183. Bulan Biru Di Mataram

5.4K 86 8
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

DALAM serial sebelumnya berjudul "Selir Pamungkas" diceritakan Sinuhun Merah Penghisap Arwah berhasil menyusupkan kekuatan gaib jahat ke dalam diri Empu Semirang Biru. Ketika itu sang Empu berada di dalam Ruang Segi Tiga Nyawa menjaga Keris Kanjeng Sepuh Pelangi yang menancap di langit-langit ruangan. 

Dia juga tengah menunggu kedatangan para sahabat muda yaitu Pendekar 212 Wiro Sableng, Kunti Ambiri, Ratu Randang, Sakuntaladewi serta Jaka Pesolek. Jalan pikiran Empu Semirang Biru telah dikuasai dan dikendalikan oleh Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Dia diperintah untuk menyiasati agar mendapatkan Keris Kanjeng Sepuh Pelangi dan ternyata memang berhasil.

Setelah mendapatkan senjata sakti mandraguna yang dibuatnya sendiri di Gunung Bismo itu, sang Empu keluar dari Ruang Segi Tiga Nyawa melalui lobang di lantai ruangan yang disebut Terowongan Arwah yang dibuat oleh Sinuhun Merah Penghisap Arwah.

Karena pikiran sehatnya tidak bisa bekerja di samping siasat licik Ratu Randang, Empu Semirang Biru tidak menyadari kalau keris yang dibawanya adalah keris palsu. Keris diserahkan pada Sinuhun Merah Penghisap Arwah di dalam sebuah goa di balik air terjun. Di tempat itu hadir pula Ksatria Roh Jemputan alias Pangeran Matahari, Sinuhun Muda Ghama Karadipa serta bocah sakti Dirga Purana yang datang sambil gandeng Ni Gatri.

Ketika keris dikeluarkan dari balik pinggang pakaian putih, sepasang mata Sinuhun Merah bergeletar. Kening bocah dua belas tahun Dirga Purana yang mendukung Ni Gatri mengerenyit. Pangeran Matahari tegak congkak tak bergerak, mata menatap dingin tak berkesip.

Sinuhun Muda Ghama Karadipa cepat mengambil keris dari tangan Empu Semirang Biru. Mata mendelik besar meneliti. Kaki tersurut dua langkah. Keris tak bersarung tak bergagang terasa dingin. Tak ada hawa kehidupan. 

Pancaran sinar yang keluar dari badan keris berwarna merah kehitaman dan sangat redup. Cahaya yang sangat tidak pantas bagi sebilah keris sakti mandraguna yang bakal dijadikan pusaka Istana Kerajaan Mataram.

Dengan cepat Sinuhun Muda memperhatikan dan menghitung jumlah luk di badan keris. Lalu dia berkata, "Sinuhun Merah, keris ini memang memiliki sembilan luk. Tapi rasanya ada sesuatu..."

Dengan cepat Sinuhun Merah mengambil keris dari tangan saudara nyawa kembarnya. Sejak pertama kali melihat senjata tersebut sebenarnya dia telah menaruh curiga. Begitu juga dengan bocah dua belas tahun Dirga Purana walau selalu sibuk dengan Ni Gatri yang berada di panggulan bahu kirinya dalam keadaan tidak sadar karena di bawah pengaruh totokan. Pandangan mata makhluk atau orang sakti seperti mereka memang tidak dapat ditipu.

Begitu keris dipegang di tangan, Sinuhun Merah segera mendekatkan senjata ke hidung lalu mencium dalam­-dalam.

"Palsu!" Teriak Sinuhun Merah menggeledek. Mata merah mendelik besar. Blangkon di kepala sampai naik satu jengkal dan ubun-ubun kepulkan asap merah. Ini bukan Keris Kanjeng Sepuh Pelangi yang asli! Keris jahanam ini terbuat dari kepingan Rantai Kepala Arwah Kaki Roh! Aku bisa menciumnya! Empu keparat! Kau berani menipuku!"

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang