NEW YEAR

11.5K 1K 61
                                    

Malam ini adalah malam terakhir di tahun 2016. Malam menjelang pergantian tahun. Aku dan Jungkook sepakat bahwa kali ini kami akan mengajak anak-anak melewatkan malam tahun baru bersama masyarakat Seoul. Sengaja. Kami ingin mencari suasana baru lantaran pergantian tahun yang telah lalu selalu kami lakukan di rumah, di Busan, atau di luar kota.

"Sampai!" Aku berseru begitu Jungkook menepikan mobilnya di kawasan parkir salah satu taman di tepi Sungai Han. Cukup lama kami mencari tempat untuk memarkir mobil lantaran banyaknya mobil di sekitar sini. Melewatkan malam tahun baru di Sungai Han memang masih pilihan utama orang-orang Seoul, bahkan sejak bertahun-tahun yang lalu.

Terakhir aku merayakan pergantian tahun di tempat ini sekita sepuluh-sebelas tahun lalu. Aku dan ayah dari anak-anakku sekarang masih dalam status pacaran saat itu.

"Ayo, ke sana." Jungkook menunjuk satu titik. "Di sana sepetinya tidak terlalu banyak orang."

Priaku segera menggendong Jeongsan di punggungnya, sedangkan aku memegang tangan kanan Taya. Aku berjalan di sebelah pria yang malam ini mengenakan sweater motif yang ditumpuk dengan blazer berbahan jeans, lengkap dengan sepatu andalannya—Timberland. Tidak benar-benar tepat di sebelahnya, sih. Ada Taya di antara kami.

"Appa! Appa! Jeongsan mau ke sana, Appa!"

Putra kami menunjuk ke arah sebuah panggung yang berdiri beberapa meter di depan sana. Entah panggung apa, tetapi mungkin saja panggung untuk street performance.

"Taya juga mau ke sana!"

Jungkook melihat ke arahku. "Kita ke sana?"

Aku mengendikkan kedua bahu tanda kita tidak punya pilihan lain. "Ayo."

Seperti dugaanku, panggung tersebut memang disediakan untuk para street performers. Kali ini, sekelompok anak muda laki-laki sedang melakukan dance yang cukup membuat para penonton terpukau, terutama gadis-gadis lantaran beberapa di antara anak muda itu cukup tampan.

"Wuooh! Hyung yang itu kelen, Appa!" Jeongsan menunjuk anak muda berjaket merah yang baru saja melompat di udara untuk menutup rangkaian dance-nya yang hebat.

"Appa dulu juga bisa begitu, kok," Jungkook menyahut.

"Apa Appa masih bisa melakukannya sekarang?" Gadis kecilku bertanya.

"Tidak, Sayang. Sudah tidak bisa."

"Uh, kenapa, Appa? Jeongsan mau lihat Appa sepelti Hyung tadi."

"Jeongsan, Appa sudah tua, Sayang. Kalau banyak gerak, nanti bisa kena sakit punggung atau sakit lutut." Aku terkekeh.

Jungkook sewot tentu saja. "Kata siapa? Aku masih bisa dance tanpa sakit punggung."

"O, ya?" Aku sengaja mengeluarkan nada meremehkan.

"Setidaknya, dance di tempat tidur."

Kedua mataku membulat dengan cepat, lantas tanpa memedulikan keadaan sekitar, aku langsung menjewer telinga Jungkook. Priaku meringis.

"Eomma, kenapa menjewel Appa? Kasihan Appa." Jeongsan mengelus-elus telinga ayahnya yang berada tidak jauh dari wajahnya.

"Itu karena—aish! Sudah! Jeongsan lihat saja Hyung-Hyung itu."

Hampir setengah jam kami berdiri di antara orang-orang yang menikmati hiburan dari para penampil jalanan. Dance, akapela, menyanyi akustik, dan lain-lain.

"Waktu kita merayakan pergantian tahun di sini beberapa waktu lalu, belum ada hiburan seperti tadi, ya? Sekarang jadi banyak hiburan." Rupanya, priaku menyadari perubahan ini.

JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang