Chapter 13

428 69 6
                                    

Aku mencintaimu, aku ingin kita bergandengan tangan bersama.
Aku mencintaimu, aku ingin menikmati hari-hari yang indah bersamamu.
Aku mencintaimu, sebagaimana hatiku telah memilihmu.
Aku mencintaimu, sebagaimana bulan yang tak pernah meninggalkanku bintang. Aku tidak ingin kau meninggalkanku.
Aku mencintaimu..

-Author pov

"Maaf. Kita telah berusaha yang terbaik. Pendarahannya terlalu hebat."

"Apa dia tidak bisa selamat?" Kogyeol mulai terlihat menangis.

"Tuhan selalu memberi keajaiban. Ketika semua dokter beranggapan dia tidak bisa selamat, Tuhan menyelamatkannya. Dia selamat tapi kita tidak bisa menjamin bahwa dia akan terbangun lagi."

-Suzy pov

Aku bahagia. Aku bahagia dokter mengatakan bahwa kau selamat. Tapi aku takut, aku takut kau tak akan bangun lagi. Kau akan meninggalkanku. Aku takut itu semua terjadi. Aku takut tidak lagi bisa melihat senyummu. Aku takut jika aku tak lagi bisa mendengar suaramu.

Wei telah dibawa ke ruang perawatan. Aku melihatnya yang tertidur nyenyak dengan alat bantu nafas. Aku memegang tangan Wei dengan pelan.

"Wei-ya." Aku mulai terisak. "Apa mimpimu sangat indah? Bisakah kau bangun? Meskipun mimpimu indah. Kau harus bangun, karena ada kenyataan yang harus kau jalani. Wei-ya, apa aku terlalu terlambat menyadari bahwa aku memiliki perasaaan yang lebih kepadamu? Bangunlah, ayo kita bernyanyi di atap lagi. Ayo kita bersama. Jika kau tak ada siapa yang akan memelukku lagi? Siapa yang akan menghapuskan air mataku lagi? Siapa yang akan meminjamkan bahunya untukku bersandar? Dan siapa yang akan membuat senyumku bersinar? Apa aku terlalu egois untuk memintamu tetap tinggal?"

Aku tidak sengaja melihat Myungsoo oppa berada di luar ruang ICU saat sedang menuju kantin. Myungsoo terlihat frustasi. Aku duduk disampingnya.

"Bukankah kita berada di posisi yang sama? Orang yang kita cintai dengan berjuang bersama kematian?" Aku memegang tangan Myungsoo, sekedar untuk membuatnya lebih kuat.

"Mianhae. Aku merasa bersalah padamu, pada Seulgi dan pada Wei. Jika aku tak memberikanmu harapan. Jika aku tak mengajakmu berkencan. Jika aku tak mencari pelampiasan bosanku. Ini semua tidak akan terjadi. Kau mungkin masih bisa bersama Wei. Mungkin Wei masih bisa memelukmu saat ini."

"Oppa. Bukankah semua ini sudah Tuhan rencanakan? Percayalah kita sedang belajar. Belajar hidup lebih baik dan lebih menghargai cinta. Tuhan membuat kita belajar untuk merasakan kehilangan orang yang kita sayang. Agar kita tidak menyianyiakan orang yang kita sayangi lagi."

Myungsoo memelukku. Kita berada di posisi yang sama saat ini. Aku tidak ingin membencinya, aku tidak ingin membuatnya terluka lebih dalam.

"Kau begitu dewasa Suzy-ya. Gomawo."

******

Aku memasuki rumah Wei. Aku duduk di kasurnya. Aku merebahkan tubuhku yang lelah di kasurnya. Mencoba merasakan kehadirannya. Mencoba memutar memori dimana aku memeluknya saat itu.

Mataku tertuju pada almari kayu. Wei tidak pernah mengijinkanku membukanya. Air mataku langsung mentes ketika aku membuka almari itu. Ada begitu banyak fotoku disana. Bahkan foto dihari pertama kita bertemu. Benar kata Kogyeol Wei mencintaiku dengan begitu dalam. Aku melihat buku berwarna coklat dan membawanya keluar.

Aku membuka halaman pertama. Ada namaku dan fotoku disana.

Untuk inspirasiku Bae Suzy.

Aku akan menuliskan perasaanku menjadi lirik-lirik lagu agar kau mendengarnya.

Part Of LoveWhere stories live. Discover now