"Aku tak bisa menepatinya, Hime..Aku tak bisa..."

Itulah kata yang selalu diucapkan Naruto kala menjawab pertanyaannya. Dengusan lelah lolos dari Hinata.

"Sepertinya pelajaranku memang sangat membosankan, ne, Hyuuga-san?"

Hinata tersentak kaget mendengar suara itu. Ternyata Madara-Sensei sudah ada di samping bangkunya. Dia menatap linglung ke arah guru Fisikanya itu. Hinata merutuki dirinya yang melamun di saat pelajaran.

"Maafkan aku, Madara-Sensei..."

"Ya, memang seharusnya kau minta maaf. Tapi bukan berarti kau bebas dari hukuman. Pulang sekolah nanti, kerjakan halaman 30 sampai 70. Kumpulkan dalam waktu 2 hari ke depan."

Hinata menggerutu dalam hati. "Baiklah, sensei..."

Pelajaran itu kembali dilanjutkan. Tentunya dengan Hinata yang harus berusaha fokus kembali ke pelajaran.

"Ne, Hina-chan, kau kenapa, huh? Sampai melamun begitu..."

Sakura menanyakannya saat mereka istirahat. Hinata menunduk sambil mengaduk-aduk minumannya. Dia menatap kosong es jeruk itu. Ah, warna oranye itu mengingatkannya pada seseorang.

"Aku tau, kau masih mencarinya..Tapi jangan sampai kau tersesat dalam dirimu sendiri..." Ujar Sakura yang mengerti tatapan kosong Hinata. Jujur, dalam hatinya dia ingin menceritakan perihal orang yang dilihatnya sangat mirip Naruto pada Hinata. Tapi kondisi Hinata tidak memungkinkan.Dia takut, Hinata malah semakin kepikiran, dan mengabaikan dirinya sendiri.

'Maaf, ne, Hinata. Aku takut kau tersesat...' batinnya.

Hinata tersenyum. "Aku tau itu, Sakura. Tapi entah kenapa beban ini terus membuatku berpikir. Membuatku mengasumsikan banyak kemungkinan.. Sungguh aku tak bisa melepaskan beban ini begitu saja.."

Sakura menatap Hinata yang matanya berair itu. Dia tersenyum sedih, pandangannya seperti sudah tak ada tujuan hidup. Sakura memutar otak untuk menghilangkan sejenak kesedihan Hinata.

Dan lampu itu muncul di otaknya. "Ne, Hina-chan...." panggilnya. Yang dilirik sekilas oleh Hinata.

"Ada apa, Sakura?"

"Bagaimana jika kita pergi ke salah satu caffe dan mall. Kau tau, ada caffe yang baru buka kemarin. Dan kita bisa langsung belanja ke mall. Letaknya berdekatan. Kurasa tidak jauh dari sini..."Ajaknya.

Hinata menghapus sekilas air mata yang menggenang. Dia memikirkan apa yang ditawarkan Sakura. 'Tidak buruk...'  batinnya. Dia tersenyum kecil.

"Baiklah. Ayo, kapan kita ke sana.?"

Sakura tersenyum lebar mendengar jawaban Hinata. Inilah yang diharapkannya. Membantu sahabatnya yang sedang terpuruk itu memang tidaklah mudah. Tapi jika kita berusaha, pasti hasilnya tak akan mengkhianati usaha kita, kan?

"Emmm, Bagaimana jika kita pergi ke sana hari Minggu. Aku akan mengabari Ino dan Tenten." Hinata mengangkat alisnya, baru menyadari suatu hal.

"Ah, ya. Aku tidak menyadari kalau Ino dan Tenten tak di sini. Di mana mereka?" Hinata menatap sekitar, berharap menemukan sahabat pirang dan bercepolnya itu. Sakura menghela nafas sebal.

"Ino sekarang lebih sering berduaan dengan Sai-senpai. Kau tau dia, kan?" Hinata mengangguk paham. "Lalu Tenten?"

"Tenten sekarang sering sibuk mengurus ekstrakurikuler fotografi. Yah, sebentar lagi akan ada pameran di aula sekolah, bukan?" Lagi, Hinata mengangguk.

"Oke, baiklah. Kita ke sana hari Minggu." Sakura tersenyum mendengar perkataan Hinata. Wah, dia harus menyiapkan banyak rencana untuk membuat Hinata tersenyum dan tertawa untuk Minggu esok.

Complicated Love AGAIN ✓Where stories live. Discover now