24. Pelayan Tua Pangeran Bouw

829 15 0
                                    

Diam-diam Siang Lan terkejut dan kecewa. Tadinya, ia mengira bahwa laki-laki ini mencintanya, seperti dirasakannya tadi. Akan tetapi ternyata dugaannya keliru. Bu-beng-cu hanya sayang padanya seperti sayang keluarganya.

Diam-diam ia memaki dirinya sendiri. Engkau tak tahu malu! Demikian ia berpikir dan gemas kepada pikirannya sendiri. Bagaimana mungkin ia mengharapkan seorang pendekar yang demikian gagah perkasa, berkepandaian tinggi, berbudi mulia dan penuh wibawa, dapat jatuh cinta kepadanya?

Ia seorang gadis yatim piatu yang namanya dikutuk banyak orang sebagai Iblis Betina walaupun yang mengutuk dan membencinya itu mereka yang disebut golongan sesat. Yang lebih daripada semua itu, ia bukan gadis yang perawan lagi.

Kehormatannya telah ternoda lagi! Ia telah diperkosa orang. Ia telah ternoda dan kotor. Bagaimana mungkin mengharapkan menjadi isteri seorang yang hebat seperti Bu-beng-cu? Tak terasa lagi, wajahnya menjadi pucat dan tak dapat ditahannya, beberapa tetes air mata terjatuh keluar dari pelupuk matanya, mengalir di kedua pipinya yang pucat.

"Hwe-thian Mo-li...... Nona...... kau menangis? Kenapa?" tanya Bu-beng-cu, khawatir kalau-kalau ucapannya tadi menyinggung dan menyakitkan hati gadis itu.

Siang Lan menghapus air matanya dengan punggung tangan, lalu menggelengkan kepalanya dan memaksa diri tersenyum.

"Aih, tidak apa-apa, Paman. Aku hanya merasa sedih tadi teringat betapa engkau begitu baik budi, sedangkan aku...... begini...... jahat......"

"Siapa bilang begitu? Aku bukan manusia baik, aku juga jahat, bahkan jauh lebih jahat daripada engkau. Hanya aku ingin mengingatkan engkau, cobalah hilangkan semua kebencian dari hatimu. Jangan terlalu membiarkan dendam kebencian bersarang di hatimu karena hal itu akan meracuni dirimu sendiri."

"Akan tetapi manusia-manusia jahat dan keji seperti iblis macam Hoat Hwa Cin-jin itu, apakah tidak sepatutnya kita benci, Paman?"

"Membenci kejahatan berarti tidak mau melakukan kejahatan itu, Nona. Kita tidak suka melihat orang berbuat kejam, tentu saja kita sendiri harus menjaga agar kita tidak berbuat kejam. Yang kita tentang adalah tindak kejahatannya, bukan manusianya. Mendendam dan membenci seseorang dapat memberi peluang kepada nafsu setan untuk mendorong kita untuk melakukan perbuatan yang kejam."

"Akan tetapi hati yang disakitkan tidak akan dapat sembuh tanpa pelampiasan dalam bentuk balas dendam, Paman."

"Kalau melampiaskan dendam dengan cara melakukan kekejaman, lalu apa bedanya antara kita dan orang yang melakukan kekejaman kepada kita, Nona? Kita lalu akan menjadi sama kejamnya yang berarti sama jahatnya dengan orang yang melakukan kejahatan terhadap diri kita."

Siang Lan menghela napas panjang. Ia merasa seperti kehilangan dan merasa menyesal. Percakapan dengan Bu-beng-cu sekarang menjadi kering, tidak ada lagi bekas-bekas kemesraan yang ia rasakan dan nikmati tadi. Akan tetapi ia harus tahu diri. Bu-beng-cu ini terlalu tinggi untuknya dan memang tidak masuk di akal kalau seorang sepandai dan semulia Bu-beng-cu dapat jatuh cinta kepadanya!

"Paman Bu-beng-cu, aku mengerti akan maksud dari semua nasihatmu, namun aku juga merasa bahwa kiranya tidak mungkin bagiku untuk menghilangkan dendamku kepada orang-orang yang telah berbuat teramat jahat kepadaku seperti apa yang dilakukan Hoat Hwa Cin-jin tadi. Juga aku masih ada dendam yang belum juga dapat kubalas, yaitu dendamku setinggi gunung sedalam lautan kepada si jahanam busuk Thian-te Mo-ong!"

"Sudahlah, Hwe-thian Mo-li, aku tidak menyalahkan engkau membunuh Hoat Hwa Cin-jin karena dia memang amat jahat dan kematiannya merupakan akibat dari kejahatannya sendiri. Yang kusesalkan adalah caramu melampiaskan kebencian dengan mencincang mayatnya. Kuharap lain kali engkau tidak akan melakukan kekejaman seperti itu lagi."

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHWhere stories live. Discover now