26. Truth or Truth

5.6K 856 525
                                    

"Oke, kali ini gue bakalan adain sebuah permainan yang sebenarnya udah mainstream," cetus Bryan yang membuat teman-temannya memutar bola matanya malas.

"To the point aja deh, gue udah bosen di sini," ujar Syakilla dengan ketus.

"Diam deh lo, Nenek lampir!" balas Bryan pada Syakilla. "Nggak tahu diri banget sih lo, nggak ada yang ngundang, eh tiba-tiba datang," sindirnya.

Syakilla melotot mendengarnya. "Gue memang nggak diundang, tapi Shawn yang minta gue temani," jawab Syakilla seraya memandang ke arah Shawn yang menatapnya datar.

"Ini bukan tempat buat memadu kasih. Enek gue lihatnya," sindir Shania yang sudah merasa gerah melihat Syakilla yang menyandarkan kepalanya di bahu Shawn.

"Sewot aja lo. Udah deh cepat main," perintah Syakilla pada Bryan.

Semua yang berada di kamar Bryan pun saling menatap satu sama lain. Sungguh, mereka semua sangat jengkel dengan perilaku Syakilla.

"Oke deh langsung aja. Nama permainannya adalah ... Truth or Truth."

"Gue nggak mau ikutan. Permainan macam apaan!" kata Syakilla.

"Ya udah, pulang aja. Lagian siapa yang ngajak lo?" tanya Shania seraya menatap Syakilla dengan sengit. Syakilla tidak mau kalah, ia membalas Shania tidak kalah sengitnya.

"Syakilla, nggak usah berulah," peringat Shawn.

"Ih, tapi dia yang mulai duluan," balasnya dengan manja. Shawn berdecak.

"Kak Bry, kasih peraturan dong, yang manja pulangin aja," kata Shania pada Bryan.

"Lo udah berani ya?" tanya Shawn dengan tatapan mengintimidasi.

"Kenapa? Gue sekarang bukan wanita lemah ya, sekarang gue punya harga diri yang lebih mahal harganya daripada harga diri lo!" cetus Shania dengan nada seketus mungkin.

Shawn menatap Shania tajam. Shania sudah tidak takut lagi dengan tatapannya. Ray yang melihat Shawn dan Shania berseteru, berusaha menengahinya. "Udah deh, mending sekarang dimulai."

"Bry, jelasin peraturannya," perintah Deo pada Bryan.

"Jadi di dalam botol ini, gue udah tulis nama kalian. Setiap nama yang keluar, harus jawab pertanyaan yang diajukan, dan harus dijawab jujur.

"Kalian bisa lihat, di dalam botol ini banyak banget kertas. Jadi, setiap orang bisa mendapat kesempatan lebih dari sekali, atau bahkan berkali-kali."

"Udah deh, cepat!" geram Syakilla. Bryan melotot ke arahnya.

Bryan mengocok botol yang berisi gulungan kertas, kemudian ia mengeluarkan satu gulungan kertas, lalu ia membukanya. "Shania," katanya seraya menunjukkan kertas tersebut pada teman-temannya.

Shania melebarkan matanya. "Ih, kok gue sih," kesalnya. Ray menertawakan Shania.

"Udah deh, itu nasib lo," cibir Ray pada Shania. Shania mendengus sebal.

"Siapa yang mau tanya?" tanya Tata pada semua yang berada di kamar Bryan.

"Gue." Semua yang berada di kamar Bryan dibuat terkejut oleh Shawn. "Boleh, 'kan?" tanya Shawn.

Karena semuanya masih terkejut, akhirnya Tata yang menjawab pertanyaan Shawn. "Boleh, kok."

"Ungkapin perasaan lo ke gue saat ini."

"Anjir!" pekik Bryan. "Gila. Shan, lo harus jawab. Ingat, harus jujur."

"Harus banget, ya? Tapi, 'kan ini privasi." Bryan mengangguk sebagai pertanda jawaban.

Sacrifice and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang