08. Kun Lun Siauwhiap

1.2K 23 0
                                    

KARENA dibujuk-bujuk, akhirnya Kim-gan-liong Cin Lu Ek menurut juga dan pergilah mereka berlima mendaki bukit Liong-cu-san.

Kedatangan mereka disambut oleh Pat-jiu kiam-ong yang berada di bukit itu seorang diri, oleh karena muridnya, Nyo Siang Lan, baru turun gunung sebagaimana telah dituturkan di bagian depan. Melihat tokoh-tokoh kang-ouw yang datang, Ong Han Cu segera berdiri menyambut mereka sambil tersenyum.

"Ah, Ngo-wi (tuan berlima) enghiong jauh-jauh datang mengunjungi tempatku yang buruk, tidak tahu ada keperluan apakah?" tanyanya.

Leng Kok Hosiang memberi hormat dan sambil tertawa ia berkata. "Pat-jiu kiam-ong, kami telah mendengar nama besarmu dan mendengar pula bahwa kau telah menemukan semacam ilmu pedang yang hebat. Maka kami sengaja datang menghaturkan selamat!"

"Ilmu pedang manakah yang hebat!" Pat-jiu kiam-ong merendah. "Tidak lain hanya beberapa gerakan yang buruk."

"Sesungguhnya kami datang sengaja hendak mengantar Kim-gan-liong Cin Lu Ek yang merasa amat tertarik oleh nama besarmu dan hendak minta sedikit pengajaran!" kata hwesio itu dan Kim-gan-liong merasa terheran sekali mendengar ucapan yang jauh berlainan dengan maksud kedatangan empat orang itu. Terpaksa ia maju dan memberi hormat kepada Hong Han Cu lalu berkata.

"Sesungguhnya, Pat-jiu kiam-ong, aku Cin Lu Ek yang bodoh amat tertarik dan ingin sekali memohon sedikit petunjuk dari kau yang gagah perkasa."

Ong Han Cu tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Tak kusangka bahwa Kim-gan-liong yang bernama besar masih suka main-main seperti anak kecil. Kalau kita berpibu dan ada yang kalah, apakah ruginya dan kalau menang, apakah untungnya?"

Memang Kim-gan-liong Cin Lu Ek mempunyai watak yang tidak mau kalah. Mendengar ucapan Pat-jiu kiam-ong, ia merasa diejek dan dianggap ringan, maka merahlah mukanya.

"Pat-jiu kiam-ong, mungkin karena kau telah berjuluk Raja Pedang, kau tidak perlu lagi dengan penambahan ilmu kepandaian. Akan tetapi aku sebagaimana orang-orang kang-ouw yang lain, aku hanya memiliki semacam kesenangan, yakni ilmu silat. Di mana saja aku berada, apabila aku mendapat kesempatan, aku ingin sekali menambah pengetahuanku tentang ilmu silat. Kini aku berhadapan dengan kau yang berjuluk Raja Pedang, tentu saja aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mempelajari beberapa gerakan."

"Bagus, bagus!" seru Leng Kok Hosiang dengan girang dan ia lalu berkata kepada Toat-beng sin-to Liok Kong yang selalu membawa guci arak.

"Liok-enghiong, keluarkanlah guci arakmu! Marilah kita berjanji, siapa yang menang mendapat tiga cawan arak dan yang kalah menerima lima cawan sebagai hiburan! Kim-gan-liong terkenal sebagai jago pedang dari Kun-lun-pai sedangkan Pat-jiu kiam-ong baru saja mendapatkan ilmu pedang yang luar biasa. Sungguh pibu yang amat menarik dan akan membuka mata kita sekalian."

Setelah berkata demikian, empat orang ini lalu duduk dan guci arakpun ditaruh di atas tanah. Terpaksa Pat-jiu kiam-ong lalu mencabut pedangnya karena Kim-gan-liong juga sudah berdiri dan siap dengan pedangnya pula. Jago dari gunung Liong-cu-san ini tentu saja bukan seorang bodoh dan ia dapat menduga bahwa kedatangan Leng Kok Hosiang dan kawan-kawannya ini tentu mengandung maksud tertentu. Ia maklum bahwa mereka tidak mengandung maksud baik dan mungkin sekali lima orang ini sengaja datang hendak mengeroyoknya. Akan tetapi ia tidak merasa gentar sama sekali.

"Kim-gan-liong, kau perlihatkanlah ilmu pedang Kun-lun-pai yang tersohor itu!" katanya sambil memasang kuda-kuda, menaruh kaki kiri ke depan, menekuk kaki kanan dan pedangnya ditempelkan ujungnya pada tanah, sedangkan tangan kirinya ditaruh di dada selaku pemberian hormat. Inilah yang disebut sikap Dewa Muda Menanti Titah.

"Pat-jiu kiam-ong, maafkan keburukan ilmu pedangku," kata Kim-gan-liong yang segera menggerakkan pedangnya menyerang dengan gerak tipu Sian-jin-tit-louw (Dewa menunjukkan Jalan). Akan tetapi tanpa merobah kedudukan kakinya, dengan mudah Ong Han Cu mengangkat pedangnya menangkis.

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHWhere stories live. Discover now