BERUBAH

577 48 5
                                    

"Berhati-hatilah kalau menyeberang. Apa ada yang sakit?" tanya Lucas.

"kaki ku perih.." sahut Rachel yang terisak.

"Oh kau berdarah.." sontak Lucas, tangannya mulai merobek bagian lengan dari kemeja yang ia gunakan. lalu bagian tersebut ia ikatkan pada luka di kaki Rachel.

"Sekarang tetap disini, aku akan menelpon Rainhard terlebih dahulu.." saran Lucas yang malah mendapat tatapan terkejut dari Rachel.

"Ma-ma- mata mu lucas, Me-raaaaah"

==============================================================================

5 Hari setelah itu

"Perih huhuhuhuhu"

KeluhRachel ketika Rain membersihkan luka di kaki jenjang gadis tersebut. Beruntung sekali luka di kakinya dapat segera diatasi, walau pun akan berbekas karena luka jahitan yang amat sangat nampak.

"Aduh!!! Pelan Pelan Kak.. Sakit.." rengek Rachel ketika Rain mulai memasangkan perban baru di kakinya.

"makanya kalau menyebrang itu hati-hati, ah repotkan jadinya.." sewot Ron tak kalah kesal.

rengekan cempreng khas kakaknya ini, berhasil membuatnya tak bisa fokus membaca wattpad.

Padahal part ini adalah part yang sangat ia nantikannya.

"HEY!! KAU ADIK KU BUKAN SIH? TIDAK SOPAN YA SEKARANG!" balas Rachel yang tiba-tiba melemparkan bantal ke arah Ron.

"Sudah.. sudah.., Rachel jangan teriak terus dan kau Ronald tutup mulut mu atau ku perban dengan kain ini.." tutur Rain yang membuat mereka kompak merapatkan bibir.

"Rachel, aku tahu luka di kaki mu ini pasti menyakitkan tapi tolong tenanglah. Ayah sedang beristirahat kau tahu.."tambah Rain yang hanya dibalas tatapan sebal oleh Rachel.

"Sekarang kau istirahat, dan Ron ayo ikut aku sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu" titah Rain yang lantas di patuhi oleh kedua adiknya tersebut.

Ron kini berada di belakang menyusul Rain. Entah apa yang akan menjadi topik pembahasan mereka kali ini. Tapi jika itu membahas tentang si bungsu yang menyebalkan maka jangan harap Ron untuk memberi respon.

Rain pun mendorong pintu berwarna putih. Dan menutupnya setelah Ron masuk ke dalam.

"Aku agak terkejut karena kau mengambil jurusan kedokteran.." ungkap Rain yang kini duduk di bangku kebesarannya.

"Jangan mengatur ku, kau tidak memiliki hak untuk mengatur hidup ku.." sahut Ron yang kini menatap dingin ke arah sang kakak.

"Ron, aku tahu kau masih kesal atas kematian ibu. tapi kali ini, bisa kau lihat, perlahan kita mulai menapaki puncaknya. Jadi selama masih ada kesempatan tolong fokuslah pada perusahaan. Bagaimana, kau tidak akan membiarkan ku sendirian kan?"

"Ambisi mu masih tidak berubah ternyata.." gumam Ron datar

"Aku akan mengurusnya dengan cara ku sendiri. Jadi kakak tidak usah khawatir.." tutup Ron yang melangkah keluar dari ruang kerja milik kakaknya tersebut.

Mata Ron berkaca-kaca. Bagaimana mungkin Rainhard dengan mudahnya melupakan kematian ibu. bahkan menyepelekannya seakan itu hanyalah sebuah masalah sederhana yang tidak pantas untuk diperbesarkan.

Ron terlalu kecewa.

Ron akui keputusannya mengambil jurusan kedokteran ini memang karena tragedi itu. Andai salah satu dari mereka memiliki kemampuan seperti dokter atau perawat pasti sang ibu sedang memainkan instrumen musik klasik favoritnya saat ini.

GreensleevesWhere stories live. Discover now