179. Delapan Sukma Merah

4.5K 75 3
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

HUJAN rintik-rintik masih terus turun walau langit tampak cerah. Candi Kalasan menjulang gagah meski banyak bagian candi rusak dan tertutup lumut karena tidak terawat. 

Konon candi ini dibangun puluhan tahun silam oleh Raja Kedua dalam silsilah Mataram Kuna yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran. Seperti dituturkan dalam episode sebelumnya (Tabir Delapan Mayat) ketika Pendekar 212 Wiro Sableng dan Empat Mayat Aneh berada di halaman candi, tiba-tiba menggelegar suara mengorok keras. Begitu memandang ke bagian belakang candi, Wiro melihat satu sosok raksasa menyembul, melebihi tingginya candi! Mahluk ini mengenakan jubah biru tak berkancing menyibak dada penuh ditumbuhi bulu. Kepala botak memiliki sebuah tanduk berwarna merah. 

Kumis dan janggut serta sepasang alis hitam berkilat, mencuat ke atas. Mahluk mengerikan ini memiliki sepasang mata besar menjorok keluar, berwarna putih dengan titik kecil aneh di sebelah tengah. Dari balik candi dia mengangkat tangan kiri, menunjuk ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng sambil hembuskan nafas yang memerihkan mata.

"Arwah Ketual" Ucap Wiro. Lalu pada Empat Mayat Aneh yang ada di dekatnya, Wiro memberi tahu. "Sebelumnya mahluk ini bermaksud jahat hendak membunuhku. Kali ini kalau dia hendak melakukan kembali, aku tidak perduli larangan Sepasang Arwah Bisu! Aku akan menghabisinya!"

Empat Mayat Aneh saling pandang mendengar ucapan Wiro.

"Pemuda keparat! Lancangnya kau berani menyebut langsung namaku! Semua orang di Bhumi Mataram memanggilku dengan sebutan Kanjeng!" Arwah Ketua memaki marah. Tanduk di kepalanya pancarkan cahaya merah terang.

Wiro pencongkan mulut lalu prett! Keluarkan suara seperti orang kentut.

Mayat Aneh Kedua berkata. "Aku mencium bau amis."

"Bau amis itu adalah bau amis sosok Ketua Jin Seratus Perut Bumi yang disusupkan masuk ke dalam tubuh Arwah Ketua. Ini semua perbuatan jahat keji Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Aku menaruh kasihan pada mahluk raksasa ini. Tapi kalau dia memang ingin membunuhku, apa boleh buat. Aku terpaksa menghabisinya lebih dulu!"

"Kalau dalam tubuhnya memang ada roh jahat Ketua Jin Seratus Perut Bumi, lebih baik serahkan pada kami. Biar kami menguliti!" Kata Mayat Aneh Ketiga lalu memberi isyarat pada tiga saudaranya.

"Kalian akan mengulitinya? Seperti menguliti kerbau?!" tanya Wiro sambil menggaruk kepala heran.

Ah, ini satu ilmu baru yang ingin sekali aku menyaksikannya!"

Empat Mayat Aneh saling mendekat lalu tempelkan dua tangan satu sama lain.

"Delapan Pahat Pengikis Arwah!"

Empat Mayat Aneh serentak sama keluarkan seruan.

"Sreettt!"

Gulungan kain putih yang membungkus sepasang tangan Mayat Aneh bergulung membuka sampai ke pergelangan. Delapan tangan tersingkap.

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang