20. Percakapan di kafe

Mulai dari awal
                                    

Diana berhenti tertawa, begitu pula Fredd. Mama berdiri canggung dia tahu kalau Rachel masih tidak merestui pernikahannya bersama Fredd. Selang beberapa detik berikutnya Diana pun memutuskan ke lantai atas untuk mandi, seraya mengambil lagi dokumen-dokumen itu dari tangan Fredd. Fredd memerhatikan istrinya menaiki tangga, sewaktu bayangannya telah menghilang di balik tembok, Fredd pun melipat kedua lengan di bawah dada. Dia menaikkan sebelah alis menatap Rachel sedang menyiapkan makan malamnya sendirian.

"Papa pikir kamu diet karena tadi diajak makan bersama nggak mau."

Bodo amat gue nggak denger! Ketus Rachel dalam hati, dia duduk di bangku mini bar membiarkan pria itu menatapnya. Dia menyendokkan seisi penuh lauk dengan nasi ke dalam mulut supaya Fredd tahu bila dirinya enggan membuka suara padanya.

Fredd mengembuskan napas panjang. Dia melirik jam tangan di ponsel, pukul 20:30 menit. Ah, hampir saja Fredd lupa kalau malam ini dia harus mengirim deadline surat perjanjian kerjasama perusahaan.

"Rachel, habis makan kamu taruh saja bekas makannya di pencucian piring. Biarkan Bibi yang membersihkan," titah Fredd memicing pada Rachel yang cuek saja, dia pun berdeham keras. "Rachel kamu dengar Papa?"

"Hm."

"Bagus. Ini perintah! Jadi jangan dilanggar. Pukul 9, tidurlah agar besok badanmu segar saat bangun. Kalo belum mengantuk, Papa ada di ruang kerja. Ketuklah dan katakan apa yang kamu inginkan," Rachel tidak menyahut, Fredd mengembuskan napas panjang. Dia mengeluarkan kunci mobil dan diberikan pada Rachel. "Papa tau mengekangmu sama saja membuat kamu sakit. Ini, Papa belikan mobil baru. Gunain dengan benar tapi ingat kamu harus pulang sebelum jam 12 malam."

Seusai berucap lebar Fredd benar-benar meninggalkan Rachel sendirian. Perempuan itu pun memajukan bibirnya sebal, apa-apaan sih Fredd itu? Kenapa juga dia harus bersikap semanis ini padanya? Tidak tahu apa kalau Rachel luar biasa membencinya? Kenapa sekarang malah membelikannya mobil? Apakah Fredd sengaja menggoyahkan hatinya? Rachel menggigit ayam goreng bagian paha dengan ganas. Rasanya kalau diizinkan memilih sebuah penyakit, Rachel kepengin terjangkit virus zombie biar dia bisa memakan Fredd hidup-hidup.

•••••

Kafe yang bernuansa klasik itu tampak ramai kepenuhan pengunjung. Agra yang tengah mengontrol perkembangan kafenya sangat puas akan antusias masyarakat, tak lupa dia memotretnya dan menyebarkan foto tersebut ke akun media sosial kafe. Seorang perempuan paling imut di antara pekerja lainnya berlalu-lalang menyatat pesanan tak jarang pengunjung lelaki menggodanya dan meminta nomor ponsel tetapi Agra berhasil menghentikan mereka semua.

Tara, perempuan yang sedang menjadi pusat perhatian itu menyengir lebar sambil menjilati es krimnya. Dia istirahat sebentar di pojok kafe menemani Agra yang diam di sana dengan kamera yang melingkari lehernya. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak masih duduk di taman kanak-kanak maka tak heran Agra dan Tara kelihatan akrab.

"Lo nggak dicariin Papayan malam-malam masih di sini, Tar?" tanya Agra.

Papayan merupakan singkatan dari Papa Dean. Sebagai anak bonton yang disayang Ayah, Tara memanggil ayahnya seperti itu dan Dean pun tidak mempermasalahkannya. Tara sangat manja, lugu dan polos. Dia gampang dijahili bahkan tidak bisa menolak ajakan orang, kadangkala Agra takut membiarkan Tara mengenal dunia luar yang keras mengingat sikapnya tidaklah cocok ada di sana.

"Nggak," sahut Tara menggelengkan kepalanya. "Papayan sama Mamana lagi ke Semarang. Jenguk Kak Dirga," jelas Tara. Mamana adalah Mama Anna-ibunya-sedangkan Dirga, kakak laki-laki Tara yang saat ini sedang menempuh akademik kepolisian di Jawa tengah.

"Lo sendiri di rumah?"

"Nggak kok sama Bibi," suara Tara itu lucu, khas manjanya tapi tidak memuakan orang yang mendengar. Ketika es krim di depannya perlahan habis Tara memanyunkan bibir yang belepotan. "Yah... es krimnya habis..." keluh Tara membuat Agra menoleh sekilas lantas terkekeh, Tara menengadah menatap Agra memohon. "Agra, Tara boleh minta lagi nggak es-nya? Tara suka banget sama es krim. Boleh ya?"

Bad Girl's EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang