14.2. Chase

28.4K 2.8K 74
                                    

Udara sejuk menerpa wajah Nicole begitu ia menginjakkan kaki di luar gedung terminal bandara. Udara di San Francisco cenderung dingin sepanjang tahun, termasuk ketika musim panas seperti ini.

Pakaian terusan tipis yang dikenakannya membuat bulu Nicole sedikit meremang karena dingin. Buru-buru ia memanggil taksi dan naik, berharap bahwa suhu di dalam kendaraan lebih hangat bagi tubuhnya.

Ia baru memberitahukan supir alamat apartemen ketika ponselnya berbunyi. Dengan sebelah tangan, Nicole mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"Kau terlambat mengirimkan tulisanmu, Nicky." Suara Liam di seberang sana terdengar kesal. "Seharusnya aku sudah menerima tulisan itu dua hari yang lalu, dan sampai hari ini e-mailku kosong."

Nicole memejamkan mata dan mengerang kecil. "Maaf, Liam. Aku lupa. Akan segera kukirimkan begitu aku sampai di apartemen, tidak lebih dari satu jam lagi."

"Kau sudah kembali?" Liam terdengar heran. "Tidak usah dijawab. Datang ke kantor, kami membutuhkan tambahan tenaga. Now!"

Liam tidak memberikan ruang untuk bantahan karena pria itu langsung memutuskan sambungan. Tahu tidak ada yang dapat diperbuatnya, Nicole akhirnya meminta supir taksi untuk membawanya ke tujuan lain, kantornya.

***

Matahari sudah terbenam lebih dari enam jam yang lalu dan hari sudah berganti lebih dari satu jam yang lalu, dan Nicole masih berada di balik meja kerjanya. Di depannya, Liam mulai membereskan mejanya sendiri, beberapa rekan kerja mereka pun bahkan tidak repot-repot bersiap untuk pulang dan malah memilih untuk tidur di kantor.

Nicole lelah. Setelah bangun pagi-pagi untuk mempersiapkan pernikahan Natalie dan langsung ke kantor begitu mendaratkan kaki di San Francisco kembali, yang dibutuhkan Nicole adalah kasur dan bathtub. Ia akan melakukan apapun jika bisa mendapatkan keduanya saat ini. Sayangnya, ukuran apartemennya terlalu kecil sehingga tidak memiliki cukup ruang untuk bathtub.

"Kau akan pulang sekarang?" tanya Liam sambil mengenakan jaketnya.

Nicole mengangkat kedua tangannya dan merenggangkan tubuh. "Iya. Cutiku masih belum berakhir hingga minggu depan. Kurasa aku akan memanfaatkannya dengan maksimal."

"Hmm," gumam Liam. "Aku akan meminta cuti tambahan satu hari lagi untukmu sebagai pengganti hari ini."

Nicole tidak menolak dan hanya tersenyum simpul.

Tidak lama setelah Liam pergi, Nicole akhirnya memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya dan pulang ke apartemen. Ia sungguh-sungguh butuh beristirahat. Sudah lebih dari 20 jam berlalu semenjak ia memejamkan mata dan Nicole rasa ia siap untuk tidur di mana saja.

Meskipun begitu, Nicole setengah mensyukuri kesibukan yang mendadak ini. Setidaknya ia tidak menghabiskan waktu menangisi Chase sambil memeluk se-bucket ice cream coklat yang selalu tersedia di lemari es.

Dengan kelelahan yang melandanya, Nicole yakin ia bisa langsung terlelap setelah membersihkan diri nanti, dan mungkin ia akan terlelap untuk waktu yang cukup lama.

Masuk ke dalam apartemen, Nicole meletakkan koper di samping pintu dengan sembarangan. Ia akan membereskan barang-barangnya besok setelah ia puas tidur. Menendang lepas sepatunya, Nicole langsung berjalan masuk menuju kamar tidur.

Tanpa bersusah payah untuk menyalakan lampu, Nicole langsung menghempaskan tubuh menelungkup di atas ranjang. Memejamkan mata, Nicole siap untuk terbang ke alam mimpi.

Namun sekelebat cahaya tiba-tiba menyinarinya. Dan meskipun ia telah memejamkan mata, Nicole dapat merasakan cahaya tersebut sehingga membuka mata. Ia menyadari bahwa lampu kamarnya menyala. Sontak, Nicole bangkit duduk dan melihat ke arah saklar di samping pintu kamar.

Bittersweet Love [COMPLETED]Where stories live. Discover now