Chapter 11

775 55 12
                                    

Kushina menata makanan yang telah ia siapkan. Beban yang ada di tangannya cepat-cepat ia taruh di meja. Maksudnya panci sayur.

Menatap sekeliling, mencari keberadaan suaminya. Tak ditemukan, lantas ia melangkah cepat ke kamar mereka.

"Minato! Cepat turun, atau kau akan terlambat masuk kantor!"

"Sebentar, Kushi-chan..."

"Dasar, selalu saja seperti itu. Bagaimana Naruto tidak menirunya? Ayahnya saja seperti itu..."

Kushina bersungut-sungut sambil menggerutu dengan berjalan cepat ke arah dapur, membereskan yang tersisa. Sedetik kemudian, dia kembali berseru,

"Shirou!!! Cepat turun atau kuusir kau dari sini!!"

"Iya, baa-san!!!"

Kushina menaruh wadah yang berisi nasi itu. Dia menatap tajam pada pemuda di hadapannya.

"Bisakah sekali saja kau bangun tanpa kuteriaki??!"

Shirou menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil perlahan mendekati Kushina, "Gomennasai, baa-san,.."

Kushina menghela nafas lelah. Tak lama, dia melihat sosok suaminya datang dengan penampilan yang sudah rapi.

"Cepat sarapan, dan kau, Shirou. Setelah ini kau temani aku belanja bulanan. Persediaan hampir habis"

Shirou hanya mengangguk pasrah dan menyantap makanan yang ada. Begitupun Minato yang langsung melahap sarapan dari istri tercinta.

'Meski dia marah, tetap saja makanannya enak, hihi..' Minato terkikik dalam hati saat pemikirannya itu terlintas.

© Disclaimer Masashi Kishimoto

Naruto masih menyantap sarapannya. Dan ini sudah ketiga kalinya dia menghabiskan mangkuk berisi benda panjang kesukaannya itu-ramen.

"Hana-nee, boleh tambah lagi??"

Hana menghela nafas, sebegitu sukanya, kah, dia pada ramen ?? Dia masih bergidik saat ingatan tentang Naruto yang mampu menghabiskan 8 cup ramen instan saat 3 Minggu yang lalu. Dan sekarang bisa saja rekor pemuda itu meningkat.

Dengan gelengan tegas, Hana menatap Naruto galak. Naruto menghela nafas sebal.

"Ayolah, Hana-nee, kau sangat jarang memasak ramen. Biarkan aku makan ramen untuk melampiaskannya.." ujar Naruto memelas. Memandang Hana dengan puppy eyes andalannya.

Hana mendengar, "Jangan kau pikir matamu itu bisa mengubah pikiranku saat ini. Sekali tidak, tetap tidak. Ini tak begitu sehat, Naruto..."

Naruto mengerucutkan bibirnya. Dia menatap kesal Hana. Tapi Hana tak menghiraukannya, dia lebih memilih menuju dapur untuk membuat susu formula ibu hamil yang beberapa waktu lalu dibeli suaminya itu. Aaah, Hidan memang pengertian.

Naruto menilik panci yang sedari tadi menjadi wadah ramen. Dilihatnya panci yang tadinya ada ramen itu. Tatapan kecewa muncul.

"Pantas saja tidak boleh. Ramennya saja sudah habis..." Gerutunya pelan.

Akhirnya Naruto beranjak meletakkan mangkok dan panci ke tempat pencucian piring. Sekalian mencucinya.

"Ne, Naruto, kau bisa belanja, bukan?"

Naruto menoleh sambil mengerutkan dahinya, "Bisa, memang kenapa, Hana-nee??"

Complicated Love AGAIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang