10. Mengapa Engkau Menangis?

1K 19 0
                                    

Siang Lan yang telah melompat mundur, memandang penuh perhatian dan ia merasa heran sekali bagaimana orang itu dapat mengenal julukannya. Ia belum pernah melihat orang ini dan dari beberapa gebrakan saja tahulah ia bahwa orang itu memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi! Baru tiga jurus saja dua orang tosu itu sudah terdorong mundur! Ia menoleh dan melihat bahwa Li Ai sudah terbebas dari pegangan dua orang anak buah Perwira Can yang kini sudah menggeletak tak bergerak. Perwira Can yang memang sudah gentar terhadap Siang Lan, kini mengerahkan sisa anak buahnya untuk membantu dua orang tosu mengeroyok laki-laki yang menolong Siang Lan itu.

"Mari, Li Ai!" Ia berseru dan menyambar tubuh gadis itu, dibawanya lari ke arah dua ekor kuda mereka. Tak lama kemudian mereka berdua sudah melarikan kuda dengan cepat melanjutkan perjalanan menuju Lembah Selaksa Bunga.

Laki-laki yang menolong Siang Lan itu bukan lain adalah Sie Bun Liong! Peristiwa di malam jahanam di mana dalam keadaan setengah mabok dan terpengaruh racun perangsang, secara hampir tidak sadar dia telah melakukan perkosaan terhadap Hwe-thian Mo-li. Dia merasa amat menyesal dan duka, dan dia mengambil keputusan untuk menebus dosanya dengan melindungi Siang Lan dan menurunkan ilmunya kepada gadis itu agar kelak gadis itu dapat membalas dendam dan membunuh musuh besar yang telah menodainya, yaitu Thian-te Mo-ong atau dia sendiri!

Untuk dapat mencapai keputusannya ini dengan baik, dia harus menyamar menjadi dua orang, yaitu pertama menyamar sebagai Thian-te Mo-ong yang memakai topeng kayu dan kedua menyamar sebagai pelindung dengan nama Bu-beng-cu (Si Tanpa Nama)! Nama aselinya, Sie Bun Liong, tidak dipakainya lagi!

Melihat kehebatan lawan yang membela Hwe-thian Mo-li, dua orang tosu Pek-lian-kauw menjadi penasaran.

"Tahan!" seru tosu berwajah pucat.

Mendengar ini, semua orang menghentikan perkelahian dan tosu itu memandang tajam penuh selidik kepada lawannya.

"Siapakah engkau dan mengapa engkau mencampuri urusan kami? Kami sedang membantu pasukan yang hendak menangkap dua orang gadis yang mencuri harta milik keluarga Kui!"

Sie Bun Liong yang kini menggunakan nama julukan Bu-beng-cu, tersenyum menjawab terang. "Hwa Hwa, engkau seorang datuk masih suka memutar-balikkan fakta."

"Engkau mengenal kami?" bentak tosu berwajah pucat yang bernama Hwa Hwa Hoat-su, datuk sesat yang jarang turun tangan sendiri karena sudah banyak saudara dan murid yang lebih muda mengurus semua masalah di Pek-lian-kauw.

"Tentu saja aku mengenal kalian, Hwa Hwa Hoat-su dan Hoat Hwa Cin-jin. Seperti kuatakan tadi, kalian memutar-balikkan kenyataan. Nona Kui Li Ai membawa hartanya sendiri, peninggalan Ayahnya, yang hendak merampok harta keluarga Kui adalah kalian orang-orang Pek-lian-kauw yang agaknya bekerja sama dengan pasukan yang menyamar ini!"

"Keparat, siapa engkau?" bentak Hoat Hwa Cin-jin, marah dan terkejut karena kerja sama Pek-lian-kauw dengan Perwira Can telah diketahui.

"Namaku tidak ada, sebut saja aku Bu-beng-cu!"

"Manusia sombong!" Tiba-tiba Hwa Hwa Hoat-su melemparkan kebutannya ke atas dan...... kebutan berbulu putih itu terbang melayang ke arah Bu-beng-cu dan seperti hidup kebutan itu menyerang ke arah mukanya.

"Hemm, permainan kanak-kanak ini kau pamerkan?" bentak Bu-beng-cu dan, sekali tangannya didorongkan ke arah kebutan itu, senjata itu terpental dan terbang kembali ke tangan kiri Hwa Hwa Hoat-su!

Hwa Hwa Hoat-su marah dan sambil mengeluarkan gerengan, seperti seekor biruang dia sudah menerjang maju, menggerakkan pedang di tangan kanan dan kebutan tangan kiri. Hoat Hwa Cin-jin tidak tinggal diam. Dia sudah menerjang pula dengan siang-to (sepasang golok) di tangannya.

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHWhere stories live. Discover now