43. Apa Artinya Semua Ini? (TAMAT)

1.4K 27 1
                                    

"Paman Bu-beng-cu......!" Ia menjerit sambil berlutut dekat tubuh Thian-te Mo-ong yang kini telah kehilangan topengnya dan berubah menjadi Bu-beng-cu itu. "Paman...... ahhh...... apa artinya ini......? Mengapa begini......?"

Akan tetapi Bu-beng-cu terkulai lemas tak sadarkan diri, bukan hanya karena lukanya melainkan terutama sekali karena kesedihan dan terguncangnya hatinya.

"Paman......!!" Siang Lan lalu mengangkat tubuh pria itu, mengerahkan tenaga dan memondongnya, lalu membawanya lari memasuki rumahnya.

Para anggauta Ban-hwa-pang terkejut sekali melihat bahwa laki-laki bertopeng yang menakutkan itu ternyata adalah Bu-beng-cu yang telah mereka kenal sebagai guru ketua mereka. Mereka ikut kebingungan karena sama sekali tidak tahu mengapa guru ketua mereka itu menyamar sebagai orang bertopeng dan menjadi musuh besar ketua mereka.

Melihat Siang Lan membuang pedangnya dan juga melepaskan ikatan sarung pedang, Bwe Kiok Hwa lalu mengambil pedang Lui-kong-kiam dan sarung pedangnya, memasukan pedang itu ke sarungnya lalu membawanya ke dalam rumah induk. Hanya Bwe Kiok Hwa yang berani memasuki rumah itu akan tetapi ia pun hanya menunggu di ruangan luar, tidak berani memasuki ruangan dalam di mana Siang Lan membawa Bu-beng-cu, bahkan gadis itu merebahkan Bu-beng-cu di atas pembaringannya dalam kamar.

Siang Lan benar-benar terpukul. Hatinya diliputi keresahan dan kebingungan akan kenyataan yang sama sekali tidak pernah disangkanya ini. Ia memang membenci setengah mati kepada Thian-te Mo-ong yang telah memperkosanya dan menantangnya bertanding setiap tahun. Akan tetapi bagaimana mungkin ia membenci Bu-beng-cu, pria yang dicintanya, pria yang dengan tekun melatih silat kepadanya selama ini dan berulang-ulang menyelamatkannya dari ancaman maut, yang selalu membela dan melindunginya?

Akan tetapi mengapa Bu-beng-cu menjadi Thian-te Mo-ong? Ia tidak percaya kalau laki-laki sebijaksana Bu-beng-cu melakukan perkosaan atas dirinya itu?

Melihat luka pada pundak kanan yang cukup parah dan terus mengeluarkan darah, juga bawah dagunya berlepotan darah, Siang Lan menjadi panik dan cepat ia mengambil obat luka. Setelah menotok jalan darah di dekat pundak untuk menghentikan terbuangnya darah, ia lalu mengoleskan obat luka berupa bubukan itu kemudian ia membalut luka di pundak Bu-beng-cu.

Kemudian ia mengenakan lagi baju pada tubuh bagian atas laki-laki itu menggunakan sehelai jubahnya berlengan panjang karena baju Bu-beng-cu tadi robek dan berlepotan darah. Ia melakukan semua ini dengan air mata terkadang menetes dari kedua matanya karena merasa terharu dan kasihan. Akan tetapi ia tidak khawatir karena setelah diperiksanya, maka luka tusukan pedangnya yang menembus pundak itu tidak merusak otot besar dan tidak mematahkan tulang.

Setelah mengobati luka dan mengganti pakaian atas Bu-beng-cu dan melihat pria itu masih pingsan, sepasang matanya terpejam dan mulutnya terkatup, pernapasannya agak lemas. Siang Lan lalu duduk bersila di atas pembaringan, menempelkan kedua telapak tangannya di dada Bu-beng-cu lalu mengerahkan tenaga sakti untuk membantu pria itu memulihkan tenaganya.

Akhirnya setelah beberapa lamanya pernapasan Bu-beng-cu mulai normal kembali, hanya mukanya masih agak pucat dan dia masih belum siuman. Siang Lan lalu mengambil saputangan yang bersih, mencelupkannya ke dalam air minum dan memberi minum Bu-beng-cu melalui perahan air di saputangannya. Akhirnya Bu-beng-cu membuka kedua matanya dan begitu dia siuman dan melihat dirinya di atas pembaringan dan Siang Lan duduk di dekatnya, dia segera bangkit duduk.

Akan tetapi Siang Lan memegang pundaknya dan dengan lembut mendorongnya agar rebah kembali.

"Paman, jangan bangkit dulu. Engkau masih lemah dan perlu beristirahat dulu. Engkau kehilangan banyak darah...... ah, Paman, mengapa semua ini harus terjadi......?"

Siang Lan tak dapat menahan tangisnya. Ia tidak tahu harus berkata apa, bahkan tidak tahu harus berpikir bagaimana. Semua serba membingungkan.

Bu-beng-cu memejamkan kedua matanya dan ketika membukanya kembali, kedua matanya itu basah.

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHWhere stories live. Discover now