Chapter 4

4.1K 452 58
                                    

Annyeong readersdeul....

Happy reading.

Sebelumnya...

"Cepat sembuh, Kyu. Jebal, jadilah lebih kuat, arrachi?" gumamnya bersungguh-sungguh, bahkan seakan memohon. "Jjaljayo......"

"Nae dongsaeng," lanjutnya setelah menghela nafas berat.

Donghae tak tahu bahwa sebenarnya Kyuhyun masih setengah sadar dan mendengar semuanya, bahkan dongsaengnya itu mati-matian menahan air mata keharuannya.

Why?

Hoek, entah sudah berapa lama Kyuhyun berjongkok di depan porselen dan terus-terusan berusaha untuk memuntahkan isi perutnya. Bahkan air di bath up yang semulai kosong sudah melimpah. Ya, Kyuhyun sengaja memutar penuh kran air untuk menyamarkan suara batuk dan muntahnya. Pasalnya, Kyuhyun sekarang berada dikamar mandi milik Donghae karena saking mendesaknya tadi, ia tidak sempat berpindah kekamarnya sendiri. Bagaimanapun juga, Kyuhyun tak ingin hyungnya itu bertambah khawatir.

Setelah dirasa tak ada yang perlu dikeluarkan lagi dari perutnya, Kyuhyun mulai berdiri –dengan sedikit kesulitan tentunya. Tak lupa, Kyuhyun berkumur dan mencuci mulutnya sebersih mungkin kemudian mematikan kran air. Dengan telapak tangannya yang masih dingin dan sedikit basah, Kyuhyun menyentuh dahinya sendiri untuk memastikan seberapa panas suhu tubuhnya. Hangat, komentarnya pada diri sendiri. Sepertinya, ia hanya terserang demam ringan.

Kyuhyun memutuskan untuk keluar dari kamar mandi setelah urusannya selesai. Meski tidak separah tadi, rasa mualnya masih ada, bahkan kini perutnya terasa sakit. Kyuhyun tahu, muntahnya tadi bukan karena demam, melainkan karena penyakitnya yang lain. Dan jelas, itu bukan pertanda baik.

Dari jam dinding yang weeker yang terletak diatas nakah, Kyuhyun mengetahui kalau waktu baru menunjukkan pukul 4 pagi. Kyuhyun mengalihkan pandangannya pada sang hyung yang masih terlarut dalam lelapnya. Kyuhyun kembali membaringkan dirinya dan mengamati wajah hyungnya itu lekat-lekat. Senyum lembut terulum begitu saja, seolah melupakan sakit yang masih betah menyerang bagian atas perutnya. Sebelumnya, ia tak pernah berada sedekat ini dengan sang hyung. Meski Donghae tak pernah menunjukkan tatapan kebencian seperti hyungnya yang lain, Kyuhyun tetap merasa segan dan canggung ketika bersamanya.

Kyuhyun bergidik merasakan dingin yang menusuk kulitnya. Ia baru sadar kalau AC menyala dengan suhu rendah. Mengingat jika dingin adalah salah satu hal yang tak bisa bersahabat dengannya, Kyuhyun memutuskan untuk ikut menelusup kedalam selimut, menariknya sampai sebatas leher dan semakin mendekatkan diri pada sang hyung, merubah posisinya menjadi miring karena cahaya lampu cukup menyilaukan matanya. Kyuhyun sama sekali tak menyalahkan Donghae, ia cukup tahu hyungnya itu tidak bisa tidur dalam keadaan gelap gulita dan udara yang panas. Dari mana Kyuhyun tahu? Simpel sekali jawabannya. Kyuhyun selalu mencari segala hal tentang ketiga hyungnya.

"Akh..." Mendadak, Kyuhyun reflex mengaduh pelan saat sakit itu kembali menyentaknya. Sial, umpatnya. Padahal, beberapa jam yang lalu, ia menyempatkan diri untuk meminum obatnya. Tak ada cara lain yang bisa Kyuhyun lakukan selain memutar posisi, membelakangi Donghae dan meringkuk agar lebih mudah untuk menekan kuat perutnya. Beberapa saat kemudian, namja itu bersyukur karena posisi itu cukup membantu, meski tak sepenuhnya. Kyuhyun masih tetap terjaga dan besar kemungkinan ia tak bisa tertidur lagi. Setidaknya itu lebih baik dari pada harus kesiangan dan berakhir dengan kedua hyungnya yang lain mendapati dirinya yang mengungsi atau pekerjaannya yang akan terbengkalai.

Why?

"Gomawo, Hyung." Kyuhyun menerima kotak bekal berwarna putih itu, tapi tidak langsung membukanya.

Why?Where stories live. Discover now