183. Bulan Biru Di Mataram

Mulai dari awal
                                    

Bukk! Kraakk!

Tendangan kaki kiri Sinuhun Merah di arah dada membuat Empu Semirang Biru terpental dan terkapar di lantai goa. Dua tulang iganya patah. Jeritan sang Empu menggelegar merobek suara deru curahan air terjun.

Dalam gelegak amarah, Sinuhun Merah, Sinuhun Muda dan bocah sakti Dirga Purana sepakat untuk segera menghabisi Empu Semirang Biru saat itu juga walau sang Empu meratap minta ampun, memberi tahu kalau dia tidak punya niat menipu. Dia tidak tahu bagaimana keris itu tahu-tahu palsu karena sebelumnya dia menerima sendiri senjata tersebut dari Ratu Randang.

Pangeran Matahari yang di Bhumi Mataram dikenal dengan panggilan Ksatria Roh Jemputan mengusulkan agar sang Empu jangan dibunuh tapi dimanfaatkan begitu rupa hingga berhasil menuntaskan rencana untuk menyingkirkan raja dan sekaligus menguasai Kerajaan.

Merasa usulan Ksatria Roh Jemputan masuk diakal Sinuhun Merah Penghisap Arwah mengampuni Empu Semirang Biru namun sesuai siasat kakek ahli pembuat senjata itu harus mencari dan menemui raja. Berpura-pura hendak menyerahkan Keris Kanjeng Sepuh Pelangi. Begitu Raja lengah sang Empu harus cepat menikam raja.

"Cukup satu tikaman! Nyawa raja keparat itu pasti amblas!" kata Sinuhun Muda.

"Betul!" menyahuti Sinuhun Merah. "Cukup satu tikaman. Raja pasti menemui ajal. Karena keris akan aku bungkus dengan racun Cakar Sukma Merah! Selain itu aku juga akan memberikan kekuatan pada tubuhmu yang kurus kering tua renta!"

Sinuhun Merah Penghisap Arwah angkat dua tangan. Satu diletakkan di atas kepala Empu Semirang Biru, yang satu lagi digenggamkan ke keris palsu. Dua cahaya merah memancar dari dua tangan sang Sinuhun Merah. Empu Semirang Biru merasa tubuhnya menjadi agak segar dan sakit akibat dua tulang iganya yang patah terasa berkurang. Sinuhun Merah serahkan kembali keris palsu pada Empu Semirang Biru.

Ketika Empu Semirang Biru siap untuk pergi, Sinuhun Merah memaksanya menelan sebuah benda bulat merah seujung jari. Benda itu ternyata adalah Racun Kala Merah.

"Jika dalam tiga hari kau tidak berhasil membunuh Raja Mataram, Racun Kala Merah akan merenggut nyawamu! Kau akan mampus dengan tubuh leleh menjadi lendir!"

Sekujur tubuh Empu Semirang Biru bergetar menggigil. Di hadapannya sambil menyeringai dan usap janggut hitam di dagu Sinuhun Muda berkata, "Jika kau berhasil menghabisi Raja Mataram sebelum hari ke tiga, lekas menemui kami. Kami akan memberikan obat penangkal pemusnah Racun Kala Merah yang ada dalam tubuhmu! Kau dengar itu Empu?!"

"Saya dengar Sinuhun." Jawab Empu Semirang Biru.

Sinuhun Muda tertawa bergelak, kedipkan mata pada Sinuhun Merah pertanda apa yang barusan dikatakannya tentang obat penangkal adalah dusta belaka.

"Sekarang lekas laksanakan perintah Sinuhun Merah!" Kata Sinuhun Muda pula lalu tendang pantat orang tua itu hingga terguling di lantai goa.

Walau dirinya diperlakukan semena-mena seperti itu bahkan kemudian dihina dipaksa merangkak melewati selangkangan Sinuhun Merah, namun Empu Semirang Biru tidak berdaya melawan.

***

MENCARI dan menemui Raja Mataram Raka Kayuwangi Dyah Lokapala bukan hal yang mudah bagi Empu Semirang Biru. Apa lagi dalam keadaan cidera dua tulang iga patah akibat tendangan Sinuhun Merah. Selain itu seperti diceritakan sebelumnya, bersama rombongannya yang pernah menyelamatkan diri di Bukit Batu Hangus, saat itu Raja Mataram telah mengasingkan diri di satu tempat rahasia yaitu bekas Sumur Api yang terletak di satu rimba belantara antara kawasan Prambanan dan Kali Dengkeng.

Tujuan pertama yang didatangi Empu Semirang Biru adalah Kotaraja. Dia langsung menuju istana namun jadi kecewa karena didapati bangunan istana dalam keadaan sunyi gelap, sebagian berada dalam keadaan runtuh. Tak ada yang menghuni bahkan tidak seorang prajurit atau pengawalpun terlihat di situ. Empu Semirang Biru mengelilingi bangunan istana sampai tiga kali bahkan masuk menyelidik ke dalam reruntuhan bangunan. Dia tidak menemukan seorangpun. Dia cepat-cepat kembali ke halaman depan.

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang