Chapter 2

773 124 23
                                    

Hitampun bisa berwarna denganhadirnya putih. Lantas apakah hatiku juga tak akan berwarna dengan hadirmu? Suara itu menggelitik hatiku. Wajah itu menghancurkan alasan-alasan tak masuk akal untuk tak mencintainya. Seperti lagu cinta yang terdengar indah dalam setiap liriknya, seperti itu pala makna hadirmu dalam hidupku saat ini. Membekas dalam setiap puisi tak bertepi. - Suzy

Badan Wei terasa sangat lelah. Pekerjaanya memang tidak melibatkan fisik yang berat tapi memaksa otak untuk selalu berpikir ekstra. Memikirkan dan merangkai sebuah kata yang indah untuk didengar dan dijadikan sebuah lirik lagu. Benar saja Wei tidak mebutuhkan waktu lama untuk menyerahkan lagu buatannya kepada CEO. Setelah berhasil membuat lima lagu, CEO akan memberikan Wei libur selama 3 hari untuk kembali menghasilkan inspirasi. Lima hari cukup untuk memulihkan tenaganya kembali.

Kedai penjual roti ikan di panggir jalan menarik perhatian Wei. Ia membeli roti ikan kesukaan Suzy. Suzy selalu sedih, dan jarang makan. Bahkan tubuhnya menjadi semakin kurus. Wei sedih melihatnya terpuruk seperti itu. Ia tahu Myungsoo adalah cinta pertamanya. Tapi Suzy adalah cinta pertama untuk nya. Cinta pertama yang tak pernah terwujud dan hanya tersimpan rapi didalam hatinya.
Satu tahun bukan waktu yang sebentar dan Suzy terus saja terpuruk.

Beberapa kali Wei mengetuk pintu tapi Suzy tidak juga membukakan pintu untuknya. Il terpaksa masuk tanpa izin. Wei dan Suzy saling bertukar kode rumah masing-masing.

"Suzy-ya. Aku membawa kue ikan kesukaanmu."

Mata Wei tertuju pada tubuh yang tengah tergeletak tak berdaya di lantai. Ia melihat Suzy yang tak sadarkan diri dengan wajah pucat dan badannya terasa dingin.

"Suzy-ya." Wei mencoba menyadarkannya tapi Suzy tak kunjung juga sadar. “Bae Suzy.”
Wei menggendong Suzy dan membawanya ke rumah sakit.

Mobil Wei melaju dengan sangat kencang. Tidak peuli berapa banyak klakson mobil lain yang menghiasi perjalaannya kali ini.  Atau berapa kali ia hampir menabrak mobil lain serta mendapatkan sumpah serapah dari para pengendara mobil yang lain. Wei hanya ingin dengan cepat  membawa Suzy ke rumah sakit. Itu lebih penting baginya.

Suzy berada di ruang UGD. Beberapa dokter telah melakukan pemeriksaan keadaan Suzy. Gadis itu masih tak sadarkan diri. Dan ini adalah kali ke empat Suzy mencoba bunuh diri dalam satu tahun. Tiga kali gadis itu mencoba menyayat tangannya, dan kali ini ia mencoba hal baru dengan mengkonsumsi obat penenang. Benar-benar gadis gila. Wei tidak habis pikir apa yang ada di otak gadis itu hingga ingin terus berusaha bunuh diri.

"Overdosis obat penenang." jelas dokter yang memeriksa Suzy. “Apa Suzy sedang depresi? Ini bukan pertama kalinya.”

Kata-kata dokter itu seperti menyulut api dalam diri Wei. Ia sudah tidak tahan lagi untuk menghajar orang yang menyebabkan Suzy menderita. Wei menghela napas berat “Ne.”

“Suzy membutuhkan perhatian agar tidak mengulangi kejadian yang sama. Jika terlambat sedikit saja bisa berbahaya.”

Wajah pucat Suzy terpasang selang oksigen. Badannya semakin kurus, bahkan lebih kurus dari artis. Siapa saja yang melihat akan merasakan belas kasihan. Gadis ceria, gadis yang selalu tertawa, gadis yang sangat jarang menangis kini telah berubah. Senyum dan tawa itu seperti menghilang begitu saja.

"Seulpeo hajima. Naega hamkke itjanha. Hal tersulit bagiku adalah melihatmu tidak baik-baik saja karena dia."

Love

Mobil Wei berhenti di basement perusahaan Myungsoo. Sebelum turun dari mobil ia kembali membulatkan tekad untuk menghajar laki-laki itu,tidak peduli jika Suzy nantinya akan marah. Amarahnya telah berada di puncak. Dengan apa ia akan menyadarkan Myungsoo selain dengan pukulan ketika kata-katanya selama ini hanya di anggap angin lalu oleh laki-laki itu. Wei menerobos masuk ke ruangan Myungsoo. Tidak memperdulikan berapa banyak pasang mata yang tengah memperhatikannya.

Part Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang