Episode 32 : C'mon, Meri

1.3K 65 4
                                    

Aku masih tidak menyangka kalo Phire sudah pergi untuk selama-lamanya. Entah mengapa, aku seperti berhutang budi dengannya. Dia membelaku, tapi Agnez telah membuatnya meninggal dunia. Aku sangat sedih sekali. Aku merasa kehilangan.

Mike dan Kelvin pergi ke Amerika untuk memberitahu berita duka kepada keluarga Phire.

Phire sudah dimakamkan. Sekitar sudah seminggu kepergian Phire.

Aku berangkat ke kantor seperti biasanya. Tapi, mungkin kali ini sangat berbeda karena tanpa adanya Phire.

"Pagi, Mel. Apa kamu baik-baik aja? Kamu terlihat lesu sekali. Ada apa?" Tanya Sasa.

"Tak apa, Sa. Aku baik-baik aja. Hanya masih belum terbiasa aja gak ada Phire disini. Aku masih kebawa suasana sedih."

"Kenapa kamu berangkat ke kantor sekarang? Sepertinya, kamu kurang sehat. Harusnya, istirahat dulu di rumah."

"Aku bisa bekerja hari ini kok, Sa. Tenang aja."

Om Rio datang ke arah kami.

"Melisya, Om turut berduka cita atas kepergian Phire. Kita harus ke keluarganya." Ucap Om Rio.

"Tidak, Om. Keluarga Phire ada di Amerika semua. Saudaranya pergi kesana untuk memberitahu kabar duka ini." Jawabku.

"Baiklah, kamu baik-baik aja kan?"

"Iya, Om. Tenang aja, aku baik."

"Baiklah, untuk sekarang kamu diliburkan dulu sampai pikiranmu tenang."

"Terima kasih, Om. Kalo begitu, aku pamit pulang. Besok, aku sudah bisa bekerja lagi."

"Iya, baiklah. Hati-hati dijalan ya."

Aku pergi dari kantor dan menuju rumah Meri. Aku ingin, ada seseorang yang menemaniku.

Diperjalanan, aku melihat muka Agnez. Aku mengedip mata, dan benar kalo itu adalah muka Agnez. Aku turun dari mobil.

"Agnez!!" Teriakku.

Agnez melirik kearahku dan terlihat kaget. Agnez berusaha lari dan aku mengejarnya.

Aku menelepon Meri.

"Halo, Mer? Aku menemukan Agnez. Dia di taman. Buru, kamu kesini. Sepertinya dia melarikan diri. Aku akan mengejarnya. Cepatlah datang." Ucapku.

"Oke, gue kesana."

Aku kehilangan jejak Agnez. Tapi, aku melihat bayangan dia dibalik pohon besar itu. Aku berjalan perlahan menuju pohon itu dan aku menemukannya.

"Kamu disini."

"Nga.. ngapain lo kesini? Kenapa lo ngikutin gue?"

"Kalo gitu, kenapa kamu lari waktu aku memanggil namamu?"

"Gu.. gue tadi dipanggil sama temen. Ah.. ahh.. tadi gue kehilanan jejak, makanya gue lari. Dan gue cape banget, jadi gue istirahat dibalik pohon ini."

"Banyak alasan."

"Gu.. gue jujur."

"Kalo kamu jujur, kamu gak perlu ngomong gagap gitu."

"Heh, ini mulut gue. Suka-suka gue dong. Ngatur amat lonya."

"Nez, kamu udah bunuh Phire. Aku masih ngomong baik-baik sama kamu. Sekarang, mending kamu ke kantor polisi dan mengaku semua kesalahanmu."

"Heh, asal lo tau. Gue gak salah apa-apa. Gue gak perlu ke kantor polisi. Lo ngerti?"

"Kamu mau aku seret paksa?"

"Orang lugu kek lo mana bisa nyeret gue ke penjara?"

"Aku bisa."

"Gak usah sok bisa. Kelvin sama Mike gak ada disini. Gak ada yang bantu lo."

I Love You. Do You Love Me?Where stories live. Discover now