Part 27 | Maukah Kau Kembali?

231K 10.1K 545
                                    

"Maafkan aku selama ini selalu menyakitimu. Aku benar-benar minta maaf." Ednan mengusap lembut rambut Nata yang masih menangis di dalam dadanya.

"Semua yang kau dengar hanyalah salah paham, Nata. Aku hanya mencintaimu, hanya kau wanita yang aku inginkan untuk selalu bersamaku. Ku mohon kembalilah sayang, kita mulai semuanya dari awal. Kita besarkan anak-anak kita bersama-sama."

Nata menegang dalam dada Ednan. Sungguh, perasaannya semakin tidak menentu saat ini. Ednan terdengar begitu bersungguh-sungguh. Tapi, haruskah dia kembali pada lelaki ini dan memulai semuanya?

Ednan menguraikan pelukannya. Menatap wajah meneduhkan yang sekian lama dirindukannya. Dia mengusap air mata Nata lembut, menikmati setiap sentuhan yang dia sematkan di wajah cantik istrinya. Ditangkupnya wajah wanita itu dengan kedua tangannya,

"Semua yang kau dengar tidak seperti kebenarannya, sayang. Saat itu aku memang menjenguk Jane, tapi sungguh bukan maksudku ke sana karena aku masih mencintainya. Kau tahu, aku hanya ingin berpisah secara baik-baik dengannya," Ednan menghela napasnya.

"Saat kata-kata itu terucap, aku tidak tahu jika Jane menjebakku. Aku sudah menolak untuk tidak mengatakannya, namun Jane memaksa. Dia bilang hanya untuk terakhir kalinya. Jadi, aku mengatakannya. Mungkin memang sulit untuk kau percaya, tapi aku bersungguh-sungguh. Saat ini dan selamanya hanya kau yang aku inginkan, hanya kau yang aku cintai. Kumohon kembalilah, aku janji, aku akan berusaha memperbaiki segalanya. Aku sudah menutup semua kenangan dengan Jane, dan aku ingin membuka kenangan baru bersamamu. Hanya bersamamu, Nata," pintanya sepenuh hati.

Nata diam menatap Ednan, terpaku. Pikirannya mulai menimbang-nimbang keputusan di benaknya. Hingga akhirnya dia berkata, "Aku..." Nata menghela napasnya, "Maafkan aku Mas, aku tidak bisa," jawabnya dengan kepala tertunduk, tidak mampu menatap manik mata kehancuran Ednan.

Hati Ednan serasa ditarik paksa dari rongga dadanya. Seakan udara di sekitarnya lenyap. Sesak, sungguh menyakitkan. Ednan diam mematung, terpaku dengan keterkejutannya. Rasanya bagai dunia seakan berhenti berputar saat itu juga. Hancur, semua harapannya runtuh begitu saja.

Saat itu juga terdengar letusan kembang api yang menebarkan pancaran cahaya warna-warni di langit malam. Riuh sorak-sorai menggema dari berbagai penjuru. Semua seakan berbahagia menyambut datangnya tahun baru. Namun, tidak untuk kedua sejoli itu.

"Tidak Nata. Kau tidak bersungguh-sungguh, bukan? Kau bahkan tidak mampu menatap mataku saat mengatakannya," tolak Ednan, berusaha menyangkal.

Nata menggigit bibir bawahnya. Diangkatnya kepalanya perlahan, dapat dilihatnya manik biru Ednan yang mulai berkaca-kaca, "Aku bersungguh-sungguh, Mas. Aku tidak bisa memulai semuanya kembali," jawab Nata susah payah, setelah menguatkan hatinya.

Tanpa sadar air mata luruh begitu saja dari pelupuk mata Ednan. Sungguh, bukan ini jawaban yang ingin dia dengar dari mulut Nata. Seharusnya semua berjalan sesuai dengan apa yang dia inginkan, seharusnya semua kembali seperti semula dan seharusnya dia bisa kembali bersama Nata juga anak mereka, Javis.

Tapi sungguh jawaban Nata di luar dugaan Ednan. Sebegitu fatal kah kesalahannya, hingga Nata enggan untuk memaafkannya?

"Sebegitu besarkah kesalahanku, hingga kau tidak bisa memberiku kesempatan?" tanya Ednan bergetar.

Nata menggigit bibir bawahnya, menahan perasaannya agar tidak meledak saat itu. "Mungkin Mas memang mengatakan hal yang sebenarnya. Tapi maaf Mas, aku tidak bisa kembali padamu. Aku rasa saat ini, ibu Jane lebih membutuhkan Mas dari pada aku," jawab Nata berusaha sejelas mungkin.

"Apa kau pikir Javis tidak membutuhkanku? Lagi pula sudah berapa kali aku katakan, Jane hanya masa lalu. Tidak bisakah kau mengerti itu?"

Lagi, Nata menghela napasnya kasar. "Ya, Javis memang membutuhkan Papanya. Jadi, Mas boleh mengunjunginya kapan pun. Tapi aku sungguh-sungguh tidak bisa kembali bersamamu, Mas."

Because Our Baby ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora