178. Tabir Delapan Mayat

4.8K 77 4
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

DENGAN bunga matahari yang telah diberi mantera sakti oleh Nyi Roro Jonggrang, Ratu Randang berhasil melenyapkan tanda Pukulan Delapan Sukma Merah yang ada di kening dan dada Pendekar 212 Wiro Sableng. Sebagai ucapan terima kasih, Wiro mencium si nenek sampai empat puluh kali. 

Biasanya Ratu Randang yang selalu duluan mencium sang pendekar. Gembira tak terhingga mendapat ciuman begitu banyak, walau bibirnya jadi jontor, si nenek cantik segera hendak menolong Dewi Ular. Saat itu Dewi Ular memang dalam keadaan cidera akibat ntrokan kekuatan tenaga dalam dan kekuatan gaib dengan Pangeran Matahari dan Sinuhun Muda yang dibantu Sinuhun Merah serta bocah Ksatria Junjungan Dirga Purana. 

Walau keadaannya seperti itu, namun Dewi Ular dengan polos minta agar si nenek lebih dulu menolong Raja Mataram yang saat itu tergeletak ditemani Jaka Pesolek, si gadis cantik berkumis halus.

Ratu Randang tidak ingin meninggalkan Dewi Ular begitu saja. Maka dia tetap saja lebih dulu menolong gadis alam roh itu dengan mengusapkan bunga sakti ke bagian depan dan belakang Dewi Ular. Namun setelah si gadis sembuh, entah mengapa si nenek berlaku iseng. Pakaian Dewi Ular di sebelah bawah disingkap lalu bunga matahari diusapkan ke bagian terlarang di bawah perut Dewi Ular.

"Hai Nek! Kau ini gila apa?!" Teriak Dewi Ular.

"Kau bilang aku gila! Nanti lihat saja! Pasti banyak lelaki yang tergila-gila padamu! Hik... hik... hik!" Ratu Randang tertawa panjang.

"Nek, bagaimana kalau nanti karena kualat bunga itu hilang kesaktiannya. Padahal kau belum menolong raja!" Teriak Dewi Ular pula.

Teriakan Dewi Ular membuat Ratu Randang diam-diam merasa khawatir juga. Si nenek segera mendatangi Raja Mataram yang saat itu ditemani oleh Jaka Pesolek si gadis cantik berkumis halus yang punya ilmu kepandaian menangkap petir. Terpengaruh oleh teriakan Dewi Ular, selintas pikiran muncul di benak si nenek. Dia berusaha mencari penangkal agar benar-benar tidak ditimpa kualat. Maka bunga matahari diusapkannya ke dada Raja Mataram Rakai Kayuwangi Lokapala.

Walau cidera di tubuh Raja lenyap setelah diusap bunga, namun saat itu pula muncul gejala aneh. Sang Raja melompat bangkit sambil mengusap dada yang bergerak turun naik. Kepala mendongak, mata menatap kosong ke arah langit lalu berkedap-kedip. Dari mulut terdengar suara mendesah tiada henti.

Melihat keadaan Raja yang seperti tengah membayangkan dan merasakan sesuatu yang menyenangkan, timbul hasrat Jaka Pesolek ingin melihat dan memegang bunga matahari. Ketika si nenek menampik, maka gadis ini langsung merampas bunga. Bunga matahari kemudian diusap dan ditekan-tekan berulang kali ke aurat di bawah perut. Tak selang berapa lama Jaka Pesolek keluarkan jeritan keras lalu jatuh tertelentang. Mata membeliak, dua bola mata berputar-putar. Mulut tersenyum­senyum dan keluarkan suara mendesah-desah.

Si nenek tertegun. Memandang ke arah Raja lalu kembali pada Jaka Pesolek. Tiba-tiba si nenek membungkuk mengambil bunga matahari yang tercampak di tanah. Seperti yang dilakukan Jaka Pesolek, bunga sakti itu lalu ditekapkan ke bagian bawah perutnya.

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang