3. Canteen

12.5K 1.2K 173
                                    

Shania dengan sangat semangat kembali menjalankan rutinitasnya sebagai pelajar, belajar dengan giat agar dapat menjadi orang yang sukses dan membanggakan orangtuanya.

"Non, bibi udah buatin sarapan. Ayo Non," ujar Bi Sarti dengan mengetuk pintu kamar Shania.

"Iyaa Bi... Shania bentar lagi turun ke bawah," teriak Shania dari kamarnya yang terletak di lantai dua.

Setelah Shania menyelesaikan ritual mandinya dan mempersiapkan segala kebutuhannya untuk bersekolah, Shania dengan segera turun ke ruang makan milik keluarganya.

"Pagi, Bi...," sapa Shania dengan ramah dan menunjukkan senyum termanis yang ia miliki.

"Pagi, Non...." Bi Sarti menjawab sapaan Shania tidak kalah ramahnya.

"Mama ke mana, Bi?" tanya Shania sambil menduduki kursi ruang makannya dan mengambil beberapa lembar roti untuk mengisi perutnya yang sudah lapar.

"Nyonya tadi pagi sudah berangkat ke Bandung, tadi nyonya titip salam buat Non," jawab Bi Sarti.

"Wa'alaikumsalam, oh gitu yah, Bi. Yaudah Shania mau sarapan dulu, Bibi kalo mau sarapan sini bareng Shania aja, temenin Shania makan." Shania mengajak Bi Sarti untuk ikut sarapan bersamanya.

"Nggak usah, Non. Bibi mau ngelanjutin beres-beres dulu," tolaknya dengan halus.

"Yaudah deh, Bi. Shania makan yah."

"Iya," jawab Bi Sarti.

Shania selalu saja sarapan sendiri saat mamanya tidak ada dirumah, karena harus melanjutkan tugas papanya yang telah tenang di surga untuk mencari nafkah.

Walaupun keluarga Shania termasuk keluarga yang bisa dibilang sangat mencukupi, tetapi mamanya ingin menghabiskan waktunya untuk bekerja, dengan tujuan menghilangkan rasa sedih dan kesepian yang kerap menderanya.
Bukan berarti ia tega dan tidak sayang pada Shania, justru beliau ingin membanggakan Shania dan kakaknya.

Mamanya sering sekali bolak-balik Jakarta-Bandung untuk bekerja, akhirnya dengan sangat terpaksa, mamanya memindahkan Shania untuk menetap di Jakarta.

Sementara Shania, ia menghilangkan rasa sedih dan sepinya dengan menonton film atau membaca novel, yang merupakan hobinya.
Selalu saja seperti itu.

Sedangkan kakaknya, dia masih harus melanjutkan kuliahnya di Jerman, selain itu, menurutnya dengan berkuliah dapat menghilangkan sedikit rasa kesedihannya akibat meninggalnya almarhum papanya.

Setelah selesai menghabiskan sarapannya, Shania segera beranjak dari tempat duduknya dan ke luar rumah untuk berangkat ke sekolah tercintanya.

* * *

Saat ini, Shania telah berada di sekolah tercintanya, SMA Taruna Permata. Ia tidak mau mengalami yang namanya 'terlambat' untuk yang kedua kalinya. Maka dari itu, ia berangkat pagi-pagi sekali. Tidak heran, saat ini suasana di sekolahnya masih sepi. Hanya ada penjaga sekolah dan beberapa siswa yang terlihat rajin.

Ia teringat Tata yang pernah mengatakan, jika di belakang sekolah terdapat taman yang dihiasi bunga-bunga yang cantik.

Shania memutuskan untuk meletakkan tasnya di dalam kelas, lalu ia akan melihat taman yang terletak di belakang sekolah.

Sacrifice and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang