145. Lentera Iblis

6.5K 100 6
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

PAGI ITU Patih Kerajaan Sawung Giring Bradjanata baru saja selesai sarapan. Dia akan segera berangkat menuju Keraton untuk menemui Sri Baginda. Banyak hal penting yang akan dibicarakan. 

Salah satu diantaranya menyangkut gerakan orang-orang yang menamakan diri dan mengaku berasal dari Keraton Kaliningrat. Saat keluar dari ruang makan seorang pengawal datang memberi tahu bahwa Danang Kaliwarda, kepala pengawal Gedung Bendahara ingin menghadap.

"Danang Kaliwarda....." Patih Kerajaan menyebut nama itu. "Aku pernah melihatnya beberapa kali. Tapi tak pernah bertegur sapa. Pengawal, apa kau tanyakan maksud kedatangannya?"

"Memang ada saya tanyakan. Katanya ada hal sangat penting ingin disampaikan. Namun dia hanya mau bicara langsung dengan Kanjeng Patih," menerangkan pengawal Gedung Kepatihan.

Setelah berpikir sebentar Patih Kerajaan akhirnya berkata pada pengawal. "Aneh juga. Kalau ada sesuatu urusan penting seharusnya Bendahara Wira Bumi yang datang menghadap. Kepala Pengawal itu datang seorang diri atau ada yang menemani?"

"Dia datang seorang diri, Kanjeng Patih."

"Baiklah, suruh dia menunggu di pendopo sebelah timur. Suguhkan kopi jika dia belum sarapan. Aku akan segera menemuinya."

Gedung Kepatihan memiliki dua buah pendopo.

Pendopo besar di sebelah barat, pendopo ke dua di sebelah timur, lebih kecil dan memiliki dua dinding penutup terbuat dari papan jati berukir pemandangan gunung Merapi. Di tempat ini Patih Kerajaan biasanya menemui tamu-tamu tertentu.

Danang Kaliwarda yang duduk bersila di lantai batu pualam bersih dan licin berkilat cepat-cepat berdiri begitu Patih Sawung Giring Bradjanata muncul, melangkah menaiki anak tangga pendopo timur.

"Hormat untuk Patih Kerajaan. Saya Danang Kaliwarda, Kepala Pengawal Gedung Bendahara." Danana Kaliwarda berucap lalu membungkuk dalam-dalam.

Patih Kerajaan menyilahkan tamunya duduk kembali.

Keduanya kemudian bersila berhadap-hadapan. Seorang pelayan datang menating secangkir kopi hangat, diletakkan di depan Danang Kaliwarda.

"Danang Kaliwarda, waktuku tidak banyak karena harus segera menghadap Sri Baginda. Ceritakan apa maksud kedatanganmu. Apakah Bendahara Wira Bumi yang mengutusmu datang menghadapku? Sebelum kau menjawab silahkan meneguk kopi lebih dulu."

"Terima kasih Kanjeng Patih. Saya minum." Selesai meneguk kopi hangat Kepala Pengawal Gedung Bendahara itu meluruskan duduknya lalu berkata. "Kanjeng Patih, saya mohon maaf kalau kedatangan saya begini mendadak, apa lagi sampai mengganggu dan menyita waktu Kanjeng Patih. Saya datang dengan kemauan sendiri. Tidak diutus oleh Raden Mas Wira Bumi."

Sawung Giring Brajanata mengangguk. "Langsung saja pada maksud kedatanganmu."

"Saya datang untuk menyampaikan satu hal yang sangat rahasia, Kanjeng Patih."

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang