Chapter 25

5.3K 471 176
                                    

Halo....
Happy reading.

Why?
Ponsel Kibum berbunyi sesaat setelah dirinya keluar dari mobil. Kibum mengangkat panggilan itu tanpa menghentikan langkah.

"Ya! Apa yang terjadi pada adikmu?" tanpa sapaan, tetapi langsung teriakan panik yang memekakkan gendang telinga.

"Aku hampir membunuhnya tadi." Kibum menjawab secara spontan.

"Kau gila? Ritme jantungnya lebih buruk dari terakhir aku memeriksanya."

Kibum mendengkus. Dia selalu membenci kata gila yang keluar dari mulut dari siapapun itu. "Dia pengidap hipertensi pulmonal, jika kau lupa." Kibum menghela napasnya yang terasa berat. "Ritmenya memang tak bisa normal dan pastinya kau juga tahu itu, Hyung."

"Aku tahu, Kibum-ah. Tapi kenapa kau malah memberinya obat bius seperti ini? Apa yang harus aku katakan pada keluargamu jika mereka bertanya yang macam-macam?" Suara Sungmin terdengar frustrasi.

"Masa biusnya hanya tiga jam."

"Kau bilang hanya? Itu dosis tinggi."

"Anggap saja aku sedang bereksperimen."

"Kau pikir adikmu boneka kelinci percobaan? Jangan main-main, Kim Kibum. Kau memang berniat membunuhnya? Aku benar-benar tak mengerti dengan isi pikiranmu."

"Dia memang boneka bodoh sejak dulu." Kibum menggeram emosi dan mematikan sambungan telepon mereka dengan sepihak. Kemudian meremat ponsel pintarnya kuat-kuat sebelum kembali memasukkannya ke dalam saku.

Kibum melanjutkan langkahnya yang entah sejak kapan berhenti dengan lebar dan sedikit tergesa. Tujuannya adalah meja resepsionis yang tampak dijaga oleh dua orang perempuan berseragam serba putih.

"Selamat pagi. Ada yang bisa dibantu?"

Kibum sama sekali tak membalas senyum ramah dari penjaga yang menyapanya. Dia sedang serius dan tak ingin basa-basi. "Saya ingin bertemu dengan dokter Park Leeteuk."

"Mianhamnida. Dokter Park izin setengah hari dengan alasan mengurus keperluan pernikahannya."

"Bisakah kau menghubunginya? Katakan dokter Kim Kibum dari rumah sakit Ansan mau bertemu."

Sang penjaga meja itu tampak gelagapan mendengar permintaan Kibum yang mendekati perintah. Dia tahu sedikit tentang dokter Kim Kibum karena pernah ada urusan ke Ansan. "Baik, tunggu sebentar," katanya kemudian sembari terburu-buru mengangkat gagang telepon untuk menghubungi dokter Park meskipun dengan penuh keseganan. Takut menganggu izinnya.

"Bagaimana?" tanya Kibum tidak sabaran beberapa saat kemudian.

"Kebetulan urusan dokter Park sudah selesai dan beliau sedang menuju kemari. Silahkan menunggu di depan ruangannya saja, lantai enam."

"Baik, terimakasih." Kibum membungkuk dan mengukir senyum tipis. Walau bagaimanapun, dia masih tahu sopan santun dan tata krama sebagai tamu.

Langkahnya tak setergesa tadi. Tak bisa dipungkiri Kibum terus memikirkan kondisi Kyuhyun yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Aish, apa yang kulakukan?" Kibum mengumpati dirinya sendiri.

Dan di sinilah Kibum sekarang, duduk di koridor depan ruangan Park Leeteuk. Menunggu kedatangan dokter itu.

Suasana koridor sedang sepi. Hanya ada satu atau dua petugas rumah sakit yang lewat, juga seorang perawat perempuan bertubuh mungil yang melangkah dengan tergesa-gesa.

Pandangan Kibum terus mengikuti perawat itu sampai bayangan punggunya menghilang di pembelokan. Perawat itu sukses mengingatkannya pada seseorang yang cukup berarti dalam hidupnya.

Why?Where stories live. Discover now