"Anggap ajah paman yang muda" jawab Alice sambil tertawa kecil

"Enggak mau!"

"Ahjussi" panggil Alice

"Ahjussi" panggil Alice lagi

Alice mulai kesal, namun dia punya banyak akal untuk menjaili Rio.

"Kok gak dijawab sih?" kata Alice sambil manyun

"Dibilang gak mau"

"Ih jahat!"

Alice merajuk. Dia menyudahi makan nya lalu  dan merebahkan kepala nya diatas meja.

"Dih ngambek"

Alice terkejut, ia merasa ada sesuatu yang membelai dan memainkan karet rambutnya.

"Kenapa hobi banget ngambek sih?" kata Rio sambil memainkan rambut Alice yang terurai di meja

Alice's
Deg!deg!deg!
Kok kayak ada yang setrum jantungku ya

Rio membelai rambutku dan suatu serangan tak terduga terjadi pada tubuhku.

Seperti listrik yang mengalir begitu saja.

"Ahjussi!" panggilku

"Ya?" jawabnya dengan muka tidak ikhlas

"Kok dijawab?"

"Jangan kebanyakan ngambek!" jawabnya sambil merampas sebuah gelas berisi milk tea.

"Lic, boleh ceritain tentang 'kemampuan specialmu' itu gak?" tanya Rio ragu

"Oh itu, waktu aku umur 3 tahun, aku punya teman khayalan namanya Mely. Dia selalu bermain dan bercerita bersamaku. Kadang dia juga sering mengenalkan aku kepada teman-temannya."

"Terus?" tanya Rio yang mulai fokus dengan cerita Alice

"Waktu aku umur 7 tahun, aku baru sadar kalau Mely itu bukan khayalanku. Dia nyata namun khasat mata. Semenjak itu aku banyak bertemu dengan 'mereka'. Namun aku tak mampu melihat mereka yang kuanggap seram. Tapi sekarang jika aku mampu melihat mereka dengan energi negatif, artinya ada sesuatu dalam diriku."

Jelas Alice yang membuat suasana disekitsr mereka mulai tegang dan sedikit menyeramkan.

"Kenapa lu selalu menyebut 'mereka' bukan hantu atau semacamnya" tanya Rio

"Karena mereka temanku. Menurutku kalau aku baik, mereka juga baik."

"Yang waktu itu lu numpang nginep. Apa itu gara-gara.."

"Ya, ada seorang gadis berambut pirang dengan bekas luka yang banyak. Aku phobia dengan darah. Aku pura-pura tidak melihat dan mendengar dia. Tapi dia malah makin menjadi."

"Oh begitu" kata Rio

"Woy!" kata Jacob yang tiba-tiba datang mengejutkan

"Apaan sih lu! Ngagetin ajah" kata Rio emosi

"Lagian tega banget dah ninggalin gua" kata Jacob yang ikut-ikutan emosi

"Sory Jac" kata Alice

     Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Alice dan kedua pangerannya bersiap ke bandara. Seperti biasa, mereka harus menunggu di waiting room terlebih dahulu. Di dekat waiting room, ada toko cokelat yang menggoda Alice. Alice pun membeli beberapa cokelat. Dan beberapa cokelat itu bukan 1 atau 2 melainkan 1 plastik penuh.

"Dasar endut!" kata Rio perlahan

"Jangan kira gua gak denger ya!!!" kata Alice kesal

"Kenapa cokelat tester nya enak ya?" kata Jacob tiba-tiba

"Cokelat tester? Emang lu mau beli?" tanya Rio

"Pastinya enggak" kata Jacob datar

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 di Singapore. Alice dan kedua pangerannya sudah berada di pesawat. Baru beberapa menit pesawat meninggalkan bandara, Jacob sudah tertidur pulas.

"Ri, gimana kamu sama Gaby?" tanya Alice sedikit ragu

"Gaby? Udah males gua sama dia" jawabnya datar

"Lah kenapa?"

"udah pindah ke lain hati"

"Ih gak setia" ledek Alice

"Bukan gak setia. Ngapain nunggu yang udah gak pasti."

"Emang yang udah pasti siapa?" tanya Alice

"Ada temen gua." jawab Rio

"Siapa?" tanya Alice penasaran

"Kepo banget sih"

"Siapa ah? Rio mah jahat" kata Alice mulai kesal

"Anaknya bapak Bramantyo" jawab Rio disertai ketawa licik

"Bramantyo? Kayak nama papa aku" jawab Alice yang masih tidak mengerti

"Emang lu Alice" kata Rio yang sekarang mulai kesal

Alice's
Hah? Serius nih?

"Emang lu Alice" kata Rio yang sekarang mulai kesal

'Kurang ajar dia tahu nama papa aku 😒 '

"Lagi jailin aku lagi ya?"

"Enggak Lic, ini beneran" kata Rio yang membuat suasana jadi serius

"Gua suka sama lu, gua tahu lu pernah suka sama Jacob atau mungkin masih suka. Tapi gua gak jadiin lu pelarian, gua emang sayang nya sama lu." lanjut Rio sambil memegang tangan Alice

"Tapi Gaby..."

"Perasaan gak bisa dipaksain Lic"

"Hmm, terus?" tanyaku bingung

"Jadian yuk" katanya seperti mengajak bermain

"Heh?" kataku yang bingung oleh sikapnya

Aku menganggukan kepalaku.

Lalu Rio tersenyum bahagia.

"Tapi bisakan kamu tetep berperilaku biasa ajah, gak usah lebay atau apa gitu"

"Siap" kata Rio

"Bisa juga kan gak terlalu iseng" tanyaku lagi

"Yang itu mungkin gak bisa"

Will You Know?Where stories live. Discover now