Part 30 | Lembaran Baru (END)

321K 11.3K 252
                                    

Suara pintu terbuka mengalihkan pandangan kedua wanita yang saling berpelukan. Mereka melepaskan pelukan masing-masing, lantas menanggapi kedatangan lelaki yang melangkah dengan santai.

"Ed?" panggil Jane.

Ednan terbatuk kecil, lalu ditatapnya Nata yang masih berdiri di samping ranjang. Ednan berhenti di samping Nata, menatap wanita itu lekat lantas mengalihkan pandangannya pada Jane, "Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanyanya begitu canggung.

Jane menghela napasnya, "Ya. Kurasa aku sudah lebih baik dari sebelumnya," jawab Jane dengan suaranya yang masih parau.

Hening. Suasana terasa begitu canggung, ketiga orang itu hanya diam dan saling memandang satu sama lain bergantian. Seakan meminta pada salah satu untuk memecahkan keheningan.

Nata bergumam sejenak, "Aku akan menunggu di luar," ucap Nata merasa tidak nyaman, sekaligus memberi waktu pada mereka untuk berbicara.

"Tidak Nata, kau di sini saja," bantah Jane.

Nata mengulum senyumnya, "Tidak apa-apa, Bu. Mungkin Ibu ingin membicarakan sesuatu pada Mas Ednan. Aku akan menunggu di luar." Nata mengalihkan matanya ke arah Ednan, "Aku akan tunggu di luar." Nata melangkah pergi setelah Ednan bergumam sebagai jawaban atas ucapan Nata.

Ednan menarik kursi di sampingnya, lalu mendudukkan pantatnya di sana. Dia terbatuk kecil, "Maafkan aku sudah menuduhmu berbohong. Aku sungguh tidak tahu jika kau benar-benar sakit," lirih Ednan memulai percakapan.

"Aku memang pantas mendapatkannya," ujar Jane miris. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Ednan, "Apa yang kau dengar itu benar." Ednan mengerutkan keningnya, "Aku tahu kau mendengarkan percakapanku dan Nata tadi."

Lagi, Jane menghela napasnya. "Aku akan merelakanmu bersama Nata. Aku sadar selama ini aku banyak melakukan kesalahan, aku sadar jika kau memang sudah tidak mencintaiku lagi, dan aku juga sadar jika kau tidak mungkin kembali lagi padaku. Aku minta maaf jika selama ini aku selalu mengganggu hidupmu, aku selalu menyakitimu, aku begitu egois, bahkan aku tidak pernah sekali pun memikirkan orang lain."

Mata Jane kembali berkaca-kaca, "Nata adalah wanita yang sangat baik, dia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Dia selalu memikirkan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaannya, sekarang sudah saatnya dia untuk bahagia. Dia lebih pantas bersanding denganmu, daripada aku." air mata Jane perlahan mengalir, "Aku akan merelakanmu dengannya. Aku tidak akan mengganggu kehidupan kalian lagi. Aku hanya bisa berharap kalian bisa bahagia tanpa seorang pengganggu sepertiku," ujar Jane di sela tangisnya.

Ednan terpaku sejenak, sebelum dia merengkuh tubuh lemah Jane ke dalam pelukannya. Bagaimana pun kesalahan Jane akhir-akhir ini, Ednan tetap saja tidak bisa marah pada wanita yang sudah memberikan banyak kebahagiaan untuknya. Wanita yang pernah dicintainya. Sungguh, Ednan hanya ingin melihat Jane bahagia meski itu tidak bersamanya.

"Aku harap kau juga akan menemukan kebahagiaanmu. Aku harap kau akan mendapatkan lelaki yang lebih baik daripada aku," ucap Ednan tulus.

Diusapnya rambut Jane lembut. Membiarkan wanita itu menangis dengan keras di dadanya. Menumpahkan segala kesedihannya.

***

Nata duduk di kursi tunggu. Sesekali dia menatap pintu kamar rawat, tempat dimana Ednan dan Jane berada. Nata menghela napasnya, hingga dering ponselnya menginterupsi. Nata merogoh benda berbentuk persegi itu dari dalam tasnya, menilik deret nama yang tertera disana.

"Hallo, Mam," sapanya pada Mama di seberang.

"Hallo, Sayang. Apa kalian baik-baik saja?" tanya mama terdengar cemas.

Because Our Baby ✔Where stories live. Discover now