PART 3 : Yes, My Lord!

1K 54 6
                                    

"Permisi um Tuan..."

Gadis ini masih bercicit di samping ku. Sejak kejadian semalam, gadis ini terus saja bersuara. Memohon agar ia bisa membantu atau meminta agar melarikan tuan ke rumah sakit. Terkadang, aku mendengar ia bergumam bahwa ini semua terjadi karena kesalahannya. Berkali-kali aku memintanya untuk tenang. Namun selalu diacuhkannya, rasanya seperti berbicara dengan keledai.

Entahlah..

Lama-kelamaan aku jadi lelah sendiri, rasanya ingin sekali menutup mulutnya. Membuatnya diam setidaknya beberapa menit. Tapi ku urungkan, bagaimana pun dia teman terdekat Tuan ku.

"Kita tidak membawa Mister Luc's ke rumah sakit..?"

Pertanyaan itu muncul lagi. Aku menarik nafas panjang. Sebisa mungkin aku harus bisa menjawab dengan tenang.

Walaupun..

Ini menyebalkan..

"Tidak perlu nona, saya adalah pelayannya. Dan saya tahu apa kebutuhannya" sahut ku singkat.

"Tapi kau kan pelayan bukan dokter. Tolong lihat kondisinya, dia perlu mendapat penanganan serius tahu!!"omelnya yang membuat ku ingin tertawa. Dia sedang mengoda ku ya? Aku melirik wajah my Lord sebentar.

Apa ia bisa tahan mendengar itu semua?

" Nona meragukan saya? Yang ada saya yang harusnya meragukan Nona. Apa hubungan nona dengan Tuan ku, sehingga semalam Tuan ku bisa bersama Nona dengan keadaan seperti ini ?" tanya ku yang membuatnya terkejut. Aku terkekeh pelan, pantas saja My Lord senang mengajar disana. Gadis ini luar biasa menarik.

"Aku muridnya kok, Mister Luc's kan guru ku di sekolah. Aku saja tidak tahu dari mana beliau muncul" sahutnya tak ingin kalah.

"Gara-gara Nona, Tuan ku belum sadar sampai sekarang.." tutur ku pelan

"Aku sungguh sungguh minta maaf. Apa mungkin karena semalam banyak darah yang keluar ya?" tanyanya seolah menemukan sumber masalah.

"Apa golongan darahnya?" tanyanya yang gantian membuat ku shock.

"Hah?!! i- itu..."

"Tuhkan? Masa pelayannya tidak tahu.." ejeknya dengan nada merendahkan ku.

"Siapa bilang saya tidak tahu, Tuan ku bergolongan A+ tahu.."

bohong, aku benar-benar tidak tahu golongan darahnya.

"Wah sama dengan ku. Baiklah ayo donorkan darah ku padanya.."

"Hah?!!"

"Iya!! Lihat deh wajahnya pucat, tubuhnya juga dingin aku takut ini tanda-tanda algor mortis. Nanti kalau meninggal bisa mati berdiri aku. Tidak, tidak, aku tidak mau di hantui rasa bersalah" cerocosnya yang hanya di balas ku tercengang.

Apa?

Algor Mortis* itu apa sih?

(keadaan berupa perubahan suhu tubuh drastis biasa terjadi pada orang yang meninggal dunia)

"AYO CEPETAN!!"

Karena ia terus terusan merengek akhirnya aku pun terpaksa melakukannya. Sesekali kepala ku menggeleng. Bagaimana bisa aku menuruti permintaan gadis 18 tahun. Setelah kantung darah terisi penuh. Ia pun langsung menarik ku kembali ke kamar tuan. Dengan kondisi tubuh yang lemah dia terus menatap ku seakan memastikan bahwa darahnya masuk ke dalam tubuh tuan ku.

"Darah anda sudah saya donorkan pada Tuan ku, makan dan beristirahatlah sejenak. Siang nanti saya antar pulang" kata ku yang langsung mendapat anggukan paham darinya.

GreensleevesWhere stories live. Discover now