Ia heran, kenapa bisa-bisanya Bu Dena memasukkan Nathyva kedalam kelompok Nathan padahal sudah berkali-kali Nathyva mengucapkan mantranya dalam hati agar tidak satu kelompok dengan Nathan.

Dan yang ketiga adalah saat Nathan tiba-tiba saja menggendong Nathyva ala bridalstyle.

Nathyva benar-benar kesal setengah mati. Padahal ia sudah berkali-kali meronta. Berkali-kali memukul dada bidang Nathan tapi lelaki itu tidak sama sekali menggubrisnya.

Oke,

Jadi, ekspresi yang tepat untuk nya hari ini yaitu, marah.

Tepat!

Ia benar-benar marah. Seharian ini makhluj astral entah dari planet apa itu selalu ada disekitarnya walaupun berkali-kali ia menjauh selalu saja ada Nathan. Mengapa dunia sempit sekali?!

Oh,tunggu.

Fikiran Nathyva menerawang lagi kedalam satu kejadian yang hampir saja terlewat.

"Dulu waktu gue masih kecil, gue selalu kesini setiap sore sama kakak gue." Ujarnya, Nathyva menghentikan langkahnya lalu menoleh dengan cepat ke arah Nathan.

"Jadi Nathan punya kakak? Apa kakaknya itu saudara kembar?," Batin Nathyva bertanya-tanya.

Tapi, setahunya dia tidak punya saudara kandung. Dia nya pun tidak pernah cerita soal itu.

Tapi soal Nathan punya seorang kakak, apa ada kaitannya dengan dia nya Nathyva?

Nathyva mengerutkan dahinya,"Kakak?"

Nathan mengangguk,"iya. Gue punya kakak sama satu adek perempuan," ujarnya memberi jeda.

"Adik perempuan?" Batin Nathya bertanya-tanya sekali lagi.

Fikirannya kembali menerawang lagi. Kini ia mencoba mengingat kembali ucapan demi ucapan yang dilontarkan oleh dia.

"Aku pengen deh punya adik perempuan."
Ujar seorang anak lelaki kelas tiga bangku sekolah dasar kepada seorang perempuan yang lebih muda satu tahun dengannya.

"Kalau kakak mau ya kakak minta dong sama mama kakak," Balas perempuan itu.

"Kalaupun aku minta enggak bakal bisa tuh aku punya adik perempuan." Katanya seraya memanyunkan bibirnya.

"Kenapa begitu?" Tanya perempuan itu dengan muka polosnya.

"Mama udah gak bisa hamil lagi."  Katanya lagi seraya menundukkan kepalanya.

"Kok gitu?"

"Kata mama, mama ngidap penyakit kista."

"Kista itu apa?"

Anak lelaki itu menggelengkan kepalanya,"aku juga enggak tau."

"Hhh.." Nathyva menghempaskan nafasnya kasar. Ia memutuskan ingatan nya bersama lelaki itu.

Karena, semakin ia mencoba mengingat kenangan-kenangan itu semakin juga ia terluka.

Tapi, Nathyva tidak ingin patah semangat. Ia harus mengungkap semua ini.

Untuk mengungkap semua ini,Nathyva harus berupaya untuk mengumpulkan bukti demi bukti yang ia dapatkan.

Namun, sampai saat ini satu bukti yang berkaitan dengan dia pun tak ada.

"Tante Ira gak mungkin bisa punya anak lagi,jadi ini semua gak berkaitan dengan Nathan." Gumamnya

"Terus kalau enggak berkaitan kenapa bisa..."

"Kalau punya kembaran enak kali ya?" Kata anak lelaki kelas tiga sekolah dasar itu.

"Enak sih tapi nanti pasti bingung." Balas anak perempuan kelas dua sekolag dasar.

Anak lelaki itu terkekeh,"aku pengen banget punya kembaran. Kenapa aku harus jadi anak tunggal?" Lirihnya.

"Kamu enggak boleh begitu tau,dosa nanti loh." Balas anak perempuan itu.

"Aku kesepian,"

"Kan ada aku!"

"Enggak mungkin juga."

Nathyva menghempaskan nafasnya secara kasar lagi seraya bangkit dari ranjang tempat tidurnya.

Ia mulai mencari-mencari sesuatu tentang nya dengan dia dahulu kala.

Nathyva menarik laci meja dikamarnya lalu mengambil tiga lembar foto.

Foto pertama adalah foto nya dengan si dia sedang asyik memakan ice cream,kala itu Nathyva masih kelas dua bangku sekolah dasar dan si dia kelas tiga bangku sekolah dasar.

Foto kedua adalah foto si dia sedang memegang bola basket di tangan kananya lalu tangan kirinya merangkul Nathyva. Kala itu Nathyva kelas 5 sekolah dasar dan si dia kelas enam sekolah dasar.

Dan foto terakhir adalah foto si dia sedang bermain basket di lapangan. Foto ini Nathyva ambil saat ia sedang menonton si dia tanding basket.

Namun di foto ini hanya terlihat dari belakang saja yang menampilkan jelas nomor "01" di punggung anak lelaki kelas enam bangku sekolah dasar itu.

"Pak kapten," gumamnya seraya mengelus-eluskan foto ketiga itu.

"Iva bakal terus nyari kakak. Iva gak bakal nyerah. Tunggu Iva ya, kak.."

●●●●●

DestinyWhere stories live. Discover now