Bab 3

4.4K 355 192
                                    

Vanka melirik jam tangannya. Pukul 21.30. Vanka menyambar jaketnya, mengambil kunci motornya. Vanka melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Menyusuri jalan yang lumayan ramai dan berhenti di perumahan elite. Vanka langsung masuk ke dalam rumah itu tanpa mengetuk atau memberi salam pada sang empu pemilik rumah.

Langkahnya terhenti di depan pintu kamar. Vanka memutar knop pintu dan menemukan seorang laki-laki seusianya sedang bermain gitar di balkon kamarnya. Vanka duduk di samping laki-laki itu.

"Lagu yang cocok buat gue dong, Jur," pinta Vanka.

"Lagu yang cocok buat lo?" tanya Jujur menautkan kedua alisnya. "Kayaknya nggak ada deh," lanjut Jujur terkekeh pelan.

"Njing lo!" umpat Vanka.

"Lo abu-abu sih," ujar Jujur.

Vanka mengernyitkan dahinya.

"Maksudnya itu, apa yang lo rasakan, lo lakukan itu susah didapat dilirik lagu. Nggak ada yang pas sama kisah hidup lo." Jujur meledek Vanka.

Vanka merebut gitar milik Jujur, memetik pelan senar gitar. Vanka memilih lagu Lyla - Bernafas Tanpamu untuk menemani malamnya. Jujur terkekeh melihat Vanka menyanyikan lagu itu.

"Alah, sok mellow banget lo, Van." Kekehan Jujur membuat Vanka berhenti di tengah-tengah lagu. Vanka memberikan kembali gitar Jujur.

"Lagian. Stok cewek lo banyak, milih lagu kayak gitu. Udah gue bilang dari awal 'kan, nggak ada lagu yang cocok buat lo," ledek Jujur lagi.

"BERISIK LO!" Vanka memainkan poselnya.

"Tobat deh Van dari sekarang. Jadi anak yang baik, sekolah yang bener, jangan kebanyakan main-main. Kasihan bokap lo, kerja setiap hari, banting tulang buat anaknya, eh kelakuan anaknya malah ngecewain orangtuanya," tutur Jujur pada Vanka untuk yang kesekian kalinya.

"Bawel lo! Udah kayak emak-emak. Kebanyakan gaul sama anaknya komite sekolah jadi bego 'kan, lo."

"Setdah bawa-bawa si Sita segala. Gue nasihatin lo, karena fans lo yang minta."

Vanka sibuk dengan poselnya. Dahinya berkerut, Jujur melihat Vanka dengan tatapan aneh. Jujur mendekatkan jarak duduknya dengan Vanka, melirik chat yang dibaca Vanka.

"Theloa? Kenapa?" tanya Jujur. Vanka mengangkat kedua bahunya.

"Tadi lo bilang apa? Fans gue?" Vanka balik bertanya. Jujur menganggukan kepalanya. "Kenapa?" tanyanya lagi.

"Katanya sih gini; Jujur, lo 'kan temennya Vanka. Nasihatin dong biar lebih baik lagi. Coba Vanka nggak menakutkan. Dia ganteng tapi perilakunya minus, kalau dia berubah 'kan kita sebagai fansnya nggak takut deketin dia." Jujur menirukan gaya kalimat fans Vanka.

"Ada yang cantik nggak?" tanya Vanka antusias.

"Bangsat lo ya. Yang dicari cewek cantik mulu," kesal Jujur. "Tobat deh Van, jangan main-main sama anak orang. Inget, hukum alam berlaku. Karma Van karma," lanjutnya.

Vanka hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Lihat. Nasihat Jujur masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Dia anggap sebagai angin lewat. Nasihat, saran, kritikan tidak pernah mau Vanka terima.

Jujur Sebastian, sahabat Vanka dari SMP. Jujur juga sekolah di SMA Krida. Dia masuk di kelas XI-IPA 2. Jujur sendiri anggota OSIS SMA Krida. Jujur saat SMP sama seperti Vanka. Perilakunya jauh dari kata baik. Tapi saat masuk SMA, Jujur memilih untuk bertaubat. Tak khayal jika Vanka tidak bersikap dingin.

Inside of YouWhere stories live. Discover now