IT'S OKAY TO BE A LOSER (JK'S POV)

10.9K 1K 87
                                    

Aku baru pulang bekerja. Dari pintu depan, aku sudah mendengar Jeongsan meneriakkan lirik "go go Power Ranger" dari soundtrack kartun favoritnya. Benar saja, begitu tiba di ruang keluarga, Jeongsan-ku sudah berdiri di depan televisi. Dia bahkan tidak menyadari kedatanganku.

Aku masuk ke kamar, mengganti pakaian, kemudian bergerak ke dapur. Aku menemukanmu di sana, bergulat dengan bahan-bahan makanan. Suara percikan minyak dari ikan yang sedang digoreng membuat suasan di dapur menjadi cukup ramai.

"Jadi, yang kalah rebutan remot hari ini adalah Taya, hm?" Aku berdiri di sebelahmu yang sedang memotong-motong wortel, menikmati sebuah apel yang baru saja kuambil dari atas meja.

Kamu menoleh ke arahku sekilas, lalu berkata, "Sore ini tidak ada insiden perebutan remot, tahu! Jeongsan menang mutlak hari ini."

"Oh, ya?" Kedua alisku refleks terangkat. "Tumben. Kenapa?"

Kamu beranjak mencuci wortel yang baru saja kau potong. "Tidak tahu. Sejak pulang sekolah, dia terlihat tidak bersemangat. Tiap kutanya, dia bilang tidak apa-apa. Tapi, sepertinya dia sedang menyembunyikan atau memikirkan sesuatu."

Tepat di saat itu, Taya datang ke dapur, mengambil segelas air. Aku dan ibunya secara serempak mengikuti gerakannya yang berjalan menuju dispenser, sedangkan ia bersikap seolah tidak sedang diperhatikan. Benar kata ibunya, Taya-ku tampak tidak baik-baik saja.

"Tuh, 'kan? Dia seperti gadis yang sedang putus cinta!"

"Taya itu masih anak kecil!"

"Jadi ..., menurutmu, dia kenapa?"

Aku hanya diam sembari mengendikkan bahu.

***

"Aku sudah selesai."

"Iii ... Taya Nuna kenapa tidak memakan sayulnya? Nanti Eomma malah," Jeongsan tiba-tiba menceletuk.

Dalam keadaan normal, biasanya Taya akan berkata, "Terserah aku!" atau "Dasar cerewet!" atau "Diam saja, Jeongsan!". Minimal, Jeongsan mendapatkan tatapan sengit dari kakak perempuannya itu. Namun malam ini, Taya seolah tidak mendengar celetukan adiknya. Dia langsung meninggalkan meja makan, bahkan piring bekasnya pun tidak ia bawa ke bak cuci piring.

Aku dan kamu saling berpandangan.

"Taya benar-benar aneh, Jeon. Sebaiknya kau menemuinya nanti. Mungkin dia mau bicara padamu," ujarmu.

Aku mengembuskan karbondioksida dari mulutnya secara perlahan. "Baiklah. Nanti aku akan coba bicara dengannya."

Setelah makan malam, sementara kau mencuci piring dan Jeongsan asik bermain game melalui tablet-ku, aku menghampiri Taya yang berada di dalam kamarnya. Saat aku masuk, dia sedang berbaring memandang langit-langit kamarnya. Menyadari keberadaanku, dia langsung menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

"Taya, mau menemani Appa duduk di teras depan melihat bintang-bintang?" Aku duduk di tepi tempat tidurnya.

Aku menunggu sekian sekon sampai Taya menyibak selimutnya. Dengan nada pelan, nyaris tidak terdengar, dia berkata, "Iya, Appa ."

Aku menggendongnya keluar dari kamar. Bukan kemauannya, hanya inisiatifku saja sebagai bentuk hiburan untuk seorang gadis kecil yang sedang dirundung pilu.

Memandang angkasa gelap dengan taburan bintang yang berkerlap-kerlip di sekitar bulan menjadi pemandangan yang kunikmati berdua dengan putriku saat ini. Aku sengaja menarik salah satu kursi teras agak ke depan agar tidak terhalang oleh atap.

"Malam yang cerah, ya, Sayang. Tidak ada awan yang menghalangi sinar bulan dan bintang."

Taya hanya mengangguk sembari menyandarkan kepalanya pada dadaku.

JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang