CHAPTER 12

937 64 43
                                    

Naruto berjalan santai sambil menenteng kantong plastik besar itu. Matanya terus beradu dengan bangunan-bangunan yang ada di sepanjang jalan. Sudut bibirnya terangkat kecil. Oh, dia sangat menikmati jalan-jalan seperti ini.

Mungkin aku akan lari pagi saja besok pikirnya.

Kaki jenjangnya melangkah ke halte. Di sana ternyata sedang banyak calon penumpang. Naruto mengenakan tudung jaketnya yang terlampir di belakang tubuhnya, lantas melangkah ke sana. Bergabung menunggu bus yang datang.

Sejenak Naruto menatap arloji di tangan kirinya. Lantas kembali mendongak ketika dilihat busnya sudah datang. Orang-orang itu berjalan memasuki bus. Lantas bus berjalan dengan laju sedang di atas aspal badan jalan.

Naruto duduk di samping jendela. Di sampingnya ada seorang nenek tua yang sedang membersihkan kaca matanya. Naruto meliriknya, melihat tangan bergetar sang nenek saat mengelapnya.

"Nek, " Naruto merasa tak tega. Karena nenek itu bergetar tak berhenti. Dia akhirnya menyapa.

Nenek itu mendongak. Netra ungunya menemukan pemuda bermata biru tenang, tersenyum simpul ke arahnya. Menerbitkan senyum dengan guratan di wajah senjanya.

"Biarkan aku saja, ya, yang membersihkan kaca mata nenek. Nenek istirahat saja..." Naruto mencoba membujuk.

Nenek itu tersenyum, "Tak apa, nak. Aku masih bisa melakukannya. Terima kasih..."

Oh, tentu saja bukan Naruto, jika dia menyerah. Dia terus mencoba, "Tapi, nenek gemetar. Apa nenek sakit? Biar Naru saja..." Naruto menambahkan nama kecilnya, untuk terus membujuk nenek.

Nenek itu tersenyum lagi, "Nenek sedikit pusing, memang." Naruto mendengarnya tersenyum. "Apa tak merepotkanmu?"

"Tentu saja tidak. Ke marikan, biar Naru yang bersihkan..." Tangan tua nenek itu terulur, memberikan kaca mata antiknya ke Naruto.

Naruto membersihkannya. Dia menggunakan sapu tangannya, tadi nenek itu menggunakan bajunya untuk membersihkannya. Selesai, dia membelikan sapu tangannya ke kaca mata itu, memberikannya pada nenek.

"Sapu tanganmu, nak..." Naruto menggeleng pelan.

"Untuk nenek saja. Untuk membersihkan kaca mata nenek. Agar baju nenek tak kotor, baju nenek bagus, lho..." Oh, Naruto. Kalimat persuasifmu untuk membujuk nenek menerima sapu tangan itu sangat tepat.

Nenek itu berterima kasih sejenak. Dia menatap netra biru itu, "Namamu siapa?"

"Naruto. Namaku Naruto, nenek sendiri?"

"Chito. Samaki Chito."

©Masashi Kishimoto
@AmeliaMP

Kushina menghela nafas gusar. Karena nenek Chito, teman jauh mendiang ibunya belum kembali juga. Padahal sudah lebih dari 6 jam sejak nenek Chito pergi.

Kushina menghempaskan diri ke sofa, memijat pelipisnya yang mendadak terasa pening. Mengkhawatirkan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi. Sesekali menggeleng kala pikiran negatif menghampirinya.

Shirou yang baru dari taman untuk menyiram bunga disuruh Kushina mengernyitkan dahi saat melihat sang bibi malah sibuk memejamkan mata sambil memijit kepala. Bibi kenapa? Batinnya.

Complicated Love AGAIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang