42. Akhirnya Thian-te Mo-ong Kalah!

814 15 0
                                    

Pinangan terhadap Kui Li Ai yang dilakukan oleh utusan Nyonya Bouw Ji Kong kepada Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan segera tiba setelah Bouw Cu An kembali ke kota raja. Pinangan itu diterima dengan baik dan tiga bulan kemudian, pernikahan antara Bouw Cu An dan Kui Li Ai dirayakan di kota raja dengan meriah, dihadiri para perwira dan pejabat tinggi, dan juga hadir pula Nyo Siang Lan, Ong Lian Hong dan suaminya, Sim Tek Kun. Panglima Chang Ku Cing juga hadir bersama keponakannya, Chang Hong Bu.

Mengingat akan pembelaan terakhir Pangeran Bouw Ji Kong terhadap Sribaginda Kaisar, maka keluarganya selain mendapat pengampunan juga mendapatkan kehormatan dari para pejabat tinggi. Bahkan Menteri Yang Ting Ho juga memerlukan hadir dalam pesta pernikahan itu.

Setelah tinggal di kota raja selama beberapa hari, Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan segera kembali ke Ban-hwa-kok dan langsung saja ia menemui Bu-beng-cu yang tinggal di guhanya, tak jauh dari Bukit Ban-hwa-pang.

Bu-beng-cu bersikap biasa saja seperti biasa, namun kini tampak jelas oleh Siang Lan betapa besar kasih sayang laki-laki itu kepadanya yang dapat ia rasakan melalui pandang matanya, kata-kata yang keluar dari mulutnya, dan gerak geriknya. Akan tetapi ia pura-pura tidak tahu dan ia sendiri juga bersikap biasa.

Bahkan ia kini berlatih semakin tekun karena hari yang ditentukan oleh Thian-te Mo-ong yang akan datang mengunjungi setahun sekali untuk mengadu kepandaian tinggal beberapa bulan lagi. Sekali ini ia harus dapat membunuh musuh besar itu. Setelah musuh besar dapat dibunuhnya untuk membalas dendam, barulah ia akan mengaku kepada Bu beng-cu bahwa ia sudah tahu dan yakin benar akan rasa cinta pria itu terhadap dirinya!

Demikian tekun, rajin dan keras Siang Lan berlatih sehingga diam-diam Bu-beng-cu merasa terharu. Dia maklum benar betapa besar semangat dan keinginan Siang Lan untuk mengalahkan dan membunuh musuh besarnya yang bukan lain adalah dirinya sendiri! Dapat dibayangkan betapa hal ini menghancurkan perasaan hatinya.

Bu-beng-cu bukanlah seorang bodoh. Dia pun dapat merasakan bahwa sesungguhnya Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan mencintainya, seperti juga dia mencinta gadis itu, cinta yang timbul mula-mula karena penyesalan dan kasihan. Kemudian setelah bergaul dengan gadis itu, dia benar-benar jatuh cinta secara mendalam. Akan tetapi dia tidak tega untuk mengakui cintanya walaupun dia tahu benar cintanya sudah pasti akan diterima oleh Siang Lan yang juga jelas mencintainya.

Ngeri dia membayangkan betapa hati gadis yang dicintanya itu akan hancur kalau kemudian mengetahui bahwa pria yang saling mencinta dengannya itu adalah juga musuh besarnya, laki-laki yang amat dibencinya karena telah memperkosanya? Tidak, dia akan menebus kesalahannya yang membuat hancur kebahagiaan gadis itu dengan nyawanya.

Biarlah gadis itu berhasil membalas dendam dengan adil dan sesungguhnya, bukan karena dia mengalah. Karena itu, dia pun menurunkan semua ilmunya kepada Siang Lan dan tidak akan berhenti sebelum gadis itu mampu mengalahkannya.

Setelah dengan tekun penuh perhatian menurunkan semua ilmunya kepada Siang Lan, pada suatu sore setelah mereka berlatih dan bertanding selama puluhan jurus, Bu-beng-cu menghentikannya dan mereka duduk di bawah pohon depan guha melepaskan lelah dan menyusut keringat. Siang Lan memandang Bu-beng-cu dengan pandang mata penuh rasa syukur dan mesra.

Bu-beng-cu semula juga menatap wajahnya dan biarpun mulut mereka tidak mengucapkan sesuatu, sinar mata mereka seperti mengandung seribu bahasa menyinarkan kasih sayang yang mendalam. Akan tetapi Bu-beng-cu segera menundukkan mukanya, menghela napas panjang lalu berkata dengan suara lirih dan tenang.

"Siang Lan, semua yang kuketahui tentang ilmu silat telah kuajarkan kepadamu. Dalam latihan bertanding tadi aku mendapat kenyataan bahwa aku tidak lagi dapat mengalahkanmu. Karena itu, hari ini merupakan hari terakhir. Aku tidak dapat mengajarkan apa-apa lagi kepadamu dan kuharap dengan kepandaianmu sekarang, engkau akan mampu mengalahkan musuh besarmu."

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHWhere stories live. Discover now