Bab 1

12.4K 610 300
                                    

Hari pertama masuk sekolah setelah kenaikan kelas mungkin adalah hal biasa. Namun berbeda dengan yang dirasakan oleh Kayla. Karena hari ini adalah penentuan di mana dirinya masuk di jurusan IPA/IPS.

"Kayla!" teriak perempuan berhijab di dekat lorong sambil melambaikan tangannya.

Kayla berlari kecil menghampiri perempuan berhijab itu. "Hai, Anis. Gimana? Udah lihat pengumuman jurusan belum?" tanya Kayla pada perempuan berhijab yang dipanggil Anis.

"Belum nih. Habis di mading rame banget, mager buat ke sananya. Lo sendiri baru dateng?" tanya Anis.

"Iya, gue baru dateng. Mau lihat pengumuman jurusan, tapi kata lo masih rame," jawab Kayla.

"Kayak nggak pernah lihat siswa sekolah kita aja, Kay. Dulu pengumuman kelas sepuluh juga gitu."

"Iya juga sih. Nggak heran deh. By the way ke mading yuk, udah agak sepi," ajak Kayla karena mading sudah tidak begitu banyak siswa.

Kayla dan Anis berjalan menuju mading untuk melihat jurusan apa yang akan diterimanya. Kayla menyipitkan matanya. Membaca kertas yang tertempel di mading secara berurutan untuk mencari namanya.

Ah itu nama gue, batin Kayla.

"Kay alhamdulillah kita satu kelas!" teriak Anis girang sambil menunjukkan namanya dan nama Kayla di kertas mading yang bertuliskan kelas XI-IPS 2.

Kayla masih mencermati nama-nama siswa yang akan menjadi teman satu kelasnya. Matanya membulat tidak percaya.

"What the hell. Njir ini serius? Gue lagi nggak mimpi?" tanya Kayla pada Anis.

"Hah? Maksud lo? Ini ya kenyataan lah. Lo kenapa sih?" Anis balik bertanya pada Kayla karena bingung dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah seperti orang kesurupan.

"Ya ampun! Coba deh Nis lo cubit gue. Ini mimpi apa nggak?" Kayla masih mengulang pertanyaan yang sama pada Anis.

Anis mencubit tangan Kayla karena geram dengan perilaku Kayla yang super aneh.

"Awww!" Kayla meringis sambil mengusap tangannya yang dicubit oleh Anis. "Sakit tau, Nis! Ih!"

"Ya kali, 'kan lo sendiri yang minta dicubit, sekarang ngambeknya di gue. Dasar ABG labil lo," cibir Anis. Kayla mengurucutkan bibirnya. "Udah buru ke kelas deh, ntar keburu gurunya masuk," lanjut Anis.

Kayla hanya mengekor di belakang Anis sambil mengusap tangannya yang masih sakit karena dicubit Anis.

Kayla dan Anis masuk ke dalam kelas bertuliskan XI-IPS 2. Suasana kelas sangat ramai. Bahkan bisa dikatakan seperti pasar. Anis mencari bangku kosong untuk ditempati, sedangkan Kayla sibuk mecari sosok yang menjadi perhatiannya. Matanya menyapu seluruh ruang kelas, mencari seseorang tersebut tapi nihil.

Astaga. Ini anak nggak masuk lagi? batin Kayla bertanya pada dirinya sendiri.

"Kayla astaghfirullah, kenapa matung di situ? Mending lo buru duduk sini." Anis melambaikan tangannya menyuruh Kayla duduk.

"Iya, iya. Ya ampun bawel banget sih udah kayak Mami gue aja," gerutu Kayla sambil duduk di bangku kedua dari belakang.

"Hai Kayla, kita satu kelas lagi ya," sapa perempuan berambut sebahu yang duduk di bangku depan Kayla.

"Oh, hai Rin. Untung kelas ini ada lo, Rin. Coba kalo nggak ada Karina, mungkin nggak akan rame," goda Kayla pada Karina—teman satu kelasnya dari kelas sepuluh.

Inside of YouWhere stories live. Discover now