THE MONSTER'S VOICE (MIXED POV)

18.7K 1.3K 149
                                    

-Your POV-

Aku bergerak ke kamar mandi setelah kuganti kaus dan rok selutut yang aku kenakan dengan tank top berwarna peach dan celana panjang berwarna krem. Kuambil sikat gigi dan odol, melakukan rutinitas pembersihan mulut sebelum beranjak tidur.

Aku tengah menggosok gigi ketika kulihat melalui cermin wastafel, priaku berdiri di ambang pintu kamar mandi. Dalam balutan kaus tanpa lengan dan celana panjang hitam, priaku itu beringsut ke arahku, seketika melingkarkan kedua lengan dengan bisep yang terbentuk sempurna itu di pinggangku.

“Anak-anak sudah tidur, hm?” tanyaku usai kubasuh mulutku yang dihiasi busa di beberapa bagian.

“Ya. Adik Jeongsan sudah tidur, Taya Nuna juga sudah tidur,” jelasnya.

“Oh, kalau begitu, salah satu di antara kita harus tidur di lantai atau di kamar Taya.” Aku membalik tubuhku menghadapnya setelah kuselesaikan kegiatan menyikat gigi, membuat pelukannya terlepas. “Tempat tidur kita terlalu sempit untuk empat orang.”

Priaku mendengus pelan, “Iya. Nanti aku akan tidur di kamar Taya.” Jungkook mengalah.

“Ya, sudah. Kalau begitu menyingkirlah karena aku mau tidur.”

“Jangan tidur dulu. Ini baru pukul sepuluh malam. Masa kau mau langsung tidur?”

“Aku sudah mengan—”
Ucapanku terpotong lantaran Jungkook membungkam mulutku dengan sebuah ciuman yang mendadak. Ish! Dia kenapa?

“Apa yang—”

Aku baru hendak berbicara begitu ia melepas ciumannya beberapa saat, tetapi ia memaksaku menelan kata-kata yang tidak sempat terlontar dari mulutku. Diisapnya bibir bagian bawahku, membuatku nyaris kehilangan akal.

“Jeon-a, menyingkir dari situ. Aku mau—mmh.”

Jungkook menghimpit tubuhku di antara tubuhnya dengan wastafel. Kendati kedua tanganku mampu mendorong tubuhnya menjauh, hal itu hanya berlangsung sekian detik hingga ia kembali menghimpitku dan melanjutkan pekerjaannya—mencumbu setiap inci kulit leherku.

“Jeon-a, please, aku—ngh.”

Aku berusaha keras menahan diriku untuk tidak tenggelam dalam aktivitasnya lantaran takut anak-anak mendengar sesuatu yang belum pantas untuk mereka dengar. Ya, kau tahu, suara-suara semacam desahan, lenguhan dan erangan. Bukankah hal-hal seperti itu tidak pernah luput dari—ya, kau tahu, permainan antara suami-istri.

“Jeon-a, aku tidak mau kita berisik.” Itu satu-satunya kalimat lengkap yang berhasil kukeluarkan dari mulutku sejak Jungkook mengajakku “berkebun”.

Priaku berhenti sejenak, membiarkan netra kami bertemu. Tidak lama, ia berkata, “Tidak akan berisik kalau—” dia membungkam mulutku dengan mulutnya, lantas, “kita seperti tadi.”

“Iya. Tapi, aku—”

Ayah dari anak-anakku seperti tidak mengerti maksudku. Alih-alih berhenti, dia malah melanjutkan “proses bercocok tanam”. Mati-matian aku menolak, mengendalikan mulutku untuk tidak bersuara terlampau keras saat Jungkook melakukan sesuatu yang mampu membuatku meloloskan segala desahan, lenguhan dan erangan.

Dan aku tahu aku harus bekerja ekstra keras saat Jungkook mulai menurunkan kedua tali pakaianku. Oh, tidak! Apa ada yang punya lakban atau semacamnya? Aku … pasti akan bersuara keras kalau tidak segera kututup mulutku.

***

-Taya’s POV-

“Nuna?”

Pendengaranku menangkap sebuah suara.

“Taya Nuna.”

Suara Jeongsan.

JEON FAMILY STORIES SEASON 2 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang