarikku mendekat ke arahnya. Ketika jarak kami semakin mendekat, tiba-tiba saja, ia memelukku begitu erat.

Boyfriend Fairy Guardian [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang