Why(?)-Eighteen

Mulai dari awal
                                    

Aku mencintainya.

Kubuka mataku melirik sebentar kearah Gladys, bibirku tidak dapat menahan senyum saat melihat wajah bingungnya menatap kearahku.

Tanpa membuang waktu kulajukan motorku dengan kecepatan di atas rata-rata. Waktuku tidak banyak, jika aku gagal maka selamanya tidak akan ada lagi kesempatan untuk menggapai gadis itu.

Masalah Tante Sonya biarlah kupikir belakangan, setidaknya biarkan aku memenuhi persyaratan Om Henry.

Bolehkah aku berharap suatu saat Tante Sonya bisa menerimaku?

Dari kejauhan akhirnya terlihat motor merah Fahri melaju tak kalah kencang denganku. Jika bukan karena hadiah yang akan kudapat setelah ini, mungkin aku akan memilih kalah saja karena jarak kami terlalu jauh. Motivasiku untuk menang benar-benar besar, aku akan menyesal seumur hidup jika kalah di sini.

Gue mau lo bahagia, dan biarin gue jadi orang yang bahagiain lo bukan dia, tapi gue.

----


Author

"Dasar keras kepala, untung masih sempat."

Gladys menatap heran Henry. Di saat semua orang bersorak karena kemenangan cowok itu, Henry justru terus-terusan mengomel.

Ya, Given menang meskipun di detik-detik terakhir kemenangannya terasa mustahil. Tapi itulah ciri khas Given, tidak mudah di tebak.

"Papa kenapa sih? Marah mulu."

Henry berdecak tak sabar, "Itu lho cowok kesayangan kamu, bikin papa jantungan aja."

"Ih pa! Dia bukan cowok kesayangan Gladys!"

"Oh ya? Yah udah terlanjur, gimana dong?" Henry tersenyum jenaka.

"Maksud Papa?"

"Bentar lagi kamu juga tau." Henry menarik tangan Gladys membawanya kearah kerumunan orang tempat Given sedang di puji-puji.

Lebih tepatnya dia sedang di marahi oleh teman-temannya.

"Jantung gue nyaris jatuh ke lantai lihat lo tadi!"

"Lo nape tadi? Njir gue deg-degan."

"Kalo nggak deg-degan, lo mati nyet!"

"Tai, jangan pukul kepala gue!"

"Gue kira lo nyerah, agak telat sih keputusan lo. Tapi selamat ya bro." Hans menepuk pelan pundak Given.

"Maksud lo apaan?" Armand mengerutkan kening bingung.

"Itu, tadi bokap Gladys--"

"Nyaris aja Om lempar kepala kamu pake batu tadi." Given dan teman-temannya reflek menoleh kearah Henry, "Untung masih sempet."

Given menggaruk lehernya yang tidak gatal, agak merasa tidak enak karena nyaris mengambil keputusan bodoh, "Maaf Om, saya kan bingung."

"Bingung kenapa?" tanya Gladys dengan tampang polos tidak tau jika dirinya di jadikan menjadi dorprize untuk cowok bermotor hitam itu.

Henry berdeham sejenak, "Berhubung saya bukan pria yang suka mengingkar janji." Henry mendorong tubuh Gladys pelan, tapi cukup membuat Gladys agak limbung dan menabrak dada bidang Given, "Anterin anak saya pulang ya?"

Gladys,Armand, Lilo terbelalak kompak menatap tak percaya ucapan Henry.

Gladys menarik diri dari Given beralih menatap tajam Henry, "Papa ngomong apa sih?! Pokoknya Gladys balik bareng papa!"

Sial, papa gue ajaib bener.

"Nggak, Papa masih ada keperluan setelah ini. Jadi kamu di anter Given aja ya?" Dusta Henry, benar sih setelah ini ada urusan. Menidurkan macan tidur alias Sonya istrinya.

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang