1. That Damn Adrian

10.7K 627 10
                                    

"Puteri Lucas Armanno tidak seharusnya selemah ini."

Kata-kata itu bergaung di kepalanya, selaras dengan suara pukulan yang bergema di ruangan tertutup itu. Tiga orang lelaki bersetelan hitam menjaga pintu masuk, siap menghadang siapa pun yang masuk tanpa izin. Karena saat ini, seseorang yang sedang beradu dengan samsak itu memerintahkan mereka untuk tidak membiarkan seorang pun memasuki ruangan itu.

Bagaimana mungkin setelah kepergiannya selama 4 tahun ini, lelaki itu menyambutnya dengan kata-kata sialan semacam itu?
Larissa memberikan hantaman terakhir meski buku-buku jarinya sudah lebam. Lalu kemudian dia menunduk, terengah-engah dan membalik badan dalam satu sentakan ke arah orang-orangnya yang setia berdiri di pintu masuk.

Dia mengedarkan pandangan ke wajah-wajah datar yang tampak tidak hidup. "Pergi dari sini," titahnya sambil berusaha menekan amarah yang membuatnya terengah. Lepas kendali tidak akan membuatnya terlihat kuat.

Stefano Adriano di Angelo, dia menggeram dalam hati. Dia bersumpah bahwa tidak akan ada tempat yang aman untuk dipijak oleh lelaki sialan itu. Dan ketika Larissa la Armanno bersumpah, dia tidak akan berhenti sampai Lucas Armanno sendiri yang datang untuk menghentikannya.

Setelah orang-orangnya pergi, Larissa melayangkan tinjunya ke arah samsak lagi, sama sekali tidak mempedulikan rasa sakit yang menjalar.

Bugh! Satu pukulan lagi.

Lalu pukulan yang lainnya.

Lagi dan lagi.

"Bertarung dengan samsak itu tidak adil, karena samsak tidak akan bisa melawanmu." Seorang lelaki tiba-tiba memasuki ruangan dengan aura dingin di belakangnya. Derap sepatunya yang beradu dengan lantai menimbulkan gema yang dibenci Larissa mati-matian. "Kau hanya akan terlihat semakin lemah, Nona."

Larissa membalik badan, meski sebenarnya dia sudah tahu siapa orang tak tahu diri yang berani berbicara seperti itu padanya. Dan ketika matanya bertemu dengan mata hitam sekelam malam itu, amarahnya menggelegak.

Beraninya dia!

Bagaimana mungkin lelaki itu bisa terlihat tidak berdosa dan setenang itu? Dia bahkan masih setampan dulu, dengan rambut yang dipotong lebih rapi dan menunjukkan kedewasaannya, sedangkan Larissa disini, dibanjiri oleh keringat dan jelas terlihat seperti remaja yang baru saja putus cinta.

"Sialan kau!" seru Larissa, masih terengah-engah oleh amarah yang menyesakkan. Dia mengangkat dagu tinggi-tinggi dengan tangan yang terkepal erat. Kemudian matanya tertumbuk pada lencana yang tersemat di jas yang dikenakan Adrian-namanya saja sudah cukup membuat Larissa mual-dan semua amarahnya lenyap begitu saja.

Dia tidak lagi marah. Sekarang dia ... kecewa.

Larissa berbalik dan memunggungi Adrian, berusaha menyembunyikan selaput bening di matanya yang mengancam akan jatuh. Tidak, tidak boleh ada yang melihatnya menangis. Terutama dia.

Lucas Armanno memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Tapi Larissa tidak menyangka, jika ayahnya serius ketika kemarin dia mengatakan bahwa dia akan memilih Adrian sebagai penerusnya.

Tapi sekarang, ketika dia melihat dengan mata kepalanya sendiri lencana emas dengan ukiran singa dan pedang itu tersemat di dada Adrian, dia tahu jika tidak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk memperjuangkan kedudukannya. Upacara pengangkatan Adrian sudah dilakukan, dan ayahnya bahkan tidak memberitahunya sama sekali.

Larissa jelas-jelas memiliki darah Armanno yang mengalir di tubuhnya. Dia telah belajar bela diri hingga dia tidak mudah dikalahkan. Dia sudah mengepalai 2 bar dan mengontrolnya dari Aussie dan dia sudah membuktikan bahwa dia bisa mengatur segalanya dengan baik. Lalu kenapa Lucas Armanno masih saja tidak mempercayainya?

The Devil and A Cup of CoffeeWhere stories live. Discover now