"Kok mukanya kayak baju kusut gitu?"

Gladys melirik sekilas Given kemudian memalingkan wajahnya, "Enggak, b-aja."

"Marah ya?"

"Ck, ngapain marah."

"Kok nada bicaranya jutek gitu, sama pacar sendiri lho." Given menusuk pelan pipi Gladys dengan jari telunjuknya.

"Aku nggak jutek." Gladys menggembungkan pipi membuat Given tidak dapat menahan diri untuk mengunyel-unyel pipi gadis itu.

"Given!"

Given terkekeh geli mengacak rambut Gladys, "Galak banget."

"Ish, jangan berantakin rambut aku." Gladys mundur selangkah merapikan rambutnya dengan tangan.

"Iya mbem." Given mengulum senyum melihat ekspresi Gladys agak kaget, setelah sekian lama panggilan itu terdengar lagi di telinganya.

"Aku nggak tembem dudut!"

"Iya nggak tembem, cuma agak bulet doang." Given mencubit gemas pipi Gladys, "Ini pipi bisa buat nyimpen cadangan makanan kayak hamster ya?"

"Giveeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen!" Gladys mencubit perut Given tanpa ampun, agak kesusahan karena perut Given lebih di dominansi oleh otot dari pada lemak.

"Aduh geli mbem." Given menggeliat setiap kali Gladys mencubit perutnya. Karena tidak tahan Given meraih kedua tangan gadis itu, "Modus kamu ya ,bilang aja pengen sentuh tubuh abang kan? Ah abang jadi malu."

Gladys mengumbat tanpa suara langsung memundurkan tubuh menjauh, "Najis banget!"

Given tertawa renyah kemudian meraih helm putih dan memakaikannya pada Gladys.

"Kemarin aku udah bilang Paman Sam buat pindahin Ivan ke kelas lain. Tadinya sih aku usul minta dia di keluarin tapi nggak bisa soalnya dia udah kelas 12, mana kesayangan guru. Sial." Given menghela nafas kasar, terlihat jelas dia sedang menahan emosi.

Gladys menggeleng pelan, "Nggak sekelas sama dia aja aku udah seneng Ven." Gladys meraih tangan Given menggenggamnya lembut, "Makasih ya?"

Given terdiam menatap dalam gadis di hadapannya. Meskipun Gladys berkata begitu tetap saja dalam hati Given tidak tenang. Dia takut jika sewaktu-waktu dia lengah Ivan akan kembali mencelakai gadis itu. Melihat pengalaman kemarin terlihat jelas bahwa Ivan tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Given tidak ingin gadisnya dilukai siapapun.

Given menyentuh pundak Gladys menatapnya teduh, "Jangan pernah jalan sendirian, kalau ke toilet ajak Velly aja, kalau kekantin tunggu aku. Sorry aku nggak bisa selalu jagain kamu di kelas, tapi kamu jangan takut ya? Ada Armand, Lilo, Hans meskipun bobrok mereka tetep bisa jagain kamu."

Senyum Gladys mengembang begitu saja saat menyadari seberapa besar rasa khawatir dan perduli Given padanya. Hatinya menghangat semua perasaan takut itu hilang entah kemana.

Given naik ke atas motor kemudian mengulurkan tangan membantu Gladys naik ke boncengannya. Gladys tidak dapat menahan diri untuk tidak mengulurkan tangan memeluk erat pinggang Given, menyandarkan kepalanya di punggung kokoh cowok itu.

Gladys tidak tau seberapa susahnya Given menahan senyum saat ini. Jika biasanya cowok ini mengendarai motor dengan kecepatan diatas rata-rata, pagi ini Given memilih mengendarai motor dengan kecepatan normal. Saat pemberhentian lampu merah Given akan sesekali membelai lembut punggung tangan Gladys yang melingkar di perutnya.

Sesederhana itu tapi mampu membuat mereka bahagia.

----

Sepanjang koridor banyak murid menatap sinis kedua pasangan baru itu. Bukan baru lebih tepatnya pasangan lama yang di kabarkan bersemi kembali. Banyak kaum adam yang mengumpat saat Given merangkul possesive pundak Gladys, sesekali Given sengaja tersenyum tengil memperlihatkan deretan gigi putihnya sengaja menantang para siswa itu.

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Where stories live. Discover now