Heat (h) er

2.4K 130 7
                                    

Heather

Mungkin Georgia sudah bosan dengan hobby-nya membuyarkan lamunanku, kini ia mempunyai hobby baru, membangunkanku dari tidur.

"Kau bisa kan, tidak usah membangunkanku dengan teriakan seperti itu?" aku kesal oleh teriakan Georgia yang kencang, meski jauh lebih kencang teriakanku kemarin.

"Terserah kau saja, Heather." Georgia berlalu keluar pintu dan mengambil sepotong kue. "kau lihat saja sudah jam berapa? bukannya kau hari ini les?"

Aku melihat jam hello kitty di dinding kamar-ku yang berwarna putih tulang, warna yang aku sukai. lantas, aku langsung buru-buru mandi dan berangkat ke tempat les.

Untung saja, Madame Lorsie belum datang. Aku menyapa temanku, Saleena.

"Tumben kau datang terlambat" ucap Saleena basa-basi. "sibuk membuat kue?"

"Hahah, tidak. Aku ketiduran tadi, tidak biasanya aku tidur siang." aku menjawab singkat, tidak singkat juga sih.

Tiba-tiba Madame Lorsie datang, ia memakai blouse berwarna hijau lumut dan rambutnya dikuncir kuda.

"Bonjour!" senyum manisnya mengembang layaknya bunga matahari-ku yang ku rindukan. "Hari ini, kita akan belajar tentang grammar. Sebelumnya, saya ingin meminta maaf jika saya mengajarnya kurang baik atau bahkan sangat buruk. I hope you guys can respect me as a teacher."

gosh. apa yang dia katakan!?

Dan tentu aku langsung mengerti apa maksudnya.

Ia mendengar apa yang kukatakan kemarin. Aku langsung melihat ke arah luke. Hanya dia yang tahu peristiwa kemarin. Bahkan Georgia saja tak tahu. Dan tentunya, Luke yang sedang tertawa dengan teman-nya melihat kearahku. Dengan tatapan 'ya, aku tahu.'

---------

"Kurasa kau harus minta maaf padanya." Luke membolak balik kertas yang sudah selesai kami kerjakan.

Aku juga tahu, tapi bagaimana?

"Menurutmu dia benar-benar mendengar yang kukatakan kemarin?"

"Ya, mungkin saja."

apakah kau punya jawaban yang sedikit lebih panjang dikit, hah?

"Lalu, bagaimana caranya!?" aku sedikit berteriak. Entah kenapa, akhir akhir ini aku sering sekali berteriak.

"SSSSTTTT" lagi-lagi, Luke meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.

"Ada apa? dia ada di dekat sini lagi?" kali ini aku berbicara nyaris tak terdengar.

"Tidak. Tapi menurutku kau harus minta maaf."

Hhhh... aku sudah kesal dengan orang ini. Sebaiknya kusudahi pembicaraan tentang ini dengan Luke, sampai disini saja. Biar nanti aku tanyakan saja kepada Georgia.

Lima belas menit terakhir pun berlalu dengan sangat lama. Aku tak tahu mengapa itu terasa sangat lama.

Semua orang pun berhamburan di lorong. Ya, meskipun ini tempat les, tapi gedung ini cukup besar. Peminatnya pun cukup banyak. Aku melihat Luke sedang berjalan di lorong. Santai, seperti biasanya.

Tak tahu dari mana asalnya, kenapa aku melakukan ini padahal aku sudah berjanji untuk menghentikan hal ini, aku mendekati Luke. Dan bertanya

"Luke, menurutmu aku harus apa?!" aku menarik jaketnya pelan dari belakang.

"Kau ini apaan sih, kubilang kau harus minta maaf."

Aku sudah terlalu kesal untuk berteriak. Aku malah sedikit menangis. Mataku berkaca-kaca. Kenapa aku gampang sekali menangis!?

Golden SunWhere stories live. Discover now