Given menarik bangku di sisi kanan kemudian mendekatkan pada bangku Gladys. Tangannya kembali mengusap rambut gadis itu, perlahan turun membelai pipinya lembut membuat Gladys mengerjapkan mata. Masih dengan kedua mata setengah terpejam Galdys menatap dalam kedua bolamata Given yang menatapnya teduh. Tatapan itu selalu berhasil membuat hatinya tenang, seolah memang hanya dia gadis istimewa di mata cowok ini.
"Capek?" Given mengusap pelan pelipis Gladys memijat kecil di sana.

Gladys tersenyum tipis memejamkan mata menikmati pijatan Given, "Gimana Liana?"

"Hm?" Given berhenti memijat beralih menatap heran Gladys, "Gimana apanya?"

"Kamu nggak temenin dia ke kantin?"

Given mengerutkan kening semakin heran, "Kenapa harus aku yang temenin dia?"

"Kamu kan satu-satunya orang yang deket sama dia di sini." Gladys mendudukkan tubuh bersandar di bangku. Diam-diam dia mengamati ekspresi Given, penasaran bagaimana reaksinya.

Given diam sejenak menatap lurus Gladys, "Meskipun aku deket, tapi nggak seharusnya setiap saat dia bareng aku. Lagian dari pada sama dia, mending juga aku samperin kamu."

Gladys tertegun hatinya terasa meringan mendengar ada keyakinan di setiap ucapan Given barusan. Gladys menunduk menutup sebagian wajahnya dengan rambut mengulum bibir menahan senyum.

Given membuka bungkus roti selai strawberry yang tadi di belinya di kantin kemudian menyodorkannya pada Gladys."Makan dulu."

Gladys mengangguk patuh meraih roti itu dan mulai memakannya. Given mendengus geli melihat selai di ujung bibir Gladys, perlahan tangannya terulur menyentuh ujung bibir gadis itu dengan ibu jarinya.

Gladys diam mematung dengan jantung berdebar tak karuan. Seharusnya hal kecil seperti ini sudah menjadi hal biasa bagi beberapa pasangan lainnya, tapi bagi Gladys jantungnya tidak pernah terbiasa.

"Makan kok kayak bayi." Given terkekeh geli mendorong pelan kening Gladys dengan jari telunjuk, "Kode minta di suapin? Mau pake tangan atau pake mulut?"

"Dih, enggak!" Gladys memukul pelan lengan Given, "Bilang aja kamu yang pengen modus kan!"

Given mendengus geli, dengan cepat memajukan wajah tepat di hadapan wajah Gladys membuat gadis itu agak tersentak kaget dengan mata membulat. Jarak wajah mereka hanya sekitar setelapak tangan. Given tidak melakukan apapun hanya diam menikmati wajah Gladys dengan pipi mulai memerah.

Bukannya pergi Given justru menopang kepalanya dengan tangan,bibirnya menyunggingkan senyum miring dengan kedua mata menatap lekat Gladys. Perlahan wajahnya semakin mendekat membuat Gladys meneguk ludah dengan susah payah, reflek dia memejamkan mata saat hidung Given menyentuh hidungnya. Untung saja keadaan kelas sepi, hanya ada beberapa murid yang juga asik dengan pasangan masing-masing.

Given menghentikan pergerakannya saat jarak bibirnya nyaris menyentuh bibir ranum Gladys. Given meneguk ludahnya gugup berusaha menahan diri untuk mempertahankan tekadnya dulu. Given diam sejenak mengamati wajah Gladys dengan kedua mata terpejam.

Cup.

Gladys membuka sedikit matanya saat merasakan keningnya dikecup lembut. Cukup lama bibir Given mendarat di keningnya sebelum akhirnya dia menjauhkan wajahnya dari Gladys.

"Jangan pernah pasrah gitu, seharusnya kamu pukul aku tadi." Given menatap serius Gladys, " Jangan pernah percaya cowok tulus sama lo kalau dia cuma ngincer badan lo doang. Ngerti?"

Gladys mengangguk kecil sekali lagi dia merasa beruntung telah di pertemukan dan jatuh cinta pada cowok ini.

Karena prinsip Given dari dulu sampai sekarang adalah Sentuhlah hatinya dan jangan sentuh tubuhnya.

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Where stories live. Discover now