Tetapi ada satu hal yang sampai sekarang masih mengganggu pikiran Gladys. Kenapa dari sekian banyak perempuan didunia ini, Given harus selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Membuat hubungan persahabatan mereka retak begitu saja.

Benar kata pepatah, penyebab terkuat rusaknya hubungan persahabatan adalah cinta.

Gladys sudah berusaha memperbaiki hubungannya dengan Ratna tetapi justru gadis itu yang menjauh seolah semua ini adalah salahnya padahal seharusnya justru sebaliknya.

Seperti pagi ini, Gladys kembali berpapasan dengan gadis itu di koridor kelas. Ratna melangkahkan kaki sengan cuek seolah tidak ada Gladys dihadapannya.

"Dasar nggak tau malu." sindir Velly mengomentari sikap Ratna.

Gladys hanya bisa tersenyum samar, lelah sendiri jika harus terus mengungkit kesalahan gadis itu. Yang ada justru kembali membuka luka lama yang ingin Gladys buang jauh dari ingatan.

Velly meremas tangabnya mukai emosi. "Glad, seharusnya yang bertingkah cuek bebek itu lo bukannya dia!"

"Mungkin dia merasa bersalah? Siapa tahu sebenernya dia mau nyapa kita?"Gladys memaksakan seulas senyum kembali melangkah menuju kelasnya.

"Yaelah,mana ada merasa bersalah. Lo nggak lihat ekspresi dia? Minta di gilas sandal jepit bekas nginjek kotoran ayam." ucap Velly gemas melihat Gladys kembali bertingkah masa bodoh.

"Astaga Vel, mulut lo ya tolong di kontrol." Gladys tertawa renyah mendengar ucapan Velly.

Velly menepuk pelan mulutnya dengan telapak tangan. "Bawaan lahir, susah di ubah."

Gladys menggeleng tak percaya mendengar jawaban Velly. Tetapi Gladys bersyukur setidaknya ada sahabat sebaik Velly disampingnya.
Ia tidak butuh banyak teman, cukup satu tapi tidak ada kata 'lapar' di antara mereka alias TMT (Teman Makan Teman).

"Pagi."

Gladys sedikit tersentak saat sebuah tangan membelai lembut puncak kepalanya.

"Pagi juga." Gladys menyunggingkan senyum manis melihat Ivan berdiri disampingnya.

"Gue nggak di 'pagi'-in nih?" sindir Velly

Gladys dan Ivan saling berpandangan sebelum akhirnya tertawa menatap Velly yang sudah manyun lima senti, "Apaan sih lo? Ngambekan."

"Yee, sorry jomblo memang sering sensi lihat ginian." Velly mencebikkan bibirnya.

"Makannya perasaannya Joni terima aja kenapa?" kata Ivan.

"Gila lo,Van! Yakali gue sama Joni, yang ada tiap hari gue di buat setres! mana jayus lagi," gerutu Velly.

Gladys menggelengkan kepala,geli melihat tingkah kedua orang ini. Ivan dan Velly memang jarang akur, selalu saja melempar ejekan satu sama lain.

"Eh kalian duluan aja ya ke kelasnya. Gue mau ke toilet bentar."

"Mau ngapain Glad?" tanya Velly

"Mau makan," Gladys mendengus kesal. "Masih tanya mau ngapain."

"Yaudah sini tasnya gue bawain." Ivan mengambil paksa ransel di punggung Gladys

"Thanks Van."

Gladys berlari kecil menuruni tangga menuju lantai dua. Kamar mandi hanya ada di lantai satu dan dua membuatnya terpaksa melewati koridor kelas 11. Sebenarnya tidak terlalu terpaksa karena itu berarti Gladys bisa mencuri pandang kelas Given. Tapi pagi ini entah mengapa ia tidak ingin bertemu cowok itu. Takut pertahanannya untuk move on kembali hancur.

Gladys menundukkan kepala menutupi wajahnya dengan rambut kemudian berjalan cepat saat melewati kelas Given.

Bugh!

Why ? [ SUDAH DISERIESKAN]Onde histórias criam vida. Descubra agora