22. Pengeroyokan Pengikut Pek-lian-kauw

776 19 0
                                    

Ketika dia diajak makan malam di ruangan makan, muncul seorang gadis manis yang kulitnya putih mulus, bertubuh tinggi ramping dengan sepasang mata lebar. Wajahnya yang bulat dan manis itu seolah mengandung kesedihan yang tersembunyi.

"Bu-ko, mari kuperkenalkan. Ini adalah adik angkatku, namanya Kui Li Ai. Li Ai, ini adalah Kakak Chang Hong Bu, murid Siauw-lim-pai yang malam ini menjadi tamu kita."

Li Ai memberi hormat dengan gaya yang lembut dan sopan.

"Chang Taihiap (Pendekar Chang)," katanya sopan dan lirih.

"Kui Siocia, saya senang mendapat kehormatan berkenalan denganmu," kata Hong Bu yang merasa heran karena sikap gadis ini bukan seperti gadis gunung, melainkan penuh tata susila seperti gadis bangsawan!

"Aih, kalian tidak perlu bersungkan-sungkan," kata Siang Lan. "Bu-ko, Li Ai ini adalah adik angkatku sendiri, sebut saja namanya. Dan Li Ai, tidak perlu menyebut Taihiap (Pendekar Besar) kepada Bu-ko, sebut saja Bu-ko seperti aku."

"Siauw-moi, (Adik Muda), maafkan kelancanganku, aku hanya menaati usul Lan-moi," kata Hong Bu.

Setelah mereka bertiga duduk, dua orang wanita anggauta Ban-hwa-pang segera menghidangkan makanan. Mereka makan minum tanpa banyak bicara karena bagaimanapun juga, Hong Bu merasa sungkan juga makan minum bersama dua orang gadis yang demikian cantik. Baru sekarang dia mengalami hal seperti ini dan membuatnya menjadi canggung sekali.

Dia melihat di bawah sinar lampu betapa Kui Li Ai memang cantik manis dan lembut sekali. Akan tetapi tetap saja dia lebih kagum melihat Siang Lan yang lebih matang, juga penuh wibawa dan semangat. Dia merasa betapa dia jatuh cinta kepada Hwe-thian Mo-li!

Selesai makan, Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan mengajak Kui Li Ai yang sekarang telah menjadi adik angkatnya dan Chang Hong Bu yang menjadi tamu mereka untuk duduk bercakap-cakap di serambi depan. Bulan purnama tampak menjenguk melalui jendela, menambah semarak cahaya lampu gantung di serambi itu. Mereka bertiga duduk mengelilingi sebuah meja bundar yang besar.

"Ah, aku tadi lupa menceritakan keadaan kalian masing-masing. Sekarang aku teringat bahwa sesungguhnya kalian berdua bukanlah asing sama sekali satu terhadap yang lain karena sama-sama berasal dari kota raja dan sama-sama menjadi keluarga perwira tinggi yang setia dan berjasa terhadap Kerajaan! Bu-ko, ketahuilah bahwa adikku Li Ai ini adalah puteri dari mendiang Kui Ciang-kun (Perwira Kui), seorang perwira yang gagah perkasa dan setia, dan kalau tidak salah, dia dahulu merupakan tangan kanan atau orang kepercayaan dari panglima Chang Ku Cing. Tentu engkau pernah mengenalnya."

Chang Hong Bu mengingat-ingat dan menggelengkan kepalanya, lalu berkata. Diam-diam dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa tidak aneh kalau tadi dia melihat sikap gadis itu begitu anggun seperti sikap seorang gadis bangsawan. Kiranya puteri seorang perwira tinggi!

"Maaf, aku tidak pernah mendapat kehormatan mengenal Kui Ciang-kun seperti yang kusebutkan tadi, Lan-moi. Ketahuilah bahwa sejak berusia sepuluh tahun aku telah meninggalkan kota raja, oleh Paman aku dikirim ke Siauw-lim-pai untuk mempelajari ilmu selama limabelas tahun. Kemudian baru beberapa minggu aku kembali ke kota raja dan langsung menerima tugas mengunjungimu ini. Akan tetapi aku merasa girang mendengar bahwa Adik Li Ai adalah puteri seorang perwira tinggi di kota raja."

Tentu saja dalam hatinya dia merasa heran mengapa puteri seorang perwira tinggi sekarang tinggal di Lembah Selaksa Bunga, menjadi adik angkat Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan. Akan tetapi keheranan ini tidak dia tanyakan karena dia khawatir akan menyinggung perasaan orang.

"Li Ai, ketahuilah bahwa Kakak Chang Hong Bu ini adalah keponakan dari panglima Chang Ku Cing."

Tiba-tiba muka gadis itu menjadi merah sekali dan hati Hong Bu terkejut bukan main ketika dia memandang, dia melihat betapa sepasang mata indah yang memandangnya itu mengeluarkan kilatan sinar berapi penuh kemarahan dan kebencian!

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHWhere stories live. Discover now