Bitter Sweet

286 38 6
                                    

Weeeeeeww..

langsung double update euuuy..

biar gereget (alasan jomblo *bhaks) oh iya sebenernya next mau fokus ke cerita lain keburu dapet ilham tapi ntaran aja deh. kalo udah banyak yang baca ini. hehehe

Happy reading guys

=============================================================================

Rose POV'S

"Kak mau Americano?" tawar ku yang memberikan segelas untuk nya.

awalnya ia hanya melirik ku malas, namun pada akhirnya ia pun menerimanya. Ronald Oliver seharusnya kita bisa seakrab ini saat pertama kali bertemu dulu. Tapi itu tak masalah, yang terpenting kau sudah jauh lebih baik sekarang.

"satu makna yang tersirat dalam secangkir kopi ini adalah sepahit apapun rasanya kau harus belajar menikmatinya. Begitu pun hidup sesulit apapun masalah yang kau alami, kau harus menghadapinya. bukan menjauh dan bersembunyi.." kata ku yang kembali menyeruput isi gelas tersebut.

Mata ku sesekali mencuri pandang ke arahnya. Yah, andai kau bukan kakak ku, aku pasti jatuh cinta padamu, Ronald Oliver.

aku tahu ini jelas perasaan terlarang..

tapi semakin lama entah mengapa rasanya semakin tumbuh di dalam hati.  Jika kau seorang dokter bisa kah kau membantu ku?

Iyah membantu ku menghentikan perasaan ini..

aku takut ini akan membuatku kesulitan pada mu.

"Terima Kasih sudah mau ikut dengan ku. Tolong jangan beri tahu yang lain jika aku kesini.." pintanya yang menatap ke arah pemandangan bukit hijau di depan kami. Tatapannya terlihat kosong, seperti kehilangan arah.

"Aku berjanji.." sahut ku singkat.

kami sedang berada di sebuah mini market yang tak jauh dari pemakaman umum. Ron tadinya bersikukuh ingin tetap melanjutkan perjalanan. Tapi aku mencegahnya dengan alasan haus. Padahal aku tahu, kondisinya tak sebaik itu.

Dia terlihat memendam sesuatu seorang diri.

"Aku tak menyangka kau masih ingat kebiasaan Mom.." ungkapnya yang kini menatap ku.

"tentu saja, Mom kan ibu ku juga.."

ia terkekeh pelan. kakinya mulai melangkah ke arah ku dan kemudian..

"Yaaa!! jangan acak rambut ku!" omel ku yang sama sekali tidak di hiraukannya.

Tangannya terus saja asyik mengusap rambut ku.

Hingga kini tangan kanannya berada di pipi ku. Dan akhirnya mata kami bertemu. Iris coklat itu mengarah pada ku seutuhnya. Wow Nice..

Oh Lord..

Bagaimana ini? Ayo Roseline, kuasai dirimu. Jangan biarkan pria ini mengetahui isi hati mu yang sesungguhnya.

"Ekhhaamm.. Kak liat aku kok sampai kaya gitu. Awas baper, nanti hatinya lemah loh. Terus suka sama aku.." goda ku dengan cengiran bodoh sebagai pelengkapnya.

Ayolah hati, tenang lah. Jangan grogi please.

"Hah, bocah ini percaya diri sekali. Dengar ya, aku sehari-hari di Amerika dan ada banyak wanita yang berkali-kali lipat lebih cantik, seksi, dan cerdas dari mu. so don't be narcissus" balasnya yang skak membuat ku sakit hati lagi.

Ah iya, harusnya aku sadar hal itu.

"Heh kau tahu menyisir dan menyindir itu tidak ada bedanya. Mereka sama-sama menggunakan kaca!" sahut ku tak mau kalah darinya.

GreensleevesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang