bila kita memang harus pisah
bicaralah saja, jangan kau sembunyi

"Simpen baik-baik flower crownnya ya. Kalau kamu kangen aku, langsung pake aja flower crownnya."

(entah dimana dirimu, dimana hatimu)
bicara yang jujur, jangan kau larikan diri
entah dimana dirimu, dimana hatimu
kau biarkanku menerka tak tentu
kau biarkan aku menerka tak tentu

Tess

Setelah mati-mati an menahan agar tidak terjatuh. Satu tetes bulir kristal bening itu pun jatuh tanpa permisi melewati pipi tembam Nathyva.

Karena tidak ingin ada yang mengetahuinya, buru-buru Nathyva mengusap kedua pipinya menghapus tetesan air mata yang jatuh tadi.

Tapi tidak dengan Nathan. Ia melihat tetesan air mata jatuh dengan cepatnya melewati pipi gadis bermata minimalis itu.

'Sepinter-pinternya lo nutupin airmata itu dari yang lain. Lo gak berhasil nitupin itu dari gue.' Batin Nathan. Bahkan matanya masih menatap lurus gadis itu.

Prokk! Prokk! Prokk!

Suara keprokkan tangan serentak itu menyadarkan Nathan dari lamunannya.

Dan disinilah mereka berada. Di ruang studio musik rumah Nathan.

"Gila! Keren abis!." Seru Fikri yang dibalas anggukan oleh Dila.

"Apa gue bilang! Pilihan gue tepat kan?," Ujarnya seraya mengedipkan sebelah mata nya.

"Pas! Bisa jadi trending topic nih kita." Kata Tania.

"Yah famous deh gue entar. Ah! Jadi enak." Kata alfarizi sembari memutar stick drum yang masih ia pegang dan serentak, Fikri, Dila, Tania memutar kedua bola matanya.

"Najis!" Kata Dila.

"Pede gile bakal famous." Ujar Tania.

"Yeu lo upil basah ae sok sok an famous." Kata fikri ikut mengomentari.

"Badan cungkring gak berbentuk aja bagaia lo kadal pms." Cibir Nathan yang sedari tadi terkekeh melihat tingkah teman-teman satu kelompoknya.

Alfarizi langsung memelototi Nathan denga  tatapan tajam nya seraya berkata,"Mulut lo,Than minta di yasinin." Dan di balas dengan tertawa oleh lima manusia itu.

Ketika teman-temannya sedang dengan puas nya tertawa, Nathan menoleh ke arah Nathyva yang masih saja melamun. Bahkan dengan ekspresi yang sulit terbaca.

Nathan bangkit dari tempat duduk nya kini, menjauhi teman-temannya yang lain lalu menghampiri Nathyva dan menepuk pundak kiri gadis itu.

"Jangan ngelamun terus. Berat. Kamu gak akan kuat. Mending ikut gua yuk!"

Nathyva langsung tersadar dari lamunannya dan mendongakkan kepalanya,"hah?,"

"Udah ayok ikut gue," kata Nathan seraya memegang pergelangan tangan Nathyva.

"Kemana?,"

"Nanti juga lo tau."

"Tapi,itu?" Tanya Nathyva seraya menunjukkan jari telunjuknya ke arah teman-temannya.

"Biarinin aja."

●●●●●

Semilir angin menerpa rambut panjang gadis itu. Mata minimalisnya berbinar ketika menangkap setu indah yang kini ada dihadapan matanya.

Nathan menarik pergelangan tangan Nathyva seraya berjalan pelan mengitari pinggir setu.

"Indah kan?," tanya Nathan dan dibalas anggukan oleh Nathyva.

"Dulu waktu gue masih kecil, gue selalu kesini setiap sore sama kakak gue." Ujarnya, Nathyva menghentikan langkahnya lalu menoleh dengan cepat ke arah Nathan.

Nathyva mengerutkan dahinya,"Kakak?"

Nathan mengangguk,"iya. Gue punya kakak sama satu adek," ujarnya memberi jeda.

Nathan menghempaskan nafasnya secara pelan,"Tapi sekarang mereka jauh banget sama gue."

"Kenapa?,"

"Gak apa-apa. Mungkin ini bagian dari rencana indah Tuhan." Katanya lalu tersenyum.

"Oh iya, kalau gue kagi kesel,sedih,sakit hati,atau mood gue lagi jelek banget, tempat yang pertama kali bakal gue datengin ya kesini."

"Kenapa?,"

"Disini bagi gue ada hal yang jarang banget ditemuin ditempat lain."

"Apa?"

"Nyaman. Kaya lo yang bikin gue nyaman."

●●●●●

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang