Episode 10 : New Life

2.1K 96 0
                                    

*3 tahun kemudian*

Kini, saatnya aku memasuki dunia perkuliahan. Aku masuk ke kelas design. Aku bertekad untuk menjadi designer kelak. Meri sahabatku, dia masuk ke bagian kelas seni. Disana, dia mendapati seni theater. Aku tahu, Meri sangatlah jago berakting. Kelvin masuk ke bagian ilmu teknik.
Aku dan Meri mendapati kelas yang berbeda jauh. Tapi, hubungan kami masih tetap perfect.
Aroma yang berbeda dari tempat ini. Kuhirup dalam-dalam udara dari universitasku. Ya, awal yang baru untukku.

"Hai, namamu Melisya, kan?" ucap seorang cewe berkacamata.
"Oh ya, aku Melisya Queenita."
"Oh, kenalkan. Namaku Saphire Restanya. Panggil aku Phire."
"Ah ya, salam kenal, Phire."
"Kamu masuk ke kelas design, kan?"
"Iya. Kamu juga?"
"Ah ya, aku juga masuk ke kelas design. Aku harap, kita bisa berteman baik."
"Baiklah, you're my partner."
"Terima kasih, Melisya."

Aku telah mendapatkan teman baru di kampus. Kini, kami sudah semakin dekat dan dekat.

"Kamu tahu? Aku punya sepupu yang jenius banget loh. Sekarang, dia tinggal di Amerika."
"Oh ya? Siapa dia?"
"Dia seorang businessman yang sangat terkenal. Kamu tak tahu siapa dia?"
"Ah, aku jarang menonton tv. Kegiatanku sehari-hari ya menggambar baju."
"Ah, kau nih. Ohiya, selain businessman, dia juga seorang dokter bedah di Amerika."
"Beruntung sekali kamu punya sepupu seperti dia. Kenapa kamu tidak ke Amerika saja?"
"Aku pindahan dari Amerika. Tapi, aku memilih kuliah di Indonesia."
"Tentang nama sepupumu, aku belum tahu."
"Namanya adalah Mi..."
"Melisya!" panggil seseorang dibelakangku. Dia adalah Meri.
"Oh hai, Meri. Kemarilah."
"Sedang apa lo disini?" tanya Meri.
"Mer, kenalin. Dia adalah Saphire Restanya. Teman baruku di kampus. Phire, dia sahabatku, Meri."
"Hai, gue Meri. Salam kenal." ucap Meri.
"Oh hai, aku Saphire. Salam kenal juga." jawab Phire.

Kami berbincang cukup lama hingga tak terasa waktu bel masuk sudah berbunyi.
Aku dan Phire memasuki kelas yang sama. Aku juga duduk disebelah Phire.

***
Bel pulang kuliah sudah berbunyi. Waktunya pulang. Phire dijemput oleh kakaknya. Dan kebetulan, Meri ada jam tambahan. Aku pulang sendirian.
Aku berjalan untuk mencari taksi. Hingga tak terasa hujan sudah turun. Aku kehujanan. Basah kuyup. Aku mencari tempat berteduh.
Ketika aku sedang berdiri di halte bis, kudengar di sebelahku heboh ketika sedang membaca koran.

"Lihatlah. Dia sangat tampan. Dia seorang businessman yang sangat terkenal. Dia orang Indonesia loh."
"Oh ya, mana lihat gambarnya."
"Wooww, tampan sekali. Seandainya gue jadi istri darinya. Betapa beruntungnya gue."
"Itu semua gak akan terjadi. Karena dia adalah orang yang sangat terpandang."
"Btw, namanya siapa?"
"Namanya adalah Mike Ki.."
"Eh, itu bis kita. Ayo, naik!"

Aku mendengar nama Mike saat mereka mengucapkan nama businessman itu. Aku langsung membaca koran dan cukup lama aku tak menemukan tentang businessman itu. Hingga ada koran yang jatuh ke air dan menjadi basah. Aku ambil koran itu dan kubaca. Dia seorang businessman asal Amerika. Tapi, aku tak bisa melihat wajahnya bahkan namanya. Karena sudah terhapus oleh genangan air.
Aku.. Aku mengira kalo ini adalah Mike. 'Ah, gak mungkin. Nama Mike kan banyak. Gak mungkin Mike King. Sudahlah, mana taksinya ya. Dingin sekali.' gerutuku.

***
-As Mike-
Sekarang, aku sudah menjadi pengusaha terkenal dan juga dokter bedah di Amerika. Tapi, dengan keberhasilanku tinggal di Amerika, aku tidak lupa dengan orang-orang yang berada dibawahku.
Aku mengunjungi sebuah rumah yang berisi anak-anak yatim di Amerika. Namanya adalah Blue Sky Home. Aku ditemani oleh Carol.

"Thank you for all your help, Mr. Mike."
"Yes, Mr. Dennis. Sorry, I just gave a bag of clothes and food."
"No problem. You're very good once. Let me stay with to see the activity of children here."
"With pleasure."

I Love You. Do You Love Me?Where stories live. Discover now